Trubus.id—Ubi jalar memang komoditas yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan menjadi bisnis olahan pangan secara industri. Alasannya karbohidrat dalam ubi cukup tinggi, memiliki kandungan gula, bisa dipanen serbuk pigmennya sebagai pewarna alami, dan bisa menjadi tepung.
Pemerhati, praktisi, dan peneliti ubi jalar di Universitas Padjajaran Dr. Haris Maulana S.P., M.P., mengatakan, membuat berbagai varian olahan ubi langkah bagus, khususnya meningkatkan minat masyarakat untuk mengonsumsi pangan bergizi.
Ragam olahan ubi jalar meningkatkan nilai tambah komoditas itu. Musababnya ubi jalar tidak bisa langsung sekali terjual setiap panen. Apalagi ubi jalar untuk kebutuhan industri. Mereka pasti mempunyai standar dan spesifikasi barang.
Industri hanya menerima ubi jalar yang memiliki ukuran, bentuk, dan kualitas bagus. “Untuk tren market nasional, ubi jalar cilembu tingkat konsumsinya cukup tinggi.Ubi lainnya seperti ubi ase untuk tepung dan beni azuma pun cukup tinggi. Permintaan ubi ungu juga mulai tinggi,” ujar Haris yang menekuni penelitian ubi jalar sejak 2010.
Ubi jalar tidak hanya melulu digoreng dan direbus. Kini ubi jalar juga dapat bersalin rupa menjadi penganan kekinian seperti es krim ubi ungu. Produsen olahan ubi di Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Detin Khoerotin Insani misalnya berkreasi membuat IceBi.
Konsistensi es krim ubi ungu cukup padat sehingga mengenyangkan dan tidak mudah meleleh. IceBi mengandung susu, ekstrak ubi ungu yang dibuat dari hasil panen para petani lokal, serta pasta atau tepung ubi ungu. Es krim ubi ungu tanpa pemanis tambahan, tanpa pengawet, dan tanpa pewarna buatan.
Produk berbahan ubi lainnya kreasi Detin yakni jus ubi ungu dan jus ubi jingga. Kedua produk itu bisa dibawa ke mana-mana dan menjadi penahan lapar saat perjalanan. Ia menambahkan air perasan lemon yang menambahkan cita rasa menyegarkan pada kedua jus itu.
Perbedaan kedua jus ubi itu yakni jus ubi ungu lebih kental ketimbang jus ubi jingga. Detin menggeluti program-program kewirausahaan pangan lokal dari organisasi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga sejak 2011 itu terpilih menjadi salah satu inkubator teknologi Balitbangtan.
