Friday, April 19, 2024

Seri Walet (105) : Emas Putih di Pulau Salangane

Rekomendasi
- Advertisement -

Dalam perjalanan, Mr Lam?begitu Vo Thai Lam disapa?bercerita tentang pulau yang berjarak 17 km dari kota Nha Trang itu. Ternyata pulau raksasa itu dikelola perusahaan Sanest bekerjasama dengan pemerintah Vietnam. Sanest merupakan produsen pengolah minuman segar dari sarang walet. ?Sanest memegang hak penuh atas pulau itu,? ujar Mr Lam, director manager Sanest. Karena setiap jengkal tanah di Vietnam milik negara, untuk mengelola pulau harus mendapatkan izin dan kontrak dari pemerintah.

Pulau Salangane

 

Selama 3?4 jam berlayar membelah Laut Cina Selatan, Pulau Salangane pun tampak. Dari kejauhan pulau raksasa itu terlihat kokoh berdiri. Yang menarik, pulau itu tidak ditumbuhi pepohonan seperti pulau-pulau di Indonesia. Yang tampak hanya bukit karang dan batu-batu terjal saling menumpuk. ?Tinggi bukit karang itu mencapai 5?10 m dari permukaan laut,? kata Hary.

Kebenaran Pulau Salangane sebagai surga walet gua pun terungkap. Saat moncong perahu merapat di tepi pantai, gerombolan walet telah menyambut kedatangan Hary bersama rombongan. Menurut kelahiran Semarang 3 Juni 1970 itu terdapat beberapa gua di pulau itu. Setiap gua dihuni ribuan walet. ?Kondisi walet di Vietnam mirip di Sumatera. Hanya walet yang bersarang. Populasi seriti tidak ditemukan,? katanya.

Untuk menuju ke gua, rombongan harus berjalan kaki menaiki tangga semen yang sengaja dibangun. Ratusan anak tangga itu diapit dinding batu di sisi kiri dan kanan setinggi 4?5 m. Sekilas seperti berjalan di lorong tanpa atap. Lebar tangga hanya selebar badan. Setelah 10 menit berjalan tampak mulut gua selebar 70?90 cm.

Begitu masuk ke dalam gua sejauh 3?4 m, pemandangan luar biasa langsung terlihat. Di antara keremangan cahaya, tampak ratusan sarang walet menempel di kiri-kanan dinding gua. Sarang berwarna putih bercahaya pertanda bersih dan berkualitas. Sarang itu berbentuk mangkuk dan berdiameter 5?8 cm. ?Luar biasa. Sarang walet gua ini bermutu tinggi,? kata pemilik perusahaan Eka Walet di Kelapagading, Jakarta Utara, itu. Itu lantaran lingkungan gua bersih, bebas polusi udara, dan pencemaran lain.

Menurut alumnus Oral Roberts University jurusan Bisnis dan Marketing di Amerika Serikat itu, Vietnam termasuk beruntung mempunyai sarang walet gua yang berkualitas. Sebab, saat ini konsumen di mancanegara meminta sarang walet alami tanpa proses pencucian. Sarang asal gua, ?Lebih dipercaya, higienis, dan bersih,? ucap Hary. Tak heran bila setiap tahun 1 ton yen sao (sarang walet dalam bahasa Vietnam, red) dari Pulau Salangane mengisi pasar lokal dan ekspor seperti Taiwan, Hongkong, dan Amerika Serikat. Sentra walet di Vietnam tak hanya di Pulau Salangane. Pulau Hon Tre yang berjarak 25 km dari Nha Trang juga terkenal penghasil sarang liur emas. Dari gua-gua di pulau itu walet-walet beterbangan ke areal pertanian di dekat pusat kota.

Dari gua ke rumah

Sejak 10?15 tahun silam atau ketika pembangunan gencar dilakukan pascaperang Vietnam 1950?1975, walet mulai bermigrasi dari Pulau Salangane, Pulau Hon Tre, dan pulau-pulau lain ke pemukiman. Bangunan tua di pesisir pantai hingga kota-kota besar banyak yang ditempati walet. ?Kebanyakan walet bermigrasi dari Vietnam tengah ke Vietnam selatan,? kata Hary. Menurut pengamatan ayah 3 putra itu walet tidak bermigrasi ke bagian utara Vietnam lantaran suhu di sana terlalu rendah, di bawah 20oC.

Selama seminggu di Vietnam, Hary mengamati swift let?nama lain walet?banyak ?bermain-main? di kota-kota besar seperti Hoi An, Tam Ky, Quang Ngai, Quy Nhon, Tuy Hoa, Nha Trang, dan Phan Rang. Di kota-kota itu pakan melimpah. Sumbernya, berasal dari pasar tradisional, sungai, dan pabrik-pabrik kayu.

Sayang suara cericit ribuan walet kala sore hari tak mampu menarik perhatian penduduk. Warga tidak peduli saat walet berseliweran di atas gedung-gedung tua, pabrik, dan pasar tradisional. Bioskop tua bernama Th anh Binh di kota Phan Rang misalnya. Setiap sore menjelang malam gedung teater itu tak hanya dipadati penonton, tetapi juga walet.

Menurut pengamatan Hary sedikitnya 1.000?1.500 walet bersarang di bawah bangku penonton setiap malam. ?Walet itu sepertinya sudah lama bersarang di sana,? ujarnya. Penduduk di sana tidak berusaha memancing masuk ke rumah karena tidak mengetahui cara-caranya.

Gagap teknologi

Minimnya pengetahuan tentang teknologi dan budidaya walet mengakibatkan Collocalia fuciphaga tidak berkembang di negara komunis itu. Padahal, bila digarap serius bukan tidak mungkin Vietnam menjadi salah satu pemasok besar sarang walet di luar Indonesia, Malaysia, dan Thailand. ?Di sana orang tidak percaya walet dapat dikembangkan di rumah. Mereka hanya tahu walet hanya bisa diternak di gua,? tuturnya. Jumlah rumah walet dapat dihitung dengan jari. Itu pun dikelola sangat konvensional tidak seperti di Indonesia.

Meski demikian, perusahaan minuman segar berbahan sarang walet justru banyak ditemui. Sebut saja Bach Khang, Nguyen Paht, Sanest, Hai Nam, dan Tien Nghiep yang produknya mengisi pasar swalayan dan pasar lokal di Vietnam. Untuk memproduksi minuman berbahan liur walet itu, perusahaan-perusahaan yang mayoritas berlokasi di Ho Chi Minh City itu mengandalkan produksi sarang walet dari gua.

Perkembangan bisnis walet di Vietnam memang terbelakang. Itu lantaran beragam kendala yang seakan memasung, seperti birokrasi pemerintah, teknologi, dan kepercayaan masyarakat setempat. ?Meyakinkan penduduk bahwa walet bisa diternakkan di rumah sangat sulit,? ujar Hary. Namun, bila masyarakat sudah percaya dan bisa menggunakan teknologi perwaletan, tidak mustahil negara bekas jajahan Perancis itu bakal menjadi pemasok liur emas besar dari gua dan rumah. (Rahmansyah Dermawan/Peliput: Hary K Nugroho)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Durian Berdaging Buah Lezat, Rahasianya Pemupukan Intensif

Trubus.id—Tekstur daging buah durian milik Pekebun di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah, Kasnari itu lembuh dan creamy. Cita rasa...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img