Trubus.id–Petani di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Misno Prasetyo memberikan nutrisi lengkap bagi tanaman padi miliknya.
Selama masa budi daya, ia memberikan pupuk kandang, Phonska, Urea, dan pupuk organik cair (POC) buatan sendiri. Menurut Misno pemberian POC mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida.
Sebagai gambaran, semula ia membutuhkan sekitar 2 kuintal Urea dan 2 kuintal Phonska sekali aplikasi. Semenjak menggunakan POC, ia hanya menghabiskan 5 kg Urea dan 5 kg Phonska.
Misno menanam padi di lahan seluas 5.000 m2. Tanaman tumbuh subur dengan malai padi padat dan berisi. Misno mampu memanen 2,1 ton gabah kering panen (GKP).
Hasil panen itu dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan sawah milik tetangga sekitar. Misno menuturkan, petani sekitar hanya mampu panen paling banter 1 ton di lahan yang sama.
Misno menggunakan bahan-bahan alami untuk membuat POC. Kapasitas pembuatan 100 liter pupuk antara lain berbahan 50 liter air kelapa dan 50 liter air rebusan kedelai.
Bahan lainnya berupa daun lamtoro, kelor, buah maja, labu kuning, mengkudu, dan gula merah. Porsi setiap bahan sebanyak 3 kg. Misno juga menambahkan 0,5 kg bekatul, 0,5 kg tepung beras, dan 0,5 liter dekomposer.
Misno memfermentasi semua bahan selama 1 bulan. Ia memasukkan semua bahan ke dalam drum dan menutup rapat. Ciri fermentasi berhasil yakni seluruh bahan telah hancur dan cairan yang dihasilkan berwarna kuning kecokelatan.
Selanjutnya, Misno mengambil 1 liter larutan fermentasi itu untuk dicampur dengan gula merah dan ikan lele, masing-masing sebanyak 1 kg. Misno lantas memasukkan 1 liter susu murni. Keempat bahan itu lantas difermentasi kembali selama 21—30 hari.
Fermentasi dilakukan di dalam wadah tertutup rapat. Fermentasi berhasil bila menimbulkan aroma mirip kecap, tekstur larutan mirip minyak goreng, dan larutan berwarna kuning kecokelatan.
Misno melarutkan 250 ml POC itu ke dalam tangki berkapasitas 15 liter. Aplikasi POC mulai dilakukan saat tanaman berumur 15 hari setelah tanam (hst) dengan cara disemprot bersamaan dengan memberikan 5 kg Urea dan 5 kg Phonska. Selanjutnya pemupukan secara berkala setiap 10—15 hari.
Petani lain yang tergabung dalam Kampung Organik Brenjonk, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur, pun memanfaatkan bahan alami untuk membuat pupuk.
Mereka menanam berbagai sayuran dengan mengandalkan pupuk bikinan sendiri, salah satunya Harie Samoro. Harie menanam sayur di atas media tanam berupa campuran kompos kotoran hewan yang terfermentasi, arang sekam, dan tanah dengan perbandingan 2:1:2.
Saat pembuatan kompos Harie mencampurkan dekomposer pada bahan organik itu. Satu ton kompos membutuhkan 1 liter dekomposer.
Caranya dengan menyemprotkan bahan pengurai itu ke seluruh bahan organik. Aduk bahan organik setiap 3 hari sekali.
Bahan pengurai itu mengandung mikrob baik seperti Bacillus sp., Pseudomonas sp., dan Trichoderma sp. Setelah 2—3 pekan kompos siap digunakan.
Petani di Brenjonk juga menggunakan agen hayati yang mengandung mikrob antagonis. Agen hayati yang mengandung perpaduan dari berbagai mikrob antagonis penting dalam pengendalian biologi patogen tanaman. Bakteri itu membantu pertumbuhan tanaman dengan bertindak sebagai plant growth promoting rhizobacteria (PGPR).