Pantas maskoki berumur 1,5 tahun itu menyandang predikat terbaik. Ia mempunyai kriteria ikan jawara; bentuk tubuh proporsional, mulus, sehat, dan aktif berenang. Saat Trubus mendekat, ia diam beberapa saat penuh percaya diri, lalu menegakkan ekornya yang simetris. “Luar biasa, sosoknya hampir sempurna. Jarang ada ryukin ekstra besar berkualitas prima,” kata Fatono Wiredja. Padahal, saat mengikuti lomba, andalan hobiis di Jakarta Utara itu baru seminggu menginjak tanahair. Pendatang baru dari Cina itu seolah menggegerkan Jalan Sumenep, tempat penyelenggaraan kontes.
Ikan berukuran 22 cm itu memang menarik puluhan pengunjung yang hadir. Ia dinilai layak meraih gelar terhormat itu. Harsono, hobiis yang kerap memenangkan kontes di berbagai arena misalnya, telah menduga sejak hari pertama lomba. “Dari pertama, saya prediksi ia bakal meraih gelar itu. Tengok saja, ia tampak sehat, kepalanya kecil dan ekornya tegak simetris. Enak dilihat saat berenang,” katanya. Yang menarik, sang empunya ikan malah sangsi. Musababnya, grand champion selama ini didominasi maskoki corak merah kombinasi putih, atau hitam pekat.
Meski menang, ryukin jumbo itu bukan tanpa kelemahan. “Hanya satu kekurangannya, warna tubuh agak pucat,” kata Fatono. Namun, itu bukan halangan baginya untuk merengkuh gelar terbaik. Pasalnya, saingan terberatnya oranda jumbo penghuni akuarium 171 kalah prima. Jambul di kepala ada yang pecah. Pun, sirip dorsal terlihat patah. Menurut Kris Widjojo, andaikan kontes digelar 6 bulan sebelumnya, dapat dipastikan oranda milik Akim asal Jakarta itu bakal menang karena struktur tubuh sempurna dan warna lebih ngejreng. Lantaran itu ia harus puas di posisi kampiun oranda jumbo.
Oranda junior
Persaingan paling ketat justru terjadi di kelas oranda junior. Selain menyedot peserta terbanyak—24 ikan—kualitas mereka hampir setara. Uniknya lagi, sebagian besar peserta berasal dari maskoki lokal—dari sebuah farm terkenal di Magelang— dengan indukan impor. Beruntung, oranda junior penghuni akuarium 15 tampil menonjol. “Struktur bodinya bagus. Kepala serta jambul merahnya juga hampir sempurna,” kata Kris Widjojo sambil menunjuk maskoki milik Borobudur Goldfi sh Society (BOGOS) asal Temanggung. Sementara lawan terberatnya, oranda jagoan YB Hariantono asal Bintaro, Tangerang, harus puas di posisi ke-2 lantaran sirip anus belum sempurna.
Kualitas di kelas oranda junior yang relatif seragam menjadi kabar baik buat dunia maskoki di Indonesia. Di masa mendatang mereka akan tumbuh menjadi oranda senior dan jumbo calon-calon grand champion. “Bakalan bagus telah muncul. Kelak mereka akan malang melintang di arena kontes,” kata Kris. Apalagi mereka hasil breeding peternak lokal, artinya suatu saat grand champion tak melulu direngkuh oleh ikan impor.
Yang juga tak kalah menarik adalah pertarungan di kelas ryukin senior. Tercatat 16 peserta turut memperebutkan gelar kampiun. Lazimnya, kelas itu hanya diikuti 10—12 peserta lantaran jarang ryukin senior berkualitas prima. Penghuni akuarium 151 milik Akim akhirnya menyabet posisi kampiun dengan nilai 8,3. “Tubuh proporsional. Kepala dan ekor bagus. Ia tambah menarik karena ada totol-totol,” kata Kris. Ia menang tipis atas ryukin milik Tropis dan Viktor yang masing-masing memperoleh poin 8,2 dan 8,0.
Sukses
Acara bertajuk Th e Jakarta Fish Exhibition & Contest 2005 itu terbilang sukses. Tercatat 161 akuarium terisi oleh peserta dari berbagai kota seperti Jakarta, Padang, Pontianak, Magelang, Temanggung, Solo, Salatiga, dan Surabaya. “Target peserta 150—200. Saking banyaknya, kami menolak 20 ikan (dari peserta perorangan, red) karena takut kepenuhan,” kata Abbas, ketua panitia.
Padahal, acara yang digelar 24—27 Maret 2005 itu hanya dimotori oleh Klub Maskoki Jakarta, pedagang ikan hias di Jl. Sumenep, Jakarta, dan Pusat Promosi Hasil Perikanan (PPHP) Sumenep, Jakarta. Menurut Masyhur, kepala PPHP, melihat antusiasme peserta mengikuti kontes, acara itu akan dirancang sebagai ritual tahunan. “Biar komunikasi antara pemerintah, pengusaha, klub, peternak, dan hobiis terjalin mesra,”