Tiang beton setinggi 2 meter itu menopang empat tanaman buah naga. Buah ranum siap panen muncul di hampir setiap ujung sulur. Di atas lahan 0,7 ha itu tumbuh 2.160 tanaman buah naga tengah berbuah serempak. Sebuah tiang menopang empat tanaman sehingga terdapat 540 rambatan. Jarak antartiang 3 meter x 3 meter. Itulah panorama di kebun buah naga Sabisa Farm di Kelurahan Loji, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Kebun yang dikelola oleh beberapa mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor itu berdiri sejak 8 Maret 2014. Menurut Wakil Ketua Sabisa Farm, Yusep Jalaludin (22 tahun), buah naga berpotensi besar. Sebab, permintaan buah eksotis itu relatif besar, sementara pasokan terbatas. “Perkebunan buah naga di Bogor masih jarang,” ujar Yusep. Pembina Sabisa Farm sekaligus ketua Asosiasi Buah Naga Nasional, Gun Sutopo, mendukung perkebunan buah naga itu.
Agrowisata
Yusep Jalaludin dan kawan-kawan mengelola kebun itu sebagai lokasi agrowisata. Sejak pembuahan perdana pada Oktober 2014 mereka mempromosikan kebun itu secara daring atau online. Semula hanya 20 pengunjung per pekan yang memetik buah naga di kebun itu. Seiring bertambahnya waktu, jumlah pengunjung pun makin meningkat. Menurut Yusep kini jumlah pengunjung mencapai 100 orang per pekan.
Mereka datang dari berbagai kota, antara lain Bogor, Bandung, dan Jakarta. Sebelum memetik langsung, salah satu anggota Sabisa Farm memberikan beberapa penjelasan mengenai perbedaan buah naga merah dan putih, ciri buah naga siap panen, dan cara yang tepat memanen buah.
“Selain agrowisata kami juga mengedukasi pengunjung,” ujar Yusep. Sabisa memang mengembangkan dua jenis buah naga, yakni merah dan putih. Populasi buah naga putih mencapai 1.200 tanaman yang merambati 300 tiang, sedangkan sisanya 960 tanaman buah naga merah.
Pengunjung memetik langsung buah naga siap panen dengan gunting khusus yang disediakan pengelola kebun. Dengan gunting itu, pengunjung memutus tangkai buah, sementara tangan kiri memegang buah kerabat kaktus itu. Kemudian pengunjung meletakkan buah pilihannya di keranjang. Sabisa Farm tak membatasi volume panen buah naga sepanjang buah tersedia.
“Di sini tidak ada batasan panen buah naga. Beberapa hari yang lalu ada yang panen hingga 60 kg per orang,” ujar Zainudin Wahidiyah, ketua pengurus Sabisa Farm. Setelah panen, pengunjung menimbang buah naga itu dan membayar Rp30.000 per kg. Menurut Zainudin volume panen buah naga rata-rata 0,8—1 ton per musim panen pada Oktober—Maret. Semua produksi itu tak sempat keluar kebun karena selalu habis “dipanen” para pengunjung kebun.
Praktik penyerbukan
Menurut Zainudin di luar musim panen, pengunjung tetap dapat memanen buah tetapi terbatas. “Di luar musim panen biasanya masih ada 10—15 tiang yang berbuah dan dapat dipanen pengunjung,” ujarnya. Omzet penjualan dua jenis buah naga merah dan putih omzet Sabisa Farm mencapai Rp 15-juta—Rp20-juta per bulan. Pendapatan itu relatif besar bagi para mahasiswa.
Harap mafhum para pengurus Sabisa Farm—kini mencapai 13 orang—adalah para mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Kampus pertanian yang berdiri pada 1963 itu menyediakan lahan agar para mahasiswanya menerapkan materi perkuliahan langsung di lapang. Bertiga belas mereka—latar belakang pendidikan agronomi, proteksi tanaman, dan ilmu tanah—mengelola kebun bersama-sama.
Mereka memilih buah naga karena pangsa pasar besar. Buktinya semua panen terserap pasar, tak sampai keluar kebun. Selain itu produksi juga belum mencukup semua permintaan. Banyak permintaan pengunjung tak belum terlayani. Selain itu, “Budidaya buah naga juga cenderung lebih mudah dibandingkan tanaman buah lain,” ujar Yusep. Salah satu kunci produksi optimal adalah penyerbukan buatan.
Pengurus Sabisa Farm menyerbuki bunga buah naga itu untuk menjamin kualitas buah. Seorang penyerbuk mampu melakukan penyerbukan 150 bunga dalam sejam. Namun, polinator pemula rata-rata hanya mampu melakukan penyerbukan pada 50 bunga. Jika polinasi mengandalkan serangga polinator atau angin, maka ukuran buah tidak akan maksimal. Ukuran buah yang harusnya bisa mencapai 500 g per buah bisa menyusut hingga setengahnya yaitu hanya 250 g per buah.
Zainudin dan kawan-kawan bukan sekadar menjual buah naga siap petik kepada para pengunjung. Mereka juga menjual atraksi penyerbukan pada malam hari hingga dinihari. “Indahnya bunga saat mekar sayang jika dilewatkan, maka kami juga mengajak para pengunjung melihat langsung bunga buah naga itu mekar dan dilakukan polinasi,” ujar Zainudin. Sabisa menyerbuki buah naga pada pukul 20.00—02.00 dinihari.
Menurut Zainudin pengunjung juga tertarik melihat penyerbukan. Bahkan, para pengunjung pun bisa mempraktikkan penyerbukan yang tepat. Sabisa Farm belum mengutip tarif untuk melihat paket penyerbukan dan panen buah naga. Karena masih tahap sosialisasi dan bertujuan untuk edukasi. (Ian Purnama Sari)