Friday, December 6, 2024

Selamat dari sang Perontok Janin

Rekomendasi
- Advertisement -

Wajar bila pemilik Cheetah Cattery di Jakarta Pusat itu pesimis bakal mendapat keturunan. Sebab, hingga kini kucing menjadi inang Toxoplasma gondii. Tak heran, bila ia harus menjalani tes darah 2 bulan sekali untuk mendeteksi kehadiran si perontok janin itu. Penyakit itu menimbulkan keguguran, lahir mati, prematur, dan cacat fisik.

“Kucing sebagai hospes (media, red). Ookista hanya berkembang di usus keluarga Felideae, termasuk kucing,” ujar drh Th Anna Ekawati, pemilik Griya Satwa Lestari di Semarang, Jawa Tengah. Parasit itu ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah tropis, termasuk Indonesia. Diperkirakan 63% orang Indonesia terjangkit hewan bersel satu kelas Sporozoa itu.

Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, itu ookista berkembang biak di usus lalu keluar bersama feses. Penyebaran ookista dapat melewati udara dan air. Daya tahannya kuat hingga hidup berbulan-bulan. “Mengkonsumsi daging setengah matang  tercemar ookista bisa menular ke manusia, juga sayuran yang tidak dicuci bersih,” kata Anna—panggilannya.

Putus rantai

Kucing termasuk peringkat tertinggi yang terjangkit penyakit ini, 72%, setelah anjing (75%), lalu disusul kambing (61%), babi (36%), dan ternak lain (10%). Penyebabnya, kucing kampung banyak berkeliaran di sekitar rumah. Bahkan, anak kucing dapat tertular parasit melalui plasenta saat di kandungan induk.

Kehadiran toksoplasma sebenarnya bisa dicegah dengan menjaga sanitasi, kesehatan dan lingkungan, termasuk kucing di rumah. “Jadi, bagi penggemar kucing tak perlu khawatir bila selalu membersihkan rumah dan peliharaannya. Yang penting memutus rantai kehidupannya,” ujar Anna.

Lingkungan di sekitar rumah selalu bersih dan steril. Hanny mengepel lantai dengan cairan antiseptik setiap hari. Frekuensinya tergantung jumlah kucing yang dipelihara. “Penularan bisa melalui orang lain yang masuk ke rumah. Jadi, setiap kotor dibersihkan,” kata kelahiran Bandung, Jawa Barat, itu. Ia membersihkan lantai hingga 10 kali/hari. Maklum, jumlah kucing piaraannya mencapai 60 ekor.

Ruangan pemeliharaan kucing bersirkulasi baik. Kandangnya harus bersih, bebas feses, dan urin. Feses segera diserok, lalu dibuang di toilet. “Tinja disiram dulu dengan air panas. Ookista mati pada suhu 80oC,” ucap Anna. Tempat pakan, minum, dan peralatan kandang selalu terjaga kebersihannya. Halau kucing liar, burung, dan tikus yang bisa menjadi vektor penyakit.

Kondisi kucing harus sehat dan fi t. Pakannya berupa dry food dengan kandungan protein 12—14%. Jagalah kebersihan wadah pakan dan minum dengan cara mencucinya hingga bersih, lalu keringkan. Pakannya pun selalu diganti baru setiap hari. Hanny menganjurkan untuk tidak mengganti merek karena dapat menyebabkan kucing mencret.

Pakan tambahan lain seperti daging boleh diberikan pada binatang kesayangan. Hanny tidak memberikan daging mentah karena khawatir ada cacing, melainkan memasaknya terlebih dulu. “Cukup ambil airnya saja,” kata istri Alex Chandra itu. Suplemen berupa vitamin bisa diberikan dengan dosis sesuai petunjuk. Pun obat cacing rutin diberikan setiap 3 bulan sekali.

Tubuh bersih

Jagalah kucing agar tetap sehat, terutama bulunya. Hanny rutin memandikan seminggu sekali. Frekuensi ditingkatkan menjadi 3 hari sekali bila bulu tampak kotor. Caranya, basahi bulu dengan air, lalu oleskan cairan pembersih lemak yang biasanya menempel di bulu. Biarkan selama 5 menit, lalu guyur dengan air hingga merata. Setelah itu usapkan sampo, kemudian digosok perlahan dengan arah berlawanan tumbuhnya bulu.

Usai dibilas air bersih, beri cairan conditoner agar bulu lembut lalu siram dengan air sampai bersih. Bulu dikeringkan dengan hair dryer pada tingkat kepanasan sedang sambil disisir perlahan-lahan. Periksa mata, hidung, dan telinganya. Bila tampak kotoran hitam menyumpal di telinga segera dicungkil dengan cotton bud yang sudah dibasahi cairan ear washing. Tetesi eye cleaner pada mata agar tampak cemerlang.

Perhatikan kuku dan giginya. Gigi kuning dan berkarang menebarkan aroma tidak sedap sehingga harus dibersihkan dengan alat dan tangan. Yang penting selalu mencuci tangan sebelum atau sesudah memegangnya. Kalau perlu gunakan sarung tangan karet sewaktu merawat si meong. Bila perlu rutin mengecek ke dokter hewan terdekat untuk memastikan kesehatannya. “Kalau kondisinya sehat, tak perlu ragu untuk mengelus atau menggendongnya,” kata Hanny sambil mengelus perut yang kini memasuki usia 7 bulan kehamilan. (Nyuwan SB)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Belantara Foundation Promosikan Program Restorasi Hutan di Pameran SDGs Week 2024-EcoPro Jepang

Trubus.id-Belantara Foundation bersama APP Japan Ltd. (APPJ) mengikuti Pameran SDGs Week–EcoPro 2024 yang diselenggarakan di Tokyo Big Sight (Tokyo...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img