Thursday, March 28, 2024

Reaktor Mini Penghasil Pupuk

Rekomendasi
- Advertisement -

 

Reaktor di pabrik Pusri menangkap N2 dari udara, lalu mengolahnya dengan suhu dan tekanan tinggi menjadi amonia. Amonia itulah bahan baku Urea yang diandalkan dunia pertanian sebagai pemasok nitrogen tanah. Sedangkan azotobacter dan azospirillum punya teknik berbeda, ‘Keduanya memakan karbon di dalam tanah sebagai sumber energi dan menghasilkan enzim nitrogenase,’ kata Dra Selly Salma MSi, peneliti mikrobiologi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor, Jawa Barat.

Nitrogen dari udara diikat enzim itu, kemudian diubah menjadi amonia. Berikutnya makhluk mini lain-nitrosomonas dan nitrosococcus-mengubah amonia menjadi nitrogen yang dapat diserap tanaman: amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Publikasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor, pada 2006 menyebut azotobacter mengikat 10-15 kg Nper ha per tahun. Sedangkan kombinasi azospirillum dengan beragam bakteri lain dapat menambat 46 kg Nper ha per tahun atau setara 30% dari kebutuhan nitrogen padi.

Penambat dan pelarut

Menurut Dr Nuni Gofar MS, ahli mikrobiologi di Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Palembang, mikroba penambat Ntanah terbagi menjadi 2 kelompok besar: ‘Ada yang menangkap nitrogen dari udara secara bebas (nonsimbiotik) dan ada yang menambat nitrogen dari dalam tanah setelah bersimbiosis dengan tanaman kacang-kacangan (simbiotik),’ tutur Nuni. Prinsip kerja keduanya sama. Bedanya bakteri simbiotik-rhizobium-menambat Nsetelah menginfeksi akar tanaman. Pada 1980-an rhizobium pernah dipakai untuk mendongkrak produktivitas kedelai di Indonesia. Bakteri mendapat energi dari karbon yang disediakan tanaman, sebaliknya tanaman mendapat nitrogen.

Kemampuan azotobacter dan azospirillum bukan hanya menjadi ‘pabrik’ nitrogen di tanah. Ia juga berperan sebagai bakteri pelarut fosfat seperti layaknya Pseudomonas striata dan Bacillus polymyxa. ‘Mereka bisa melarutkan fosfat yang mengendap di dalam tanah menjadi fosfat yang dapat diserap tanaman,’ kata Dr Ratu Safitri MS, dari Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sebetulnya fosfat di tanah pertanian di Indonesia sangat melimpah karena pemupukan fosfat yang jor-joran sejak era 80-an. ‘Persoalannya hanya 15-20% pupuk yang diserap tanaman. Sisanya diikat kalsium (Ca-P), aluminium (Al-P), dan besi (Fe-P),’ ujar Dr Ir Etty Pratiwi MSi, kepala Laboratorium Mikrobiologi di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor. Dua yang disebut terakhir banyak terjadi di tanah masam. Sedang yang pertama terjadi di tanah alkali alias basa. Fosfat juga ada yang mengendap dalam bentuk organik atau masih dalam mineral sekunder seperti kaolinit dan gibsit.

Asam organik

Menurut Nuni bakteri pelarut fosfat melepas sejumlah asam organik berbobot molekul rendah seperti oksalat, suksinat, tartarat, sitrat, dan laktat. Berikutnya asam-asam organik itu bereaksi dengan pengikat fosfat seperti aluminium, besi, kalsium, dan magnesium. ‘Asam organik mendesak pengikat itu sehingga fosfat terlepas dan mudah diserap tanaman,’ tutur doktor dari Universitas Padjadjaran itu.

Cara lainnya bakteri pelarut fosfat melepas enzim fosfatase dan fitase. ‘Fosfatase melepas Pyang terikat unsur anorganik (Ca dan Al) dan fitase melepas Pyang terikat pada bahan organik,’ ujar Selly. Menurut Etty bakteri pelarut Pumumnya juga mampu melarutkan kalium (K) dalam tanah yang terdapat pada mineral tanah. Sebut saja mineral kelompok feldspar dan mika. Menurut Isroi SSi MSi, peneliti di Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, dalam 1 ha tanah mineral bisa dijumpai 40-50 ton kalium tapi hanya 1% yang bisa diserap tanaman. Asam organik yang dilepas bakteri itulah yang membebaskan Kdari mineral dan jeratan liat.

Belakangan azotobacter dan azospirillum diketahui mempunyai manfaat lain di samping menyediakan hara tanaman. ‘Mereka juga memproduksi vitamin dan zat pengatur tumbuh alias fitohormon yang dibutuhkan tanaman,’ kata Selly. Bakteri lain yang punya kemampuan serupa berasal dari genus Pseudomonas, Serratia, Acetobacter, dan Methylobacterium.

Mikroba lain seperti Streptomyces VC100 dan Bacillus mojavensis TM04 punya kemampuan meningkatkan ketersediaan hara secara tak langsung. ‘Paduan keduanya meningkatkan kemampuan tanah memegang air dan hara,’ kata Novik Nurhidayat PhD, peneliti mikrobiologi di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Riset Novik di pembibitan kelapasawit menyimpulkan keduanya efektif dipakai di tanah pasir yang tingkat pencucian haranya tinggi. Pupuk sintetis kimia yang dianjurkan dikurangi 50% dan ditambahkan streptomyces dan bacillus. Hasilnya pertumbuhan bibit kelapa sawit 2 kali lipat lebih cepat meski pupuk sintetis dikurangi.Itulah segudang manfaat makhluk superliliput yang kemampuannya tak kalah dengan pabrik raksasa. (Destika Cahyana/Peliput: Faiz Yajri dan Sardi Duryatmo)

Streptomyces (bentuk benang) berkemampuan memegang air dan hara, efektif di lahan-lahan pasir

Kerja pupuk sintetis optimal bila dikombinasikan dengan pupuk hayati penambat N, pelarut P, dan pelarut K

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Analisis Usaha Ikan Dewa : Waktu Singkat Laba Memikat

Trubus.id— Ingin terjun dalam usaha budidaya ikan dewa Tor sp.,? Anda  dapat memilih segmentasi usaha yang diminati. Menurut peneliti...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img