Trubus.id—Pusat Riset Tanaman Pangan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menginisiasi penelitian seleksi varietas padi dengan melibatkan partisipasi para petani secara aktif. Penelitian dilakukan di empat lokasi, termasuk di Desa Tangguntiti, Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.
Peneliti di Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, Vina Eka Aristia menuturkan selama ini pelepasan varietas padi hanya melibatkan peneliti. Namun, ia dan tim melibatkan petani untuk mengetahui kesukaan dan kesesuaian dengan kebutuhan petani.
Lebih lanjut, ia menuturkan sistem pada penelitian ini desentralisasi riset atau penelitian partisipatif. “Melibatkan peran aktif petani dalam proses penilaian dan pemilihan varietas padi yang sesuai,” katanya.
Penelitian pada lahan tadah hujan itu melibatkan 220 petani di berbagai wilayah Indonesia seperti Bali. Lebih lanjut ia menuturkan penelitian itu merupakan hasil persilangan dan mutasi dari varietas sebelumya.
Ia menuturkan kegiatan riset itu bertujuan menghasilkan genotip yang sesuai. Total dari 17 galur, dipilih menjadi 15 galur untuk diuji coba kembali. “Selanjutnya, diuji 10 galur dan terakhir dicoba 6 galur di lahan tadah hujan,” katanya.
Vina menuturkan galur yang digunakan merupakan galur tingkat lanjutan, yakni lebih dari generasi ke-8. “Proses awalnya adalah melalui persilangan dan mutasi, kemudian dipilih yang sesuai dengan adaptabilitas, produksi, ketahanan hama, dan ketahanan penyakit. Saat ini, galur yang kami uji coba sudah mencapai generasi ke-10 dan telah diuji di agroekosistem,” tutur Vina dilansir pada laman BRIN.
Peneliti di Pusat Riset Tanaman Pangan I Gusti Komang Dana Arsana menuturkan dengan semakin banyaknya lahan-lahan ke arah kekeringan maka dilakukan riset pada beberapa galur varietas padi yang berpotensi untuk lahan kering.
“Bahan tanam ditanam di lahan petani tanpa pengairan, hanya memanfaatkan curah hujan yang ada. Kegiatan riset itu, kerja sama dengan ketua subak dan petani Desa Tanguntiti Subak Aseman 4 wilayah Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Selemadeg Timur,” tutur Komang.
Ia menjelaskan bahwa kegiatan itu berupa temu lapang dan uji prevalensi nasi dari beberapa varietas padi yang uji coba. “Kami sedang menguji adaptasi 6 galur padi dan 4 varietas yang sudah dirilis,” ujar Komang.
Pekaseh Subak Aseman 4 I Wayan Sukaartama, menuturkan bahwa 10 tahun terakhir Subak Aseman 4 mengalami kekeringan. Ia menuturkan penemuan varietas padi tahan kekeringan pada kegiatan demplot menjadi harapan petani.
Ia berharap dengan adanya demplot 10 varietas padi itu dapat mengatasi masalah kekurangan air pada musim tanam selanjutnya. Kepala BPP Selemadeg Timur, I Ketut Sarjawa menuturkan, lahan di Selemandeg Timur itu dapat dianggap sebagai lahan tadah hujan.
Terdapat irigasi, tetapi hanya berfungsi pada musim hujan. “Sehingga hanya pada saat itu pula penanaman untuk Indeks Penanaman dapat dilakukan,” ujar Sarjawa.
Ia menuturkan rata-rata IP di Kecamatan Selemadeg Timur yakni 135. “Untuk daerah Tangguntiti yang merupakan lahan tadah hujan, IP padi hanya mencapai 100,” katanya.
Maka dengan adanya varietas padi baru, ia dan petani mengharapkan galur padi yang tahan terhadap kekeringan. “Selain itu, kami berharap galur yang baru dapat meningkatkan produksi dan produktivitas padi di Kecamatan Selemadeg Timur,” ujar Sarjawa.