Candra, pemiliknya, mutup 2 lubang agar kondisi mikro tercapai. Sebuah rumah idealnya hanya memiliki sebuah lubang. Dengan trik khusus yang sederhana, walet tetap kembali.
Pukul 06.00 awal Februari 2003 Candra sibuk di luar bangunan walet 3 lantai. Saat itu ia pertama kali mengujicoba menutup lubang. Rumah walet berukuran 12 m x 6 m itu memiliki 4 lubang. Masing-masing 2 lubang di dinding kanan dan kiri.
Letak lubang berada di lantai ke-2 dan ke-3. Dinding depan yang menghadap ke timur tidak dilengkapi lubang. Hanya ada 1 lubang di setiap dinding yang ditutup. Penutupnya berupa tripleks berbentuk segi empat, ukuran sebesar lubang. Pada sudut kanan dan kiri atas tripleks dibuat lubang kecil untuk mencantelkan ke paku.
Ia bermaksud menutup 2 lubang,sehingga tersisa 2 lubang sebagai keluar-masuk. Lubang yang dibiarkan terbuka berada di dinding sebelah kanan pada lantai ke-3 dan sebelah kiri di lantai ke-2. Pada akhirnya Candra menetapkan hanya 1 lubang di lantai ke-3 sebagai pintu keluarmasuk bagi walet. Lubang itu ditutup 2—3 bulan kemudian. Dengan cara sama walet tetap kembali.
Tripleks dibuka pada pagi hari ketika burung yang tidak bisa bertengger itu mencari pakan. Begitu pula saat walet masuk, tripleks ditutup saat pukul 19.00. “Pada hari pertama beberapa burung tampak gelisah. Wajar, mereka belum tahu lubang baru,” kata pengusaha walet di Jelambar, Jakarta Barat, itu.
Dua lubang
Tripleks dibuka pada pukul 07.00, lalu ditutup pukul 19.00. Keesokan harinya lubang dibuka pukul 08.00, kemudian ditutup pada pukul 18.00. “Jadwal membuka diundur 1 jam, sementara menutup dimajukan 1 jam. Demikian seterusnya hingga seminggu,” ungkapnya.
Menurut pengamatan Candra, burung mulai terbiasa melewati lubang tersedia pada hari ke-6. Meski begitu, perhatikan bila burung tampak gelisah ketika mau keluar. Agar burung tidak stres, ia menyarankan untuk memperpanjang waktu buka atau tutup. Namun, bila kondisinya normal lubang dapat ditutup secara permanen pada hari ke-7. “Biarkan pintu burung tetap tertutup tripleks beberapa hari agar burung tenang dan nyaman melalui 2 pintu yang tersisa,” ujarnya.
Saat tepat
Waktu menutup lubang tidak boleh sembarangan. Candra memilih waktu penutupan pada saat telur sudah menetas. Ketika itu induk harus pulang karena mengasuh anak-anaknya. Kalau populasi didominasi walet muda dikhawatirkan perubahan itu menyebabkan burung bingung dan gelisah. Akibatnya, Collocalia fuciphaga itu tidak masuk ke rumah.
Untuk menyiasati pasangan burung muda tetap kembali, lubang dibiarkan tetap terbuka hingga malam hari. Namun, pada keesokan hari penutup lubang dibuka pukul 10.00. “Mereka pasti mencari lubang lain untuk keluar,” ujarnya.
Menurut pengusaha segel gas di Cikarang itu belum ada korelasi penutupan lubang dengan penambahan populasi walet. “Yang jelas burung tidak stres atau pun kabur. Tambahan populasi berasal dari walet anakan hasil pertukaran telur. Itu bisa dilihat dari suara walet setiap masuk ke rumah yang mengeluarkan suara khas,” ucapnya.
Terkontrol
Rumah walet baru mempunyai lubang lebih dari satu untuk memancing walet. Itu lantaran arah datangnya walet tidak bisa diduga dan agar keluar-masuk rumah leluasa. Namun, begitu populasi semakin banyak, pemilik dapat menutup beberapa lubang yang dianggap kurang efektif. “Tujuannya untuk mengoptimalkan rumah walet,” kata H. Djazuli Toha, praktisi walet di Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat.
Menurut Djazuli lubang yang terlalu banyak berakibat sinar dan udara terlalu banyak masuk ke rumah. Dampaknya kondisi mikro, seperti suhu dan kelembapan ruangan sulit dicapai. Idealnya, suhu ruangan 26—29oC dan kelembapan 80—95%.
Selain jumlah lubang, letak lubang pun belum ada patokannya. Lubang di sebelah utara, selatan, timur, atau barat sah-sah saja. Namun, ia menyarankan untuk membuat lubang di dinding yang menghadap utara atau selatan. “Jika lubang berada di dinding sebelah timur dan barat, maka sinar matahari leluasa masuk menerebos ke ruangan dalam,” katanya.
Lubang kecil
Ukuran lubang pun belum ada aturan bakunya. Lubang besar memang membuat walet leluasa masuk. Itu bisa dilihat di rumah walet di Sumatera Utara. Lubang masuk kebanyakan berukuran jumbo, 100 cm x 60 cm, bahkan lebih. Namun, perlu dipertimbangkan dari segi keamanan. “Banyak kasus rumah walet disambangi pencuri yang masuk melalui lubang,” ujarnya.
Idealnya, lubang masuk berukuran 60 cm x 14 cm. Ada 2 pertimbangan untuk menentukan ukuran itu. Pertama, bentangan sayap walet masih bisa leluasa masuk ke lubang. Kedua, kepala anak kecil tidak bisa masuk melalui lubang itu.
Kalau lubang walet telanjur besar bisa diperkecil. Djazuli mencoba memperkecil ukuran lubang itu dalam tempo 3 hari. Hari pertama, lubang bagian bawah ditambah 1 bata. Satu bata memiliki tebal sekitar 5 cm. Penambahan bata kedua dapat dilakukan 3 hari berikutnya. Cara itu tak membuat walet stres. (Nyuwan SB)