Anggota famili Cruciferaceae itu ditata rapi di sebuah keranjang yang masing-masing memuat 15 kg. Itulah aktivitas di ruang pendingin milik Dinas Pertanian Provinsi Riau di Marpoyan, Pekanbaru. Dari sana setiap bulan 100 ton hasil panen dari 112 ha sayuran dataran rendah dikirim ke Singapura.
Singapura memang pasar potensial. Namun, bukan pekerjaan mudah untuk menembusnya. Sebab, Tumasik—nama lawas negeri Jiran itu mensyaratkan kualitas tinggi. “Mulus, seragam, segar, dan bebas residu pestisida,” kata Basriman, kepala Sub Dinas Pengembangan Hortikultura, Dinas Pertanian Provinsi Riau.
Demi mutu, sayuran ditanam di lahan berkelambu. Sprinkle dimanfaatkan untuk irigasi. Dengan teknologi itu sayuran bisa ditanam sepanjang waktu sehingga kontinuitas pasokan terjaga. Metode budidaya pun mengikuti petunjuk penyuluh. Demikian pula panen diatur sesuai umur agar seragam.
Beragam sayuran dituai dengan hatihati. Selain berkualitas, sayuran disyaratkan bebas residu. Sayang, peralatan untuk mengecek derajat residu tidak tersedia di Pekanbaru. Pemeriksaan kadar residu dilakukan di Agrifood and Veterinery of Singapura. Namun, itu bukan menjadi soal. Sebab, “Dengan tidak menyemprot insektisida seminggu sebelum panen terbukti sayuran bebas residu” ujar Barisman. Berikut ini tahapan proses pengemasan sayuran sebelum dikirim ke Singapura. (Nyuwan SB)