Burung asli Indonesia itu terus berkicau sembari bermandi sinar surya. Menjelang senja mereka kembali datang mencari pakan. Di bawah taman itulah Hariyanto melewatkan pagi sembari membaca koran. Di bawah taman? Taman tropis itu memang menutupi atap sudut rumahnya.
Di taman mungil itu Hariyanto dan keluarga kerap meluangkan waktu bersantai. Tempatnya memang amat nyaman, bersebelahan dengan kolam renang. Di dindingnya gemericik air mancur jatuh ke kolam renang menjadi irama yang menenteramkan jiwa. Bungabunga malaithong yang kuning cerah menjuntai. Itu kian mempermolek taman kecil. “Saya menyukai taman ini karena terasa menyejukkan,” ujar mantan importir buku-buku untuk perguruan tinggi itu.
Rumah Hariyanto bukan di pelosok kampung yang habitat burung masih terjaga. Pria 50 tahun itu tinggal di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Bagi warga kota besar yang dipenuhi rimba beton, kicauan burung teramat mewah. Hariyanto memang gemar mendengarkan kicauan burung. Oleh karena itu ia ingin tamannya menjadi persinggahan burung-burung sehingga jeruk kinkit menjadi salah satu ornamen taman.
Limau kiah—nama lainnya—itulah yang mengundang kutilang. Buahnya yang kecil menjadi sumber pakan bagi burung anggota famili Pycnonotidae. Ada yang meyakini kinkit dibawa oleh burungburung migrasi dari Cina ketika negeri itu dibalut musim dingin. Yang pasti kinkit berbuah terus-menerus sehingga burung pun senantiasa mendatanginya. Buah yang lezat jika diolah menjadi manisan itu menjadi sumber pakan burung.
Lambat
Menurut Ir Hari Harijanto, perancang taman, kinkit layak sebagai ornamen taman atap. Sebab, pertumbuhan anggota famili Rutaceae itu amat lambat. “Pemilik taman tak harus sering-sering memangkas,” ujar alumnus Institut Pertanian Bogor itu. Lalu malaithong? Pendatang asal Bangkok, Th ailand, itu awet. Bunganya mampu bertahan hingga sebulan. Pertumbuhannya yang menjuntai sekaligus berfungsi sebagai tirai peredam panas. Maka saat tengah hari sekali pun, suasana tetap nyaman.
Jenis tanaman lain adalah palem Buttia capitata. Pertumbuhan kerabat kelapa sawit itu juga lambat sehingga cocok di taman atap. Selain itu mereka tak mudah rontok sehingga ayah 2 anak itu tak direpotkan tugas membersihkan kolam renang. Ketiga tanaman itulah yang mengisi taman mini bergaya ornamental. Pada prinsipnya taman ornamental menekankan pada sisi keindahan agar enak dilihat.
Jadi, tanaman apa pun layak mengisi taman ornamental. Namun, lantaran lokasinya di atas atap, Hari Harjanto membuat kriteria lain. Contoh, lambat pertumbuhan, cukup bandel, dan tak membutuhkan perawatan intensif. Euphorbia dan adenium, beberapa jenis tanaman lain yang cocok sebagai penghias taman atap. Variasi bunga kedua tanaman itu amat tinggi dan penampilan menawan.
Harum
Kehadiran taman mungil itu memang terasa meneduhkan. Maklum, rumah 3 lantai di atas lahan 600 m2 itu terkesan keras. Hijau taman seakan melunakkan kesan itu. Letaknya yang persis di sudut, menyebabkan taman itu tampak dari seluruh kamar di lantai ke-3. Tak hanya Hariyanto dan keluarga yang betah menikmati taman mini itu. Rekanan bisnisnya yang datang berkunjung pun, lebih senang memilih taman berbentuk setengah lingkaran itu sebagai tempat bertransaksi atau sekadar bercengkerama.
Padahal, ruang tamu di rumahnya amat luas dilengkapi sofa empuk dan pendingin ruangan. Seluruh dinding dalam ruang tamu berupa kaca, sehingga taman itu mudah terlihat. Pantas jika kehadirannya mengundang hasrat para tamu untuk menyambangi. Di bawah taman itu pria kelahiran Surakarta 24 September 1954 menempatkan ruang bilas, mesin kolam renang, dan ruang sauna. Efi siensi ruang benar-benar diterapkan sarjana Elektro itu.
Di ujung kolam renang Hariyanto menempatkan antingputri Wrigtia religiosa. Tanaman setinggi 2 meter itu tegak berdiri dengan percabangan kompak. Daunnya hijau agak muda lantaran sinar matahari tak berlebih. “Tamu saya tak ada yang tak suka dengan tanaman itu,” katanya seraya menunjuk sosok antingputri. Tanaman yang dijuluki rajanya bonsai itu menebarkan aroma harum saat bungabunga putih bermekaran.
Keberadaan suei mei—sebutannya di Taiwan—menjadi pemanis sudut ruang yang didominasi pagar besi dan dinding beton. Mencium harum yang menguar dan menatap taman itulah yang selalu dilakukan Hariyanto setiap pagi usai bangun tidur. Di sana ia menanti kutilang datang. Berharap merdu kicauan kembali terdengar. (Sardi Duryatmo)
Taman Atap Tetap Top
Taman di atap harus didesain khusus lantaran lokasinya relatif sulit dijangkau. Agar penampilan taman tetap prima, Ir Hari Harjanto, perancang taman alumnus Institut Pertanian Bogor, memberi sejumlah kiat seperti berikut ini.
- Pastikan dak atau atap cukup kuat. Sebab, ketebalan media mencapai 30—40 cm. Dak yang kurang kokoh membahayakan penghuni rumah.
- Pilih jenis tanaman yang bandel karena intensitas panas di atas lebih tinggi. Ukuran tanaman juga harus proporsional—disesuaikan dengan luas dak. Misalnya, hindari menanam palem raja di taman atap.
- Perhatikan tingkat kemiringan lahan. Atap harus miring ke tempat tertentu agar air siraman tak menggenang. Genangan air memicu kelembapan tinggi, mengundang cendawan, lalu akar busuk.
- Buat saluran drainase. Itu perlu ketika air berlebih, misalnya hujan, segera dibuang. Tujuan akhir sebetulnya juga mencegah akar busuk.
- Manfaatkan irigasi tetes sederhana untuk penyiraman. Misalnya dengan cara melubangi pipa- pipa di sekitar tanaman. Ketika hendak menyiram, putar saja keran dan air pun mengalir. Jadi, tak perlu penyiram naik ke atap.
- Pupuk lambat urai dapat dijadikan pilihan sebagai sumber nutrisi. Dengan begitu frekuensi pemupukan tak terlalu tinggi, 4 bulan sekali. (Sardi Duryatmo)