Friday, March 7, 2025

Satu Mesin Tiga Guna

Rekomendasi

Mesin serbaguna sebagai perontok, pengering, sekaligus penggiling padi bertenaga surya.

Mesin Pandawa 5 ramah lingkungan karena menggunakan panel surya sebagai sumber daya.
Mesin Pandawa 5 ramah lingkungan karena menggunakan panel surya sebagai sumber daya.

Wakiman sering cemas saat mendung. Harap mafhum, petani padi di Desa Kedawung, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, itu membutuhkan terik sinar matahari untuk mengeringkan padi hasil panenannya. “Biasanya butuh waktu paling cepat 3 hari untuk penjemuran padi. Namun, kalau cuaca mendung seminggu saja kadang masih belum kering,” ujar Wakiman.

Petani padi itu gembira saat panen pada Juli 2016. Lima mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Universitas Negeri Malang, mendatangi Wakiman seraya menawarkan mesin Pandawa 5—perontok, pengering, dan penggiling padi sekaligus. “Setelah memakai mesin karya mahasiswa itu, proses pengolahan padi sampai jadi beras hanya perlu waktu sehari,” ujar petani padi sejak 1992 itu.

Pengering
Kelima mahasiswa itu, yakni Wahyudi, Onny Yunas Leman, Udin Syamsudin, Muhammad Miftah NR, dan Mundi Basuki, membuat mesin Pandawa 5 untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Teknologi (PKMT) yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pada pertengahan 2016, mesin buatan Wahyudi dan rekannya itu lolos hingga tingkat nasional di bawah bimbingan Dr Retno Wulandari ST MT.

Mesin itu multifungsi. Selain sebagai perontok padi, mesin itu juga bisa untuk mengeringkan plus menggiling padi sehingga memudahkan petani mengolah padi hingga menjadi beras. “Manfaat itu menjadi faktor utama, mesin buatan Wahyudi dan rekan lolos di tingkat nasional,” ujar Retno yang mengajar mata kuliah mekanika fluida di Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang itu.

Wahyudi dan tim yang merancang mesin serbaguna, yakni perontok, pengering, dan penggiling padi.
Wahyudi dan tim yang merancang mesin serbaguna, yakni perontok, pengering, dan penggiling padi.

Wahyudi dan rekan memberi nama mesin itu Pandawa 5. Nama itu diambil dari judul karya yang diikutkan PKMT, yaitu Perontok, Pengering, dan Penggiling Padi Panel Surya. “Kami mengambil huruf P, totalnya ada lima. Selain itu, kami satu tim juga 5 orang, laki-laki semua,” ujar Onny Yunas Leman. Dimensi mesin itu pada bagian perontok padi memiliki panjang 60 cm, lebar 35 cm, dan tinggi 45 cm.

Mesin pengering berukuran panjang 100 cm dan diameter 20 cm. Adapun mesin penggiling padi berukuran panjang 60 cm, lebar 35 cm, dan tinggi 45 cm. Menurut Dr Ir Agung Prabowo M Eng, dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan), ide pembuatan mesin perontok padi yang termasuk mesin pengering dan penggiling patut diapresiasi.

Namun, pada mesin pengering perlu diperhatikan hasil gabah sebelum masuk ke mesin penggiling hingga keluar menjadi beras. Menurut Agung bila kadar air tinggi dan proses pengeringan padi terlalu cepat akan menghasilkan beras pecah. Wahyudi mengatakan, bagian paling sulit saat membuat pengering. “Kami harus menemukan suhu dan kadar air yang tepat agar kondisi gabah siap untuk digiling sehingga menghasilkan beras yang bersih dari kulitnya,” ujar anak pertama dari dua bersaudara itu.

Dalam uji coba ia memperoleh suhu dan kadar air terbaik gabah saat proses pengeringan, yaitu suhu 50°C. Pengeringan menghasilkan gabah berkadar air 14—16%. Menurut Wahyudi proses pengeringan dengan suhu terlalu tinggi menyebabkan gabah gosong. Jika kadar air masih tinggi beras bisa patah saat digiling sehingga kualitas beras menurun.

Panel surya
Keunggulan lain mesin Pandawa 5 adalah dari segi sumber tenaga yang ramah lingkungan. Wahyudi dan rekan menggunakan panel surya pada mesin itu agar ramah lingkungan. Menurut Agung Prabowo, tantangan membuat mesin yang memanfaatkan tenaga surya adalah saat cuaca mendung dan minim sinar matahari. Menurut Wahyudi, saat minim sinar matahari pandawa 5 tetap bisa bekerja.

“Pandawa 5 menggunakan panel surya tipe polikristalin. Tipe itu memungkinkan alat menangkap sinar matahari saat mendung meski dengan output yang lebih sedikit,” ujar mahasiswa kelahiran Blitar, Jawa Timur, itu. Menurut Agung Prabowo, mesin bertenaga surya amat bermanfaat untuk petani yang tinggal di wilayah-wilayah minim sumber daya fosil dan listrik.

Proses pengeringan dan perontokan padi lebih cepat dengan mesin
Proses pengeringan dan perontokan padi lebih cepat dengan mesin

Selain itu, dari segi biaya operasional mesin bertenaga surya memang bisa hemat, tetapi dari segi biaya investasi akan lebih tinggi karena membutuhkan alat-alat tambahan. Apalagi kalau menggunakan motor listrik alternating current (AC). “Kalau menggunakan motor listrik arus AC masih perlu aki, konverter sehingga biaya investasinya tinggi,” ujar Agung.

Pada mesin itu Wahyudi menggunakan arus listrik direct current (DC). Biaya total pembuatan mesin itu kurang lebih 13-juta rupiah. “Kalau biaya pembuatan total sekitar Rp13-juta. Namun, harapannya nanti bisa ditekan hingga kurang dari Rp10-juta setelah kami tahu langkah-langkahnya. Saat ini kami masih trial and error sehingga menggunakan bahan terbaik dulu. Selanjutnya, kami akan cari bagian mana yang bisa dimodifikasi sehingga biaya pembuatannya bisa lebih hemat,” ujar Dr Retno.

Mesin Pandawa 5 memiliki spesifikasi dinamo berkekuatan 1 tenaga kuda atau horse power (HP) dan 0,5 HP. Peralatan itu menggunakan aki berdaya 24 volt dengan arus 65 ampere. “Sementara untuk sumber energi, mesin Pandawa 5 menggunakan panel surya 60 watt peak (WP),” ujar Wahyudi. Keunggulan lain mesin Pandawa 5 mampu menghemat biaya pengolahan padi.

Menurut Wahyudi dan rekan untuk mengolah hasil panen dari lahan 100 m² dalam setahun alias tiga kali panen, Wakiman membutuhkan biaya Rp450.000 jika menggunakan mesin konvensional. Ketika menggunakan Pandawa 5, Wakiman hanya merogoh kocek Rp90.000. “Waktunya pun lebih singkat hanya sehari dalam sekali panen, sementara cara konvensional harus menunggu 8 hari karena mengandalkan sinar matahari langsung,” ujar Wahyudi. (Bondan Setyawan)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Pangan Lokal sebagai Pilihan Menu Berbuka dan Sahur yang Bergizi

Trubus.id–Bulan Ramadan menjadi momen istimewa untuk menjaga pola makan yang sehat dan seimbang. Salah satunya dengan mengonsumsi pangan lokal...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img