Sunday, September 8, 2024

Ratu Timur Pembawa Maut

Rekomendasi
- Advertisement -

Ketika layu sang bunga emas mesti berkalang tanah di lubang sampah. Namun, sebelum ajal menjemput ia berjibaku menumpas lalat, penyebar penyakit kolera di negeri Matahari Terbit.

Kematian ratusan lalat di lubang sampah itu bukan kebetulan semata. Di balik kecantikannya krisan mampu mengantar lalat dan hama meregang nyawa. Rahasianya di dalam bunga terdapat zat piretrin yang bersifat racun. Sejak saat itu golden fl ower tak cuma dipajang sebagai penghias dekorasi dan bunga potong. Sisa-sisa tubuhnya diekstrak untuk pestisida nabati. Sayang, manfaat itu dilupakan pascaperang dunia kedua tergilas popularitas DDT.

Namun, bagi queen of the east kecantikan beracun tetap miliknya. Tak heran banyak orang berpaling pada bunga piretrum itu saat pestisida sintetis mendatangkan efek samping yang negatif.

Rubianto yang menerapkan sistem pertanian organik di Wonosobo, Jawa Tengah, salah seorang yang memanfaatkannya. Bunga piretrum dihancurkan menjadi serbuk. Sebanyak 25 g serbuk itu dilarutkan dalam 10 l air. Hasilnya dicampur dengan 10 cc deterjen cair atau sabun colek. Setelah diendapkan semalam dan disaring kain halus, larutan disemprotkan. Hama kubis bakal mati dalam 24 jam.

Kendalikan hama

Krisan terbilang ampuh lantaran zat aktif piretrinnya yang tokcer merusak sistem saraf hama. Zat itu bekerja sangat cepat dan menimbulkan gejala kelumpuhan yang mematikan. Efek itu makin hebat bila suhu di sekitarnya menurun. “Piretrin bersifat korelasi suhu negatif,” ujar Ir Agus Kardinan, MSc dari Balitro.

Piretrin relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan dibandingkan pestisida kimia. Itu karena dosis toksik yang terkandung di dalamnya masih dalam ambang toleransi manusia dan binatang peliharaan. Ia juga mudah terurai sehingga tidak meninggalkan residu toksik di lingkungan dan bahan makanan. “Di alam ia bekerja mirip insektisida sintetis DDT,” lanjut peneliti hama dan penyakit tanaman itu.

Penelitian yang pernah dilakukan di Balittro, Bogor, membuktikan, makin tinggi lokasi penanaman krisan, kandungan piretrin makin meningkat. Zat aktif itu mengandung 6 komponen mematikan, yaitu piretrin I, piretrin II, sinerin I, sinerin II, jasmolin I, dan jasmolin II. Paduan 6 zat itu bersifat rapid in action alias membunuh dengan cepat.

Menurut Agus, kombinasi zat itu hanya terdapat dalam tepung bunga. Konsentrasi 0,5% tepung bunga dapat membunuh serangga gudang lebih dari 90% dari total populasi. Tepung bunga inipun mampu menghambat peletakkan dan penetasan telur hama. Ia efektif untuk mengendalikan hama kubis, hama ulat daun wungu, hama ulat kipat pada jambu mete, lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.

Asal Cina

Bunga krisan, tanaman terna semusim. Famili Asteraceae itu tumbuh tegak setinggi 20—70 cm. Cabang-cabang tumbuh miring dan berbulu panjang. Pendatang dari negeri Tirai Bambu itu mampu beradaptasi di dataran rendah hingga ketinggian 1.750 m dpl.

Bunga piretrum memiliki pertulangan daun menyirip berwarna hijau dengan panjang helai 6—15 cm. Ia menarik lantaran bunganya majemuk dengan bentuk bonggol dan dihiasi mahkota melingkar putih. Buahnya berbentuk jarum warna kuning dengan biji warna senada. Batangnya yang berkayu berbentuk bulat.

Penyebarannya meluas di berbagai belahan dunia. Di Jepang, bunga seruni itu mulai dibudidayakan sejak abad ke-4. Kemolekannya merambah dataran Eropa khususnya Perancis sejak 1795. Lima tahun setelahnya, pemulia asal Chelsa, Mr Colvil mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Di tahun yang sama, pemerintah Hindia Belanda memboyong anggota divisio Spermathophyta itu ke bumi pertiwi. Sejak itu krisan tumbuh dan dikembangkan secara komersial di Indonesia.

Menurut Agus Kardinan, hingga kini Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Bogor, terus berinovasi menghasilkan ramuan-ramuan berbahan baku krisan. “Krisan salah satu pestisida nabati yang direkomendasikan Balittro,” ungkap master lulusan University of Arkansas, Amerika Serikat itu. Krisan kerap dicampur dengan bahan lain, seperti daun mimba, abu serai, dan abu sekam. “Masingmasing komponen itu membawa fungsi sendiri yang saling mendukung,” tambah pria kelahiran Tasikmalaya itu.

Kembali ke alam

Bunga krisan hanya salah satu penumpas hama yang disediakan gratis oleh alam. Bila menilik sejarah, pestisida nabati sejatinya telah ada sejak lampau. Ia hadir dari kearifan lokal dalam menyikapi hama dan penyakit tanaman yang mewabah. Sinerginya alam menyimpan banyak pelajaran yang bila ditelaah dapat diangkat sebagai ilmu pengetahuan.

Sayang, sejak produk kimiawi beredar luas, cara itu disingkirkan. Banyak pekebun kepincut kecepatan, ketepatan, dan efektivitas pestisida kimiawi. Namun, kesadaran efek produk sintetis yang ternyata tidak ramah lingkungan mengembalikan penggunaan unsur-unsur alam untuk menghadapi hama dan penyakit tanaman.

Semangat kembali ke alam pun kembali merasuk. Berbagai penelitian membuktikan tumbuhan pun manjur membikin hama kebat-kebit. Beberapa bahan aktif di jaringan tumbuhan seperti daun, bunga, buah, kulit, dan kayu memang memiliki sifat berbeda terhadap hama.

Semua itu didasarkan pada fungsi, contohnya bunga krisan, tuba Derris eliptica, mimba Azadirachta indica, dan srikaya Annona squamosa sebagai pembunuh. Sedangkan untuk penangkal digunakan gadung Dioscorea composite, dan untuk sekadar menjebak hama dimanfaatkan daun wangi Meulaleuca bracteata.

Sejauh ini pemakaian pestisida nabati aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Residunya cepat terurai berbeda dengan bahan sintetis yang bisa bertahan hingga sepekan lebih. Kelebihan itu menjadi pedang bermata 2. Karena sifat yang mudah terdegradasi itu membuat pestisida nabati harus sering-sering disemprotkan pada tanaman. (Hanni Sofi a)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Produksi Ikan Nila Milik Pembudi daya di Sumatra Barat Meningkat dengan Sistem Bioflok

Trubus.id—Pembudi daya di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat,  Dwi Fandy mampu menuai 450 kg dari kolam berukuran 40 m2....
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img