Tuesday, March 4, 2025

Sakit Paru-paru Telah Berlalu

Rekomendasi

Semua berawal di penghujung 2002. Sulistyo yang kala itu berprofesi sebagai pemasar di perusahaan rokok sering terserang batuk. Anak ke-6 dari 9 bersaudara itu acap bepergian hingga larut malam. Keluhannya hanya dianggap sebagai gejala masuk angin biasa. Selain itu ia percaya batuknya bawaan bayi. Memang saat itu istrinya tengah berbadan dua. Pengobatan pun sebatas obatobatan bebas.

Delapan bulan berlalu dengan cepat. Si mungil Oktafi an Bagus Nugroho hadir ke dunia. Namun, batuk yang dideritanya tak kunjung hilang, bahkan semakin menjadi. Nyeri pun kerap menghampiri. “Dada ini sampai sakit menahannya,” ujar Listyo— panggilan akrab Sulistyo. Penderitaan semakin bertambah jika malam tiba. Batuk berkepanjangan terdengar dari dalam rumah di daerah Margoredjo, Sleman, Yogyakarta, itu.

Diagnosa berbeda

Merasa tak kuat lagi, suami Siti Aminah itu lalu memeriksakan diri ke dokter. Tidak ada jawaban pasti yang diperoleh. Toh, hingga obat-obatan pemberian dokter habis diminum, kesembuhan tak kunjung datang. Itulah sebabnya Listyo mencoba pengobatan tradisional, dari ramuan jamu godok hingga pengobatan cina. Setiap mendengar nama pengobat, langsung didatangi.

Titik terang sempat muncul pada akhir 2003. Kala itu sinse memberikan 1 paket obat cina seharga Rp5- juta. “Setelah minum itu, dada rasanya lebih ringan, tapi harganya mahal jadi tidak diteruskan,” ungkap pehobi olahraga bulutangkis itu. Listyo pun kembali bergerilya mancari pengobatan alternatif.

Merasa tak tertolong dengan obat-obatan tradisional, ia kembali mendatangi dokter. Kali ini tak tanggung-tanggung, 3 dokter sekaligus didatangi. Dokter umum hingga dokter paru-paru. Hasil rongen menunjukkan, kedua paru-parunya kotor.Anehnya, vonis yang diberikan berbeda-beda. Ada yang memvonis fl ek paru-paru, bronkhitis, hingga tuberkulosis.

Bermacam-macam obat harus ditelan. “Sampaisampai bingung melihat obat, saking banyaknya ,” kata Listyo. Hasilnya jangankan sembuh, kondisi tubuhnya semakin menurun. Badan terasa dingin walaupun cuaca panas. Jaket hampir tak pernah lepas dari tubuh Listyo yang semakin ringkih.

Nafsu makan turun drastis. “Lidah rasanya pahit, sulit untuk makan,” kata Listyo. Bobotnya yang semula 75 kg, turun drastis hingga tinggal 50 kg. Oleh perusahaan ia dimutasikan ke bagian gudang, yang relatif aman dari kegiatan di luar kantor.

Dalam keadaan lemah, semangat kerja kelahiran 8 April 1971 itu tidak pernah surut. Jarak Sleman— Yogyakarta tetap ditempuh dengan berkendaraan motor. Mungkin itulah penyebab sakitnya tak kunjung berkurang. Terpaan angin membuat batuknya semakin menjadi. Hampir setiap malam, tubuhnya menggigil disertai demam tinggi. “Batuknya juga tambah ngikris (bahasa Jawa, parah, red) saya sampai tidak bisa menghitungnya,” ujar Nunuk, kakak sulung Listiyanto yang menemani saat wawancara berlangsung.

Harapan muncul

Harapan itu muncul pada November 2004. Kala itu Nunuk tertarik membeli majalah Trubus. Sulung dari 9 bersaudara itu membaca artikel tentang khasiat buah merah yang bisa menyembuhkan tumor payudara. Melalui salah seorang distributor buah merah di Jakarta, akhirnya didapat 2 botol seharga Rp125.000 per botol isi 120 ml.

Penghujung Desember 2004 Listyo mulai mengkonsumsi sari buah famili Pandanaceae itu. Sehari diminum 3 kali, masing-masing 3 sendok makan. Perubahan tak lama ditunggu. Belum juga habis 1 botol, badan terasa enak. Agar keampuhan obat makin terasa, Listyo memutuskan untuk beristirahat total di rumah. Waktu 2 minggu di rumah dimanfaatkan untuk memulihkan kondisi tubuh. Efeknya makin lama makin jelas terlihat. “Sekarang dada terasa ringan, batuk-batuknya masih tapi tidak sesering dulu lagi,” ungkap lelaki asli Sleman itu.

Ketika ditemui Trubus akhir Januari 2005, Sulistyo terlihat segar. Wajahnya tak lagi pucat pasi. Sepiring nasi kini bukan hal yang sulit lagi untuk dihabiskan. Dulu, baru sesendok nasi disuap, perut langsung memuntahkan. Berjalan-jalan keluar rumah tanpa baju hangat pun sudah bisa dilakoni. Hingga kini 2 botol buah merah telah habis dikonsumsi, kesembuhan pun makin nyata terbayang di depan mata.

Stamina tubuh

Menurut dr Zaenal Gani, dokter sekaligus herbalis asal Malang, Jawa Timur, batuk berkepanjangan disertai dahak indikasi awal tuberkulosis (TBC) atau infeksi cendawan. Flek hanyalah tanda awal adanya gangguan di paruparu. Ia bisa muncul karena faktor lingkungan, terlalu sering terpapar polusi udara atau udara malam tanpa perlindungan. Bisa juga berasal dari kotoran hewan yang terinfeksi kuman. Pengobatan harus dilakukan kontinu. Dan “Yang penting kondisi tubuh pasien harus ditingkatkan,” ujar Zaenal.

Hal serupa dikatakan Sarah Kriswanti, herbalis di Bandung. Pengobatan penyakit paru-paru harus dilakukan hingga tuntas, menghilangkan kuman penyebab dan peningkatan daya tahan tubuh. Bisa dimaklumi, jika daya tahan meningkat, tubuh akan terpacu untuk membentuk t-limfosit, sel darah putih yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Boleh jadi buah merah salah satu pencetusnya.

Walaupun senyawa aktif yang berperan sebagai obat belum diketahui pasti, tapi tidak dapat dipungkiri Pandanus conoideus kaya zat gizi. Di dalamnya terdapat kandungan vitamin dan mineral yang cukup lengkap. Antara lain kalsium, fosfor, besi, dan vitamin B1. Kandungan kalorinya tinggi, mencapai 400 kilo kalori/100 gram daging buah. Tak heran jika setelahmeminumnya orang akan merasa bugar dan nafsu makan meningkat.(Laksita Wijayanti)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tip agar Tidak Mudah Lemas Saat Puasa

Trubus.id–Perbanyak konsumsi sayuran, buah, dan herbal sesuai fungsi dan dosis yang dianjurkan membuat badan bugar dan tidak mudah lemas...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img