Trubus.id–Kebun Raya Cibodas (KRC) kembali membuka rumah kaca nepenthes sebagai wahana edukasi pada Kamis (19/12). Rumah kaca itu berfokus pada konservasi nepenthes dataran tinggi. KRC menyajikan 80 jenis nepenthes (180 individu) yang terbagi menjadi beberapa kelompok.
Nepenthes di rumah kaca itu berasal dari Sumatra (30 jenis), Jawa (2 jenis), Kalimantan (8 jenis), Sulawesi (8 jenis), Papua (2 jenis), dari luar Indonesia (15 jenis), dan hibrida (15 jenis).
Selain nepenthes, terdapat 7 marga tumbuhan karnivora lainnya, seperti Cephalotus, Sarracenia, Dionaea, Utricularia, Pinguicula, Drosera, dan Heliamphora.
Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi, R. Hendria menuturkan bahwa revitalisasi rumah kaca nepenthes itu sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pemeliharaan nepenthes di kebun raya. Selain itu menjadi wahana edukasi bagi pengunjung.
“Apabila jenis-jenis yang didisplay dalam rumah kaca tersebut merupakan koleksi kebun raya (memenuhi kriteria untuk dapat di klaim sebagai koleksi), maka tentu ini merupakan langkah yang sangat baik untuk mendukung upaya konservasi pada taksa tersebut,” dilansir pada laman BRIN.
Ia mengungkap bahwa aktivitas konservasi tidak boleh berhenti hanya pada fase penyelamatan, pengkoleksian dan tampilan semata. Namun, mesti ada penelitian dan pemanfaatannya secara berkelanjutan.
Hendria menuturkan aspek konservasi oleh kebun raya paling tidak dapat terlihat dari beberapa hal yakni seberapa banyak jenis-jenis tumbuhan koleksi yang memiliki nilai konservasi tinggi (tergolong threatened, endemik, jenis-jenis yang dilindungi, memiliki nilai ilmu pengetahuan tinggi, dan lain-lain).
Kemudian bagaimana keterpeliharaan material tumbuhan koleksi dan keterkelolaan data tumbuhan koleksinya. Selain itu, bagaimana pemanfaatan dari jenis-jenis koleksi tumbuhan tersebut, baik untuk tujuan edukasi, untuk program pemulihan jenis, untuk penelitian dan pengembangannya lebih lanjut.
Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN, Ratih Damayanti menuturkan rumah kaca nepenthes di Kebun Raya Cibodas itu mendukung siswa dan peneliti untuk belajar dan meneliti nepenthes.
Menurut Ratih rumah kaca nepenthes itu berperan penting dalam konservasi, terutama untuk jenis yang terancam punah. Ia menyebut ke depannya, BRIN dan Mitra Natura Raya akan bekerja sama mendata jenis nepenthes yang akan dijadikan koleksi.
Ratih menambahkan 80 jenis nepenthes di KRC itu memiliki keunikan dan manfaat berbeda. Ia menuturkan ke depan, akan disusun panduan atau katalog tentang karakter nepenthes untuk edukasi siswa dan masyarakat, serta mengintegrasikan lima fungsi Kebun Raya.
General Manager Kebun Raya Cibodas, Joko Sulistio berharap pembukaan kembali rumah kaca itu menjadi daya tarik masyrakat untuk berkunjung ke Kebun Raya Cibodas.
“Berlibur bersama keluarga, teman dan sahabat sambil belajar mengenal tanaman yang dikenal dengan sebutan kantong semar ini,” tutur Joko.
Kini rumah kaca nepenthes terlihat berbeda dari sebelumnya, karena jenis nepenthes yang ditanam adaptif dengan microclimate di dalam rumah kaca.
Selain itu, terdapat infrastruktur pendukung pemeliharaan nepenthes seperti sistem penyiraman dengan mesin RO (Reverse Osmosis), misting sprayer, dan dripping.
Penambahan instalasi lampu menggunakan jenis lampu grow light yang juga kian membantu untuk tanaman. Terdapat papan informasi tentang keunikan dari jenis-jenis nepenthes yang ada di dalam rumah kaca tersebut.
Harapannya nepenthes tetap terjaga dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Melansir pada laman BRIN data IUCN Red List, terdapat 27 jenis kantong semar yang terancam punah. Empat di antaranya merupakan jenis dengan status konservasi Critically Endengered (CR; kritis) dan 4 lainnya berstatus Endengered (EN; terancam).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya, dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, tumbuhan nepenthes termasuk tumbuhan yang harus dilindungi keberadaanya.