Trubus.id—Pohon durian lokal milik pekebun di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Agum Gumelar sebelumnya menghasilkan warna daging buah yang putih pucat. Namun, Agum tetap mempertahankan pohon tua berumur sekitar 125 tahun itu.
Ia fokus melakukan perbaikan melalui pemupukan yang intens. Mulai dari 2012 Agum memperhatikan pohon durian miliknya. Ia rutin menaburkan 2 kg kompos pada setiap pohon. Kompos yang digunakan terbuat dari campuran kotoran sapi, kambing, dan kerbau dengan perbandingan 1:1:1.
Sebelumnya campuran kotoran hewan tersebut dilakukan fermentasi selama satu bulan. Frekuensi pemberian setiap 1,5 bulan sekali. Sebelumnya Agum memberikan pupuk setiap sekali dalam 2 bulan. Namun, warna daging buah durian masih terlihat pucat.
Ia konsisten dalam melakukan pemupukan. Harap mafhum jika pohon durian miliknya mampu menghasilkan buah sebanyak 400—500 duriap per tahun. Daging buah juga mulai terlihat tidak pucat, meskipun belum sepenuhnya terlihat kuning cetar.
Agum juga memperhatikan jarak tanam antar pohon. Tujuannya setiap ranting supaya tidak bertatapan dan asupan sinar matahari tetap terpenuhi. Ia menggunakan jarak tanam 8 m x 12 m sesuai standar pada umumnya.
Pohon durian berumur 125 tahun itu menghasilkan buah sekitar 1,5 kg hingga 2,5 kg. Harganya juga terbilang mahal. Untuk buah dengan ukuran kecil (1,5 kg>) seharga Rp 500.000/ buah.
Ukuran sedang (1,5—2 kg) dengan harga Rp 750.000,-/buah. Sementara ukuran paling besar (2,5 kg<) Rp1 juta/ buah. Agum memberikan nama durian star queen untuk buah yang dihasilkan oleh pohon tua itu. Kulit buah durian star queen berwarna hijau.
Menurut praktikus durian Sigit Purwanto, “Durian dengan kulit hijau memiliki daya tarik tersendiri saat bergelantungan di toko-toko.” Kulit hijau menjadi nilai tambah durian dari segi tampilan. Ukuran buah juga tergolong kecil, yakni mulai dari 1,5 kg per buah.
