Trubus.id–Serbuan tabulampot jeruk setiap menjelang imlek menjadi sebuah tradisi. Larisnya jeruk imlek pada saat Sin Tjia–sebutan tahun baru China–tak lepas dari kepercayaan yang dianut keturunan Tionghoa secara turun-temurun.
“Jeruk imlek warnanya kuning menyala. Itu sebuah simbol emas alias kekayaan,” kata Suparman, pemilik nurseri di Jakarta.
Ia menuturkan semakin banyak jeruk berwarna kuning pada tabulampot, dipercayai rezeki atau hoki yang diperoleh semakin banyak.
Kepercayaan lain yang tak kalah penting pun diulas William Widranata. Ia menuturkan jeruk yang berbuah banyak melambangkan keluarga.
Dompolan buah yang menyatu dimaknai sebagai persatuan dalam keluarga. Sedangkan rasa manis-asam dan penampilan keseluruhan yang cantik dipercaya mendatangkan keharmonisan keluarga.
Jeruk imlek asli dari China, buah yang melekat pada tangkai sanggup bertahan 4-6 bulan. Terutama untuk jenis lazim, yakni jeruk kip alias kimkit. Sementara jenis sakam, tergolong jeruk besar, bertahan hingga 4 bulan.
Jeruk imlek masuk ke Indonesia pada era 1980-an. Ketika itu jeruk masih dikirim dari Malaysia dan Singapura. Baru pada akhir 80-an dan awal 90-an importir mendatangkan langsung dari sentra jeruk imlek di Tiongkok.
Di sebuah distrik di Provinsi Guangdong, terdapat sebuah daerah yang menjadi perkebunan tabulampot jeruk imlek. ‘Pemandangannya seperti singkong di Lampung. Hampir setiap penduduk punya kebun,’ katanya.
William menyebut Distrik Shunde, Kota Foshan, Provinsi Guangdong, sebagai sentra jeruk imlek di Tiongkok. Dari sentra itulah jeruk imlek dikirim ke mancanegara setiap menjelang awal tahun.
Di sana 2 bulan menjelang imlek, pentil jeruk mulai bermunculan secara serempak. Jadi, setiap tahun baru selalu bertepatan dengan panen jeruk. Masyarakat mengenal beberapa jenis jeruk imlek yakni sebagai berikut.
Kimkit
Kimkit sohor sebagai jeruk Imlek. Buah kumquat-sebutan lain kimkit-berukuran kecil sebesar bola pingpong dan berwarna kuning. Dia memang cantik sebagai pajangan lantaran buahnya lebat.
Chu sa
Jenis lain yang juga tak kalah menarik adalah chu sa. Buahnya lebih bongsor daripada kimkit dan berwarna jingga. Bentuk buah gepeng seperti keprok. Beda dengan kimkit yang asor, chu sa manis dengan sedikit masam. Makanya masih enak dimakan.
Anggota famili Rutaceae itu pantas untuk pajangan jeruk imlek karena pantat buah rata. Jadi bagus bila ditata sebagai rangkaian, kata Markus Amin, penangkar buah di Bogor. Chu sa juga tidak pelit berbuah. Buah chu sa tahan lama, ia masih kuat melekat di tangkai sampai 3 bulan setelah menguning.
Sakam
Sakam jenis lain jeruk imlek. Ukuran buah paling raksasa, seperti jeruk bali. Lantaran berbobot hampir 0,5 kilo/buah, buah mesti dibungkus jaring agar tidak lepas dari tangkai. Sama seperti chu sa, sakam juga enak dimakan.
Meski buah tak selebat kimkit, tapi penampilan sakam tetap cantik sebagai penghias rumah saat Imlek. Jenis ini paling gres yang masuk ke tanahair. Pantas harganya pun mahal.