Lomba mancing di Situ alias danau. Rasakan sensasi hentakan strikenya.
Lomba baru berjalan 33 menit, ketika joran Ahmad Saefi sudah meliuk-liuk dan melengkung tajam. Dengan gigih Efi—panggilan akrabnya—sigap meladeni ikan yang menyambar umpannya. Perlawanan ikan segera berakhir di tangan pria asal Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, itu. Ia berhasil mendaratkan seekor ikan mas berukuran besar.
Hasil itu tak mengecewakan. Panitia menyatakan ikan mas berbobot 2,1 kg itu menjadi ikan terberat hingga akhir lomba pada pukul 13.00. Itu selisih 100 gram dari ikan mas raihan Hendra dan Anton yang menjadi juara kedua dan ketiga. Panitia lomba mengukuhkan Efi menjadi juara mancing di Situ Ciranji, Desa Sinarsari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ia berhak membawa pulang 1 unit motor matik sebagai hadiah.
Banyak peminat
Saefi baru pertama kali mengikuti lomba mancing di situ atau telaga. Ia menyatakan tidak ada perbedaan mencolok antara teknik mancing di kolam atau situ. Umpan berupa campuran 2 kuning telur itik, 1 saset susu, dan 100 g kroto. “Seperti biasa, lempar di satu titik dan selalu fokus,” ujar Saefi. Pria yang berpengalaman mancing selama 5 tahun itu sukses mengail 20 ikan selama lomba sejak pukul 09.00 hingga 13.00.
Anton, peserta dari Bogor Angler Club, mempersiapkan lomba itu dengan matang dengan meramu umpan khusus untuk ikan mas. Anton membuat umpan terdiri atas umpan mancing kalengan, santan, dan susu. Pria asal Bogor itu juga mengamati kondisi air dan cuaca. Jarak mata kail dan pelampung juga ia sesuaikan dengan ikan mas yang ada di sekitar titik lempar. Pengamatan pria yang kerap mancing di danau itu tidak sia-sia, ia sukses membawa pulang juara ketiga.
Menurut ketua panitia lomba mancing di Situ Ciranji, Rudi, lomba yang merupakan gagasan dari karang taruna Desa Sinarsari itu banyak peminatnya. Sebanyak 285 lapak habis dipesan jauh sebelum pelaksanaan lomba. “Kami menolak banyak pendaftar karena tempatnya sudah habis,” ujar Rudi. Peserta dari Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi rela berdempetan di sepanjang bibir situ untuk mencoba peruntungan.
Ketua Karang Taruna Gabungan Anak Sinarsari (GAS), Jamaludin, mengatakan, pembukaan pendaftaran hanya 1 bulan sebelum pelaksanaan. Panitia mempersiapkan sejak awal 2015. Mereka mengeringkan dan membersihkan Situ Ciranji yang mempunyai titik terdalam 4,5 meter itu agar bebas sampah. “Sampah terbanyak batang bambu karena dulu sebagai karamba,” ujar Jamaluddin.
Setelah menebar ikan, panitia rutin memberikan pakan berupa pelet dan limbah dapur dari masyarakat seperti sayuran, ubi, atau roti. Selama 6 bulan persiapan, situ itu selalu diawasi agar bebas pemancing. Tiket Rp270.000 per lapak pun tidak menyurutkan keinginan para peserta yang sebagian besar penasaran dengan tantangan mancing di situ. Hendra, mekanik bengkel yang sukses memboyong juara kedua, mengatakan, “Sensasinya luar biasa, bisa melempar kail sebebasnya tanpa takut tersangkut,” katanya.
Warga Ciherangkaum, Kabupaten Bogor, itu tidak menyiapkan teknik khusus, hanya keahlian meramu umpan yang cocok dan keberuntungan. Luas Situ Ciranji yang mencapai 1 ha itu dapat memuaskan peserta untuk melempar kail sekuat-kuatnya tanpa takut berkait dengan peserta lain. Seperti lomba mancing kebanyakan, setiap lapak hanya diperbolehkan menggunakan 1 joran. Panitia tidak membatasi jenis umpan karena Setu Ciranji terbentuk dari sungai yang dibendung sehingga mudah untuk mengganti air.
Walaupun begitu, untuk menjaga sportivitas, panitia melarang peserta menggunakan umpan boom atau umpan lempar untuk menarik ikan agar berkumpul di satu area tertentu. Selain itu panitia juga membatasi penggunaan mata kail sebanyak 2 rangkaian, tanpa bandul atau pemberat. Untuk memastikan kecukupan ikan, panitia menebar ikan dasar sejak Februari 2015 atau 6 bulan sebelum lomba.
Panitia menyebar 6.000 ikan mas, patin (7.000 ekor), gurami (1.500 ekor), dan nila (700). Jumlah itu juga ditambah ikan liar yang hidup di dalam situ. Berlimpahnya ikan terbukti dengan keberhasilan seluruh peserta berhasil membawa pulang ikan dari Situ Ciranji.
Dari berbagai jenis ikan, panitia hanya memperhitungkan ikan mas. Menurut Rudi alasannya karena memancing ikan mas lebih mudah dibandingkan ikan lain baik dari segi teknik ataupun jenis umpan.
Alasan lain, mempermudah penghitungan juara dan tidak terjadi perselisihan. Hal yang unik dari lomba mancing itu adalah waktu lomba hanya 4 jam, lazimnya 7 jam. Rudi menyatakan bahwa lomba relatif singkat, agar suporter merasakan sensasi Ciranji setelah lomba berakhir. “Peserta biasanya membawa suporter, jadi biar mereka ikut merasakan strike di Ciranji,” ujarnya. Strike adalah sensasi ketika ikan menyambar umpan hingga pemancing mampu mendaratkan ikan. (Muhammad Awaluddin)