Setelah salah satu di antara mereka dipanggil, sebuah pertanyaan dilontarkan juri, “Lam yai mae phan kao-ke yuu thi-nai?” (Pohon induk lengkeng tertua ada di mana?, red). Itulah salah satu seleksi pemilihan Miss Longan yang rutin digelar di Provinsi Lamphun, Thailand, setiap tahun.
Calon Miss Longan itu mafhum, pohon induk tertua milik dr Pithak yang berumur ratusan tahun. Acara itu digelar pada Agustus—saat panen raya—setiap tahun bersamaan dengan Festival Lengkeng. Lokasi penyelenggaraan selalu di Lamphun—700 km utara Bangkok. Wilayah berketinggian 600 m dpl itu memang sentra lam yai alias lengkeng terbesar di Thailand.
Para peserta Miss Longan tak hanya dituntut tampil cantik, tetapi juga paham seluk-beluk lengkeng. Juri terus mengajukan pertanyaan berbeda untuk setiap peserta. “Lengkeng apa yang paling banyak diekspor ke Amerika Serikat?” Yang dimaksud juri adalah i-do, lengkeng bulat besar dan paling banyak dikembangkan pekebun.
Banjir
Selain i-do ada 2 jenis lain yang ditanam pekebun. Masing-masing adalah chompu yang merah muda di pangkal buah dan bieu kiew bersosok agak pipih. Ketiga jenis lengkeng itu juga dikonteskan setiap kali festival berlangsung. Dengan menggalakkan kompetisi, pekebun merasa tertantang untuk memproduksi buah bermutu.
Faktanya, saat festival digelar Lamphun seperti banjir Nephelium longan. Saat itu berkarung-karung lengkeng sambung-menyambung di tepian jalan highway dari Lamphun sampai Chiang May. Kedua kota itu dapat ditempuh 2 jam dengan bermobil. Ketika festival berlangsung, harga sekilo lengkeng cuma Rp4.000; di luar panen, mencapai Rp16.000.
Tidak hanya Thailand yang rutin menggelar festival. Negara-negara di Asia Timur seperti Cina, Jepang, dan Korea juga melangsungkan Festival Bulan. Malahan Hawaii, negara bagian Amerika Serikat, tak ketinggalan. Hajatan itu jatuh pada Jumat bulan ke-8 penanggalan Cina. Saat itu lengkeng dihidangkan untuk menghormati arwah leluhur.
Naga
Festival Bulan juga dimeriahkan oleh berbagai menu dari lengkeng seperti olahan kue bulan. Kala perayaan, sebuah kue bulan dijual US$3. Di bawah siraman cahaya rembulan mereka bergembira menyambut tibanya panen lengkeng. Selain itu ada pula Festival Musim Semi. Lengkeng tak ketinggalan dihadirkan, selain durian serta campuran lengkengdan nasi. Menjelang perayaan harga lengkeng biasanya menjulang.
Di Shanghai, Cina, lampu dan lentera dinyalakan menyambut datangnya musim semi. Festival selalu dimulai pada Ahad. Khusus di Beijing, ibukota Cina, pada keesokan hari dimulai berbagai pergelaran seni. Tercatat 280 pertunjukan seperti sulap, opera tradisional, balet, dan drama untuk memeriahkan acara itu.
Masyarakat Cina menyebut lengkeng dengan long yen (baca: lung yen, red). Kata long yang berarti naga, di lidah Indonesia berubah menjadi liong. Secara harfiah long yen bermakna mata naga. Menurut dr He De Bin, periset di Pusat Penelitian Kedokteran Cina, buah lengkeng yang dikupas tampak berkilauan. Warna daging buah putih bening sepintas seperti mata naga.
Itulah sebabnya dalam perdagangan internasional kerabat rambutan itu juga disebut dragon eye. Dalam budaya Cina, naga dianggap binatang sakral, pelindung peradaban, dan simbol kebesaran. Naga menjaga langit dan sungai-sungai supaya tetap mengalir. Wajar jika banyak istilah yang mengadopsi kata long. Contoh, kaisar disebut naga di bawah langit.
Arwah leluhur
Dalam budaya Indonesia lengkeng digunakan sebagai persembahan kepada para leluhur. Ketika Trubus singgah di Singkawang, Kalimantan Barat, 23 Maret 2004 Mulyono tengah memetik lengkeng di kebunnya. Buah seukuran kelereng itu bukan untuk dijual, tetapi pelengkap ritual sembahyang kubur. Sekeranjang lengkeng setara 15 kg lalu dibawa ke Pontianak, 4 jam perjalanan dari Singkawang.
Mulyono dan keluarga hendak mengadakan upacara keagamaan di kuburan kerabat. Buah asal Cina itu dibawa serta sebagai persembahan kepada arwah leluhur. Ritual itu diadakan 2 kali setahun. Satu upacara lagi jatuh pada pertengahan tahun. Masih di Indonesia, ketika Imlek tiba mamoncillo chino—sebutan lengkeng di Kuba—juga banyak dicari oleh masyarakat Cina untuk keperluan sama.
Anehnya, di negara asalnya Imlek selalu tanpa lengkeng. Bukan apa-apa, saat tahun baru itu datang, lengkeng di Cina belum berbuah. Musim berbuah di negeri Tirai Bambu sekitar Agustus. Di Indonesia panen lengkeng lokal pada Januari—Februari yang berdekatan dengan Imlek.
Mandi
Menurut Broto Sudibyo, herbalis di Yogyakarta, daun lengkeng dan daun jeruk bali kerap dimanfaatkan untuk memandikan anak yang rewel. Anak menangis tanpa sebab dan berkepanjangan. Orang Jawa menyebutnya klengkeng dimaknai supaya anak tidak menangis nglengeng (kedua e dibaca keras seperti pada kata sendok, red)—alias menangis tak berkesudahan.
Sedangkan jeruk bali atau jeruk gulung diharapkan supaya anak tidak menangis gulung-gulung. Sebagian orang percaya, bila anak terus menangis ada makhluk lain yang mengganggu. Dengan daun jeruk bali, biarlah makhluk itu bali (bahasa Jawa berarti pulang, red) ke rumahnya. Eye ball alias mata bola—sebutan untuk lengkeng—mewarnai peradaban manusia. Lengkeng hadir di festival, ritual keagamaan, dan penghormatan kepada para arwah. (Sardi Duryatmo)