Penyakit inflammatory bowel disease atau peradangan usus masih misteri. Pulasari menjadi penawar.
Diare berkepanjangan hingga 3 bulan terus-menerus itu memayahkan Nita Amalia. Frekuensi ke belakang mencapai 3 kali sehari. Celakanya perut juga terasa perih dan mual. Warga Kelapagading, Jakarta Utara, tampak kuyu. “Saya mudah lelah,” kata Nita. Semula ia menduga diare biasa sehingga hanya mengonsumsi obat antidiare. Namun, upaya itu tak mampu menghentikan perihnya perut dan diare.
Biang keladi semua gangguan itu terkuak setelah Nita mengunjungi dokter di sebuah rumahsakit di Kuningan, Jakarta Selatan. Dokter mendiagnosis Nita mengidap inflammatory bowel disease atau penyakit peradangan usus. Menurut spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr Primal Sudjana SpPD MHKes, pemicu utama IBD belum jelas terungkap.
Konsumsi herbal
Primal menduga ada peran faktor genetik maupun lingkungan. Awalnya IBD sulit dibedakan dengan diare. “Gejalanya mirip, bedanya diare akibat IBD bersifat kronis,” kata Primal. Artinya diare kerap terjadi dengan tingkatan semakin parah, bahkan sampai mengeluarkan darah. Pasalnya, radang di usus melebar menjadi luka berdarah yang lantas terbawa dalam feses.
Sejak mengidap penyakit itu Nita bolak-balik ke rumah sakit. Keruan saja itu mengganggu pekerjaannya. Itulah sebabnya ia manut ketika seorang kawan menyarankan untuk mengonsumsi herbal. Nita Amalia berkonsultasi dengan seorang herbalis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Herbalis itu meresepkan racikan antara lain pulasari Alyxia stellata, cakar ayam Selaginella doederleinii, jombang Taraxacum officinale, daruju Acanthus ilicifolius, dan daun sirsak Annona muricata.
Nita merebus semua herbal berbentuk serbuk itu dalam panci besi nirkarat. Herbalis itu mengemas racikan dalam wadah plastik. Sekali rebus, Nita tinggal menyobek wadah berisi 20 gram lalu merebus dengan 600 ml air bersih hingga mendidih. Nita membiarkan herbal mengendap, memisahkan endapan, lalu meminum airnya. Pekan pertama, ibu 1 anak itu mengonsumsi herbal itu sejam setelah konsumsi obat resep dokter yang terdiri atas 3 jenis.
Namun, pada pekan kedua dan selanjutnya obat dokter habis dan Nita tidak membeli obat dokter. Ia hanya mengonsumsi rebusan herbal. Frekuensi konsumsi 3 kali sehari sebelum makan. Selain itu ia juga mengubah gaya hidup. Jika semula gemar menyantap makanan pedas, Nita menghentikan kebiasaan itu. Ia juga lebih disiplin sarapan dan memperbanyak konsumsi sayuran dan buah.
Tujuh hari rutin mengonsumsi herbal, ia merasakan perubahan signifikan. “Saya tidak lagi merasakan mual dan perih,” kata Nita. Kondisinya kian membaik hingga diare, mual, dan perih berhenti. Kini ia tak merasakan gangguan kesehatan itu. Ketika Trubus menemui Nita pada awal Oktober 2016, ia sudah 30 hari mengonsumsi herbal. Ia tengah memesan herbal untuk 15 hari ke depan meski kondisinya membaik.
Fakta ilmiah
Menurut herbalis di Bogor, Valentina Indrajati, herbal pulasari berkhasiat untuk memperkuat sistem pencernaan. Cakar ayam kaya antioksidan untuk meningkatkan sistem imun. Adapun jombang dan daruju untuk memperbaiki kesehatan lambung. Selain itu daruju juga memperkuat fungsi hati. Daun sirsak sekaligus memperkuat peran lambung.
Sebelum meramu racikan, sang herbalis menganalisis kondisi fisik Nita untuk mengetahui kondisi organnya. Menurut Valentina, herbal untuk mengatasi gangguan kesehatan sebaiknya tidak tunggal. “Penyakit yang diderita organ tertentu akan mempengaruhi kondisi organ lain. Itu sebabnya pemulihan tidak hanya untuk organ yang sakit, tapi juga memperkuat fungsi organ lain,” ujarnya.
Pulasari sejak lama dimanfaatkan sebagai bahan penyembuh berbagai penyakit, terutama gangguan pencernaan, panas dalam, dan masalah kesehatan lain yang bersumber dari pencernaan. Bagian yang lazim dimanfaatkan adalah kulit kayu, seperti halnya kayumanis Cinnamomum zeylanicum. Tanaman semak itu hanya tumbuh di dataran tinggi. Pemanfaatan pulasari hampir selalu bersamaan dengan biji adas Foeniculum vulgare.
Masyarakat kerap menyebut keduanya bersamaan sebagai adas pulasari. Akibatnya banyak orang mengira adas pulasari adalah 1 macam herbal tunggal. Reputasi pulasari sebagai penyembuh gangguan di lambung dan usus sejalan dengan riset Agung Endro Nugroho MSc PhD dan rekan-rekan dari Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis Universitas Gadjah Mada.
Mereka membuat racikan berisi ekstrak air panas daun sembung Blumea balsamifera, akar manis Glycirrhiza glabra, dan kulit pulasari untuk mengatasi gangguan pencernaan akibat konsumsi aspirin pada tikus. Kedua bahan pertama diberikan konstan berturut-turut sebanyak 457,5 mg dan 273 mg per kg bobot badan (kgBB). Sementara pulasari diberikan bervariasi sebanyak 100 mg, 200 mg, dan 300 mg per kgBB.
Sebagai pembanding, salah satu kelompok tikus diberi obat medis Sucralfate. Latar belakang Agung menggunakan daun sembung adalah kandungan flavanoid yang bersifat antioksidan. Sementara akar manis melindungi organ pencernaan dari asam lambung dengan meningkatkan produksi sekresi sel mukus. Untuk memicu gangguan pencernaan, tikus diberi 450 mg aspirin er kg bobot tubuh.
Setelah 7 hari perlakuan, Agung meneliti kondisi organ pencernaannya. Hasilnya, gabungan herbal itu menunjukkan kemampuan melindungi permukaan lendir organ pencernaan lebih baik ketimbang Sucralfate. Menurut Agung kerusakan organ pencernaan berawal dari munculnya inflamasi alias peradangan. Peradangan itu merusak sel mukus yang berfungsi melindungi permukaan saluran pencernaan.
Akibatnya peradangan meluas dan mengganggu fungsi organ pencernaan. Kandungan utama kulit batang pulasari adalah kumarin dan berbagai turunannya. Agung menyatakan, kumarin bertindak sebagai zat antiradikal bebas, yang menetralkan oksidan sekaligus menghambat pembentukan kolesterol densitas rendah (low density lipoprotein, LDL) alias kolesterol jahat.
Penghambatan radikal bebas menghentikan peradangan sel mukus dan memberikan waktu sel baru untuk tumbuh menggantikan sel yang rusak. Pernyataan Agung sejalan dengan riset Nageswara Rao dari Departemen Farmasi Telangana University, Andhra Pradesh, India. Nageswara mengisolasi dan mengidentifikasi kumarin dan 3 turunannya dalam bentuk hidroksikumarin dari kulit batang pulasari.
Selain itu ada kandungan skopoletin, pinoresinol, zhebeiresinol, dan asam parahidroksi benzoat. Riset-riset itu mensahihkan kemampuan kulit batang pulasari terbukti memulihkan gangguan pencernaan, seperti dibuktikan langsung oleh Nita Amalia. (Argohartono Arie Raharjo/Peliput: Sardi Duryatmo)