Thursday, March 6, 2025

Sehari Tanam Sehektar Jagung

Rekomendasi

Itu lantaran pekerja harus membuat alur, menugal lubang tanam, menanam benih lalu menutup kembali. Kini dengan ATB1-2R-BALITSEREAL kepayahan itu sirna. Cukup dioperasikan oleh 1—2 orang, alat itu mampu menanam 20 kg benih dalam waktu 8—11 jam di luasan sama.

Itulah inovasi terbaru dari Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serelia (Balitsereal), Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. “Kendala penanaman jagung di luar Pulau Jawa adalah kekurangan tenaga kerja sedangkan lahan jagung cukup luas,” ujar Subandi. Menurut alumnus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu untuk luasan 1 ha minimal dibutuhkan 5—10 tenaga kerja untuk mengefi sienkan waktu. Tak heran bila 52% biaya produksi terserap untuk biaya tenaga kerja.

ATB1-2R

Dengan menggunakan traktor tangan, ATB1-2R mampu bekerja optimal. Artinya, pekebun jagung dapat menanam dalam waktu singkat tanpa mengeluarkan tenaga yang besar. “Itulah kelebihannya. Karena rata-rata petani jagung di Sulawesi Selatan atau di daerah lain memiliki traktor tangan untuk sawah,” ujar Subandi.

Alat tanam jagung karya Balitsereal itu telah dimodifi kasi. Di bagian depan dipasang pisau baja yang berfungsi memecah bongkahan tanah keras. Itu memudahkan lempengan baja di belakangnya membuat alur tanam. Lazimnya, alat tanam jagung lain tidak menggunakannya. “Jadi, cocok untuk tanah keras atau bekas sawah,” tambahnya. Bongkahan tanah yang besar atau lahan becek menghambat kerja roda pembuat lubang tanam.

Alat tanam jagung itu dilengkapi 2 roda baja, di kiri dan kanan. Setiap roda berdiameter 20—30 cm itu dilengkapi 20—25 besi kecil sepanjang 5—10 cm. Besi itu berfungsi sebagai tugal, pembuat lubang tanam. Nah, saat roda baja itu berputar, besi akan membuat lubang lalu benih akan jatuh secara otomatis. Petani dapat m e n g a t u r jarak tanam y a n g d i i n g i n k an . Umumnya dipakai jarak tanam rapat 75 cm x 25 cm. Sesaat setelah benih jatuh, roda itu langsung menutup lubang tanam secara otomatis.

Di atas roda “ajaib” itu terdapat 2 kotak benih yang mampu menampung 4—5 kg benih/kotak. “Biasanya 1 ha ratarata membutuhkan 20 kg benih. Jadi, 3 kali mengisi bak,” kata Ir Imamuddin Firmansyah, kepala bagian mekanisasi alat. Di dalamnya terdapat lempengan pengatur jatuhnya benih. Sebanyak 5—6 lubang pada cakram besi itu juga dimodifi kasi untuk mengatasi kendala benih jagung tidak jatuh.

Lazimnya, seed metering device tempat jatuhnya benih itu berbentuk tabung. Masalahnya, “Ukuran benih tidak sama. Jadi bila ada benih yang nyangkut di lubang otomatis benih yang lain tidak bisa turun,” ucap Subandi. Makanya, seed metering device ATB1-2R berbentuk kerucut terpancung. Diameter lubang atas 12,5 mm dan semakin melebar ke bawah sehingga benih lancar turun.

Dengan berbagai kelebihan itu beberapa dinas pertanian provinsi seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Gorontalo, dan beberapa dinas pertanian kabupaten di Sulawesi Selatan terpikat untuk memiliki. Walaupun harga alat mencapai Rp5-juta—Rp6-juta per unit, tetapi biaya produksi penanaman hanya Rp30—Rp40/kg. “Mereka tidak rugi memiliki alat ini. Sangat kompatibel,” ungkap Imamuddin.

Pasar

Bukan tanpa sebab Balitsereal terus mengembangkan teknologi mekanisasi di dunia jagung. Itu lantaran pasar lokal dan luar negeri membutuhkan jagung dalam jumlah besar. Menurut Subandi permintaan jagung dalam negeri meningkat 4—5% per tahun. Pasar dunia membutuhkan 87-juta ton/tahun.

Sampai saat ini jagung dunia dipasok dari Amerika Serikat, Argentina, dan Cina. “Kebutuhan jagung untuk negera mereka sendiri meningkat. Makanya pasokan pasar dunia menurun sedangkan permintaan terus meningkat. Nah, ini peluang yang harus ditangkap Indonesia,” katanya. (Rahmansyah Dermawan)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Potensi Pasar Produk Olahan Hortikultura

Trubus.id–Keamanan pangan merupakan salah satu permasalahan dalam pengembangan produk hasil hortikultura. Musababnya antara lain aplikasi teknologi yang belum diadopsi...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img