Thursday, June 8, 2023
spot_img

Selamat Tinggal Daun Muda

Rekomendasi
- Advertisement -

Peningkatan 10% produksi di Anthura setara dengan 8-juta tangkai bunga per tahunDengan dua daun, produktivitas anthurium bunga potong justru naik 15%.

 

Nurseri Anthura mengembangkan teknik young leaf breaking (YLB), memangkas daun muda untuk meningkatkan produksi 10—15%Dua bendera putih merah itu menggantung di atas bedeng anthurium bunga. Bendera itu tanda para pekerja di nurseri Anthura di kota Bleiswijk, Belanda, tengah menguji coba teknik baru budidaya anthurium bunga potong. “Kami menyebutnya teknik young leaf breaking (YLB),” kata Nic van der Knaap, pemilik nurseri seluas 22 ha.

Para pekerja sesegera mungkin memangkas setiap daun muda yang masih menggulung. Mereka menyisakan hanya dua daun tua sebagai dapur untuk memproduksi makanan bagi pertumbuhan bunga selama setahun. Lazimnya untuk memproduksi setiap bunga, para pekebun menumbuhkan satu daun baru. Jadi, satu bunga dari satu daun.

“Sebab bunga tumbuh di setiap ketiak daun,” kata Nic. Namun, Nic dan tim membuktikan dengan memotong daun muda sedini mungkin dan hanya menyisakan dua daun tua, produksi bunga justru naik 10-15%. “Memang tidak terlalu tinggi, tapi setiap kenaikan produksi itu pun berarti  uang,” kata Nic.

Setiap tahun nurseri Anthura memproduksi 84-juta tangkai anthurium potong. Kenaikan produksi 10-15% berarti ada ekstra minimal 8-juta tangkai bunga setiap tahun. Nic menerapkan teknik YLB pada tanaman berumur minimal 6 bulan terdiri atas 5-6 daun dewasa. Pekerja memangkas seluruh daun tua dan menyisakan dua daun muda. Berikutnya setiap daun muda muncul, langsung dipotong.

Pangkas tua

Menurut Nic dua dapur itu cukup untuk menyediakan makanan untuk pertumbuhan bunga selama setahun masa produksi. Lihatlah produksi varietas bernomor 8236 P yang ditanam pada awal 2009. Pada periode empat mingguan ke-6 sejak awal tanam pekerja mengaplikasikan teknik YLB. Hasilnya mulai terlihat pada tahun kedua penanaman.

Produktivitas mencapai 32,6 tangkai bunga per meter persegi per tahun. Bandingkan jika menggunakan teknik tradisional yang hanya 32,4 tangkai per meter persegi per tahun. Hasil pada tahun berikutnya lebih signifikan lagi yaitu 36,5 tangkai dengan teknik YLB; 32,0 tangkai dengan teknik biasa. “Pertama kali kami memperkenalkan teknik ini, tidak ada yang percaya bisa berhasil,” kata Nic.

Hasil penelusuran Trubus teknik YLB relatif baru. “Kami belum pernah mencobanya,” kata Cucu Wijaya, kepala Bagian Perencanaan Produksi dan Kontrol Inventori di PT Ekakarya Grahaflora. Ekakarya satu-satunya nurseri anthurium bunga terbesar di tanahair. Nurseri di Desa Kanoman, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat, itu membudidayakan 20 varietas anthurium bunga potong asal Anthura.

Beberapa varietas adalah tropical berwarna merah, midori berbunga hijau, dan marysia berwarna kuning. Jadi boleh dibilang nurseri seluas 4 ha di Cibeber itu sebagai Anthura kecil. Namun di Cibeber para pekerja justru memangkas daun tua yang tidak produktif. Mereka menyisakan tiga daun saja. “Teknik menyisakan tiga daun supaya bunga bisa tumbuh lebih besar karena nutrisi terserap optimal,” kata Cucu.

Nurseri itu membiarkan daun muda muncul. “Kami biarkan daun muda muncul agar dapat menghasilkan bunga,” tutur Karsimin, kepala Bagian Produksi PT Ekakarya Grahaflora. Sebab bunga akan muncul di setiap ketiak daun baru. Itu juga cara “tradisional” yang dilakukan Anthura.

Ir Yoyo Sulyo MS, periset anthurium di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) di Cianjur, Jawa Barat, menyebutkan pekebun biasanya mempertahankan empat daun. Setelah muncul daun ke-5, daun tertua dipotong sehingga jumlah daun tetap 4 helai. Menurut Yoyo Sulyo daun terlalu banyak menghambat pembentukan bunga karena nutrisi untuk pertumbuhan bunga dibagi-bagi juga untuk daun.

Sebaliknya jika jumlah daun terbatas, pertumbuhan tanaman terhambat karena tempat memproduksi makanan tak memadai. Bagaimana dengan teknik YLB yang hanya mempertahankan dua daun, tapi produktivitas bunga justru meningkat? “Itu sangat mungkin dilakukan,” kata Yoyo. Dengan dua daun maka pertumbuhan tanaman terfokus untuk menghasilkan bunga.

“Tetapi yang penting nutrisinya harus digenjot dengan pemupukan rutin,” kata master bidang Virologi dari Institut Pertanian Bogor itu. Ahli Fisiologi Tumbuhan dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Ir Edhi Sandra MS, sepakat untuk memacu produksi pada teknik YLB maka harus didukung dengan pasokan energi-nutrisi-yang memadai. Ukuran daun pun harus relatif besar.

Budidaya intensif

Menurut Cucu untuk mendongkrak produktivitas bunga maka nurseri Ekakarya merawat tanaman secara intensif. Selain itu kondisi nurseri sebisa mungkin disesuaikan dengan habitat asli anthurium, yaitu ternaungi, lembap, dan media berpori. Ekakarya membudidayakan anthurium bunga di rumah tanam dengan dua lapis jaring penaung berkerapatan 60% (atas) dan 30% (bawah).

Nurseri itu menanam kembang cingir putri itu di atas bedengan berukuran 1,2 m x 30 m setinggi 30 cm. Media tanam berupa cacahan sabut kelapa setebal 15-20 cm yang dihamparkan di atas tanah. Pekerja menanam bibit setinggi 30-40 cm atau berumur 7 bulan pascakedatangan dari Belanda. Selama 7 bulan, bibit muda setinggi 10 cm dari Anthura itu ditanam dalam nurseri pembesaran menggunakan media tanam campuran serutan kayu dan sekam dengan perbandingan 1 : 1.

Populasi setiap bedeng produksi 400-600 tanaman atau 10-16 tanaman per m2 dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm.  “Pada penanaman anthurium populasi rata-rata 14 tanaman per m2, bisa lebih tapi maksimal 16 tanaman per m2,” tutur Muhammad Baidowi, praktikus florikultura di Bogor, Jawa Barat. Penyiraman sebanyak tiga kali sehari dengan sistem sprayer.

Air menyembur dari nozel-nozel pada sebuah selang di tengah bendeng dan dua selang di tepi bedeng. Nozel di selang pertama menyirami tanaman dengan sudut putaran 360o; selang di kiri-kanan bedeng, hanya 180o. Tanaman mendapat pupuk majemuk (AB mix) sekali dalam sepekan. Elektrokonduktivitas (EC) 1 atau konsentrasi 1 g per liter. Dosis pemupukan pada masa pembesaran bibit 0,5 g per liter atau EC 0,5.

Lace leaf itu mulai berbunga 5-6 bulan kemudian. Menurut Yoyo Sulyo anthurium berbunga ketika memiliki 4-5 daun, atau rata-rata berumur 6-8 bulan dari bibit. “Tapi ukuran bunga yang dihasilkan belum optimal, ukuran masih kecil,” kata Karsimin. Produksi bunga optimal setelah tanaman berumur 1 tahun di bedeng budidaya. Produktivitasnya rata-rata 4-5 tangkai per tahun dengan periode panen 2-3 bulan sekali. Usia produksi bertahan hingga tanaman berumur 5 tahun, selanjutnya perlu penanaman baru lagi.

Rundukkan

Menurut Baidowi produktivitas yang sangat rendah salah satu “kendala” pengembangan anthurium bunga di tanahair. “Untuk meningkatkan produktivitas memang harus dengan memperluas areal tanam,” kata Baidowi. Pantas jika Anthura menanam anthurium di nurseri seluas 22 ha; Ekakarya, 4 ha.

Ekakarya berupaya memperpanjang masa produksi hingga 4-5 tahun lagi dengan cara merundukkan tanaman tua berumur 5 tahun. Dengan begitu, tanaman terpacu mengeluarkan akar baru. Akar baru menyebabkan pasokan nutrisi ke daun lebih lancar ketimbang tetap mempertahankan akar lama. Cara itu juga semula dilakukan di Anthura.

Saat tanaman memiliki daun tua terlalu banyak, pekerja merompesnya. Daun muda dipertahankan karena dari sana muncul bunga. Namun, dengan teknik itu terdapat penurunan produksi 30%. Oleh karena itu Anthura mengembangkan teknik YLB. Hasilnya produktivitas lebih tinggi ketimbang cara tradisional.

Lagipula, “Dengan YLB tanaman pun bisa dipertahankan tetap pendek dan bisa diperlakukan untuk budidaya otomatisasi,” kata Nic.  Jadi, pada suatu hari nanti boleh jadi semua sepakat untuk mengatakan selamat tinggal pada daun muda. (Evy Syariefa/Peliput: Bondan Setyawan dan Muhammad Khais Prayoga)

Keterangan Foto :

  1. Peningkatan 10% produksi di Anthura setara dengan 8-juta tangkai bunga per tahun
  2. Nurseri Anthura mengembangkan teknik young leaf breaking (YLB), memangkas daun muda untuk meningkatkan produksi 10-15%
  3. Teknik lama (kiri) pertahankan 4 daun dan biarkan daun muda tumbuh karena bunga muncul di sana. YLB (kanan), sisakan 2 daun, pangkas daun muda, produksi naik 10-15%
  4. Roxette, jenis merah salah satu warna favorit
  5. Warna kuning, salah satu jenis baru berkode 8236 P
  6. Uji coba pada varietas  8236 P, produktivitas pada tahun ketiga penanaman 36,5 tangkai bunga per meter persegi per tahun dengan teknik YLB; 32,0 tangkai dengan teknik biasa
  7. Nic van der Knaap, pemilik nurseri Anthura seluas 22 ha
  8. Cucu Suherman dan Karsimin, tingkatkan produksi anthurium di nurseri Ekakarya dengan budidaya secara intensif
  9. Ir Yoyo Sulyo MS, “YLB mungkin dilakukan asal pasokan nutrisi digenjot.”
  10. Magic red, spadik superbesar. Lahir dari mutasi

Anthurium Super!

“Jadinya seperti tongkol jagung ya,” tutur Ir Yoyo Sulyo MS, periset anthurium di Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) di Cianjur, Provinsi Jawa Barat ketika melihat foto anthurium dengan spadik berukuran raksasa. Anthurium berwarna merah itu memang memiliki spadik superbesar. Spadik yang biasanya langsing bak kelingking seorang putri, justru ukurannya berlipat lima. Pantas dari kejauhan penampilannya mencolok mata. Anthurium berspadik raksasa itu salah satu koleksi nurseri Anthura di Bleiswijk, Belanda. Menurut Nic van der Knaap, pemilik nurseri, si raksasa lahir dari mutasi. Anthura menyebutnya magic red.

Bunga lace leaf itu diperuntukkan untuk bunga potong. “Namun saat ini pemakaiannya masih sangat terbatas,” tutur Nic. Maklum sosoknya sangat berbeda dengan anthurium lazimnya. Bagi Yoyo penampilan cingir putri itu jadi kurang menarik. “Bunga seharusnya berkesan feminin, ini terlalu macho,” kata Muhammad Baidowi, praktikus tanaman hias di Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Sosok lebih elok diperlihatkan jenis lain yang masih dalam bentuk kode 8034. Sang cingir putri berwarna merah itu memiliki dua petal yang bertumpuk, biasanya hanya satu. Jenis lain yang juga bertumpuk berwarna lebih lembut, merah muda. “Ini juga lahir dari mutasi, tapi kini kami sudah mulai mencoba menyilang-nyilangkannya,” kata Nic. Hasilnya saat ini terdapat lima calon varietas dengan bunga tumpuk, di antaranya si petal tumpuk berwarna bunga merah, merah jambu, dan putih. Sejatinya pada 2000-an Balithi juga memiliki anthurium berpetal tumpuk. Namun, tidak dirilis karena warna bunga kurang bagus. (Evy Syariefa/Peliput: Bondan Setyawan)

Keterangan Foto :

  1. 2&3. Jenis baru berpetal tumpuk

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Mentan Syahrul Dorong Peningkatan Produksi Kedelai Nasional

Trubus.id— Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) melakukan kegiatan penanaman kedelai di Desa Candirejo, Kecamatan Senin, Kabupaten Gunungkidul,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img