
Tonjolan berlubang di dinding pot udara meningkatkan aerasi dan laju pertumbuhan tanaman.
Trubus — Sebanyak 500 bibit durian berjajar di kebun Syahril Said. Penangkar bibit tanaman buah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu mengebunkan varietas unggulan seperti musang king dan duri hitam. Lazimnya pekebun menggunakan wadah tanam polibag atau kantong tanam. Namun, Syahril menggantinya dengan air pot alias pot udara. Ia memindahkan bibit durian berumur 2 tahun pada pot udara serentak pada awal 2020.
Ada dua ukuran pot yakni 50 liter dan 70 liter. Ia sengaja memindahkan bibit ke pot udara untuk menghasilkan tanaman dengan tinggi 2—3 m. “Meninggikan bibit di air pot lebih cepat daripada wadah tanam lain,” kata Syahril. Pada umur 3 tahun, bibit durian dalam pot udara mencapai tinggi sekitar 2 m sementara bibit polibag hanya 1—1,5 m. Selain itu, batang pada pot udara tumbuh lebih besar.
Lebih cepat

Bogor, Jawa Barat.
Pot berwarna hitam itu terbuat dari daur ulang bahan polietilen (PE). Syahril mendatangkannya dari distributor Tiongkok dalam bentuk lembaran dan lempengan alas yang terpisah.
Dinding pot udara memiliki struktur 3 dimensi yang tersusun atas tonjolan berbentuk kerucut sedalam 4 cm. Terdapat lubang pada setiap tonjolan kecuali dua barisan teratas. Begitu pun alasnya memiliki banyak lubang seperti struktur jaring. Lubang itu memperlancar aerasi sehingga akar tumbuh baik dan mampu memasok nutrisi yang cukup.
Syahril mengatakan, “Pembesaran bibit durian paling sulit di antara buah lain. Kalau ada tanaman sakit, penyembuhan bisa sampai setahun.” Oleh karena itu, Syahril berupaya membuat kondisi lingkungan seoptimal mungkin agar bibit terhindar penyakit dan tumbuh cepat. Kelebihan air pada media tanam segera terbuang sehingga kelembapan cenderung rendah. Peluang munculnya cendawan penyebab penyakit pun dapat ditekan.

dan akar menembus tanah. (Dok. Irwan Muas)
Menurut ayah dua putra itu media tanam dalam pot udara cenderung hangat dan perakaran berkembang lebih cepat. Selain bibit durian, Syahril telah menggunakan air pot untuk jeruk, rambutan, dan jambu air. Saat Trubus berkunjung ke kebun, tabulampot dalam pot udara itu belum berbuah lantaran ditujukan untuk produksi bibit.
Salah satu peneliti Jerman, Dr. Axel Schneidewind, membuktikan perbedaan pertumbuhan tanaman pada pot udara lebih baik daripada jenis pot lain. Kepala Kebun dan Lanskap Landesanstalt fur Landwirtschaft und Gartenbau (LLG) Sachsen-Anhalt, Quedlinburg, Jerman, Dr. Axel Schneidewind, bereksperimen menanam pohon linden Tilia cordata dalam lima jenis wadah tanam selama 8 tahun.
Ganti media
Axel Schneidewind menggunakan pot tabung polietilen (PE), pot-in-pot (dua lapis pot tabung PE), kantong tanam PlantinBag, dan Arbo-Perf serta air pot. Axel membongkar media tanam setiap dua tahun dan mengamati pola perkembangan akar. Hasilnya empat tanaman memiliki perakaran melingkar kecuali linden pada air pot. Akar pada pot udara dapat tumbuh leluasa akibat banyaknya lubang aerasi.
Ia menemukan linden pada pot-in-pot memiliki akar melingkar terbanyak mencapai 18 bagian. Kondisi itu dapat mengancam daya hidup tanaman dan meningkatkan risiko kematian dini. Pada tahun ke-6 salah satu linden yang ditanam pada pot-in-pot mengering pada puncak tajuk lalu mati. Padahal tidak terdeteksi adanya masalah fitosanitari di area tanam.

dinding.
Selain tidak ada akar yang melingkar, tinggi tanaman pada pot udara lebih tinggi 1 m daripada wadah tanam lain. Akar cenderung tumbuh memanjang mengarah ke lubang pada dinding air pot. Kontak dengan udara menyebabkan akar mengering dan mati dengan sendirinya. Dengan demikian pekebun tidak perlu membongkar media tanam dan memangkas akar secara manual. Itulah mengapa Axel menyebut air pot juga sebagai air-pruning pot.

Periset Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika), Ir. Irwan Muas, M.P., mengatakan pentingnya penggantian media beserta wadah tanam secara periodik. “Akar makin sesak, media juga makin padat sehingga harus diganti. Pot juga perlu diganti lebih besar menyesuaikan ukuran tanaman,” kata Irwan. Jika tidak ingin mengganti ukuran pot, ia menyarankan pekebun memangkas sepertiga akar dan tajuk bagian atas.
Dalam pot udara, Syahril menggunakan media tanam campuran tanah dan sekam mentah 2:1. Pada bagian atas ia menaburkan kotoran kambing. Setiap 4 bulan, ia menambahkan media tanam lantaran tanah cenderung memadat dan permukaannya turun. Selain itu, Irwan menyarankan pemberian alas bata atau batako di bawah pot untuk menghindari kontak akar dengan tanah di bawahnya. “Kalau langsung di atas tanah, akar dapat menembus pot dan masuk ke tanah,” kata Irwan. Ia menemukan kejadian pot pecah yang berbahan semen atau plastik.
Perusahaan penyedia peralatan berkebun dan lanskap di Skotlandia, Caledonian Tree Company, memproduksi air pot sejak 1996. Pot udara yang saat ini beredar merupakan generasi ke-6. Caledonian Tree menyatakan potnya dapat bertahan hingga sepuluh tahun, bahkan lebih. (Sinta Herian Pawestri)