Monday, September 9, 2024

Sejarah Penyebaran Lidah Buaya, Istimewa karena Manfaatnya

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id — Lidah buaya atau Lily of desert aloe vera sesungguhnya begitu istimewa. Berasal dari daerah beriklim kering dan panas di Afrika Utara, lidah buaya menyebar hingga Persia dan Mesir di Timur Tengah, Yunani dan Italia di Eropa, Florida dan Hawaii di Amerika, serta India, Jepang, Filipina, dan Cina di Asia.

Penyebaran ke Asia dibawa oleh para pedagang Arab. Lidah buaya mirip kaktus. Daunnya tumbuh ke atas, kaku bagaikan lidah atau pedang yang tajam. Mungkin itu sebabnya di Indonesia disebut lidah buaya.

Di dunia ada sekitar 350 jenis Aloe. Aloe barbadensis yang ditemukan oleh Phillip Miller—pakar botani asal Inggris—pada 1768 paling banyak dimanfaatkan. Yang ditanam di Pontianak Aloe chinensis.

Meski berasal dari daerah tropis anggota keluarga Liliaceae justru tahan udara dingin. Pada 1983–1984 hampir 96% pertanaman di Rio Grande Valley, Texas, California luluh-lantak akibat serangan embun dingin kecuali lidah buaya. Di sana dikembangkan ratusan hektare lidah buaya.

Perkenalan umat manusia dengan lidah buaya dimulai berabad-abad sebelum masehi. Sebuah artefak dari tanah liat peninggalan bangsa Sumeria yang ditulis pada 2200 SM menjadi salah satu bukti.

Menurut dokumen yang ditemukan di Kota Nippur itu, masyarakat di delta Sungai Eufrat dan Tigris memanfaatkan sukulen tersebut sebagai obat pencahar. Bahkan, ada yang percaya interaksi manusia dan lidah buaya berlangsung sejak 4000 tahun Sebelum Masehi.

Buktinya, ada lukisan aloe di dinding makam dan kuil raja-raja bangsa Mesir. Ia pun menjadi salah satu hantaran yang disertakan dalam penguburan para firaun.

Bagi bangsa Mesir kuno lidah buaya adalah tanaman keabadian. Mereka mewariskan 12 resep pengobatan menggunakan Aloe vera dalam papirus yang ditulis pada 1150 SM. Peninggalan bersejarah temuan George Ebers pada 1862 itu masih bisa disaksikan di Universitas Leipzig, Jerman.

Pengobatan dengan lidah buaya juga tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah pengobatan Arab, Yunani, India, dan Cina. Di Cina, lidah buaya dipercaya ampuh sebagai obat awet muda. Penelitian terkini menyebutkan lidah buaya mampu memperbaiki sel rusak.

Ada juga yang menyebut khasiat tanaman bercucuk itu untuk mengatasi impotensi. Dalam ilmu farmasi Yunani, lidah buaya pertama kali disebut oleh Celsius. Dokter yang hidup pada 25 SM–50 Masehi itu—bukan Celsius yang terkenal dengan teori pembagian titik didih air—memakainya untuk obat pencahar.

Pedianos Dioscorides—ahli farmasi Romawi yang hidup pada 41–68—membuat deskripsi lengkap pertama tentang lidah buaya. Ia juga menyebutkan khasiatnya sebagai obat tidur, sembelit, memar, sakit mata, dan luka pendarahan.

Lalu berturut-turut Pliny the Elder, Galen, Antyllus, dan Aretaces melakukan penelitian-penelitian lanjutan. Tanaman yang namanya berarti substansi pahit bercahaya itu memang memegang peranan penting dalam pengobatan bangsa Romawi.

Lantaran itu pula Aristoteles—filsuf terkenal Yunani—menasihati muridnya, Iskandar Zulkarnaen alias Alexander Agung untuk menaklukkan Pulau Socotra. Tujuannya, supaya mereka punya cukup cadangan aloe untuk mengobati luka para prajurit di medan tempur. Berabad-abad kemudian dari pulau di Afrika Timur itu diekspor lidah buaya kering ke Inggris.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Melalui Edukasi dan Promosi, Komunitas Acteavist Indonesia Aktif Kenalkan Teh ke Generasi Muda

Trubus.id–Komunitas Acteavist Indonesia aktif memperkenalkan teh ke generasi milenial melalui edukasi dan promosi.  Salah satu penggagas Acteavist Indonesia, Cakra...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img