Pengalaman Jimmy itu memotivasi Rudy Hamitoh, kerabatnya, merancang alat pemancing walet multiguna. Alat mirip central prossesing unit (CPU) komputer itu efisien dan mudah diterapkan.
Yang penting, kualitas suara yang dihasilkan maksimal dan berdaya tahan lama. Artinya, alat itu tidak dipengaruhi berkurangnya kualitas CD suara walet akibat goresan atau daya optik karena masa penggunaan yang lama. “Saya meriset beberapa tahun agar alat itu berdaya guna maksimal,” kata alumnus Teknik Informatika, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, itu.
Saat ini memasang alat pemanggil walet suatu keharusan, terutama untuk rumah baru. “Tanpa alat itu mustahil walet masuk. Persaingan antarrumah semakin banyak, terlebih lagi di sentra,” ungkap Arief Budiman, praktikus walet Pemalang, Jawa Tengah. Agar efektif, ia menyarankan untuk mempertimbangkan kualitas suara dan daya tahan.
Alamiah
Suara yang dihasilkan di dalam gedung lebih alami. Di alam, jenis suara walet berbeda, mulai dari burung dewasa, muda, dan anakan. “Suara lebih jernih dan alami sesuai keadaan habitatnya. Semakin mendekati suara alami, maka burung itu kian betah tinggal,” ujar Rudy, manajer pemasaran Whiteeast Swallow’s Product itu.
Berbagai suara jenis walet direkam dalam memori, sehingga bisa diatur kapan saja mau diperdengarkan. Meski begitu, bila ada CD suara walet baru bisa ditransfer ke data hard disk. Semakin banyak “lagu”, maka peternak bebas mengatur strategi sesuai kondisi rumah waletnya.
Pengalaman Rudy variasi suara mampu memancing walet dalam waktu 2—3 bulan. Toh kalau belum juga berhasil, kapasitas memori ditingkatkan hingga menyimpan 50 CD. Masing-masing berdurasi 60 menit; CPU atau CD player, satu suara. “Manusia saja bosan bila mendengar lagu-lagu itu saja, apalagi walet,” kata kelahiran Manado 24 tahun silam.
Antikaget
Pada prinsipnya CPU itu bisa mengeluarkan suara walet secara serentak. Misalnya, suara induk, anakan, ekologi saat kawin, atau meloloh anak, bisa diatur sesuai kebutuhan. Tak hanya jenis suara, volume dapat diatur secara otomatis mulai dari frekuensi rendah, sedang, hingga tinggi. Besar kecilnya volume bisa berbeda-beda pada setiap variasi suara yang dihasilkan.
Lengkapi 4 saluran yang masingmasing dapat dihubungkan hingga 30 tweeter—penghasil suara secara paralel. Dengan begitu peternak leluasa mengatur jenis dan volume suara. Bila perlu setiap lantai berbeda suaranya. Contohnya, rumah walet berlantai 3. Pada lantai 1 kebanyakan berisi induk sedang mengeram, maka diputar lagu yang didominasi suara induk. Lain halnya lantai 2 yang kebanyakan dihuni burung remaja, sehingga didominasi suara anakan. “Suara walet kawin pun berbeda dengan induk yang sedang merawat anak,” ucap Arief Budiman.
Penggunaan alat itu dapat diatur pada pagi, siang, sore, atau diputar 24 jam nonstop. Termasuk pengaturan kombinasi jenis dan volume suara. Misalnya, pada pagi hari dimulai suara cicitan anak dengan volume rendah, menjelang siang suara walet tengah bercumbu ditingkatkan menjadi agak keras, lalu pada malam hari suara induk ke frekuensi rendah.
Rudy menyarankan untuk menambah suara antikaget. “Seperti halnya manusia, walet kurang menyukai suara berfrekuensi tinggi. Itu menyebabkan burung terbang, bahkan kabur begitu mendengar suara aneh, seperti tikus. Oleh karena itu CD suara walet harus difi lter terlebih dulu sebelum disimpan dalam memori,” ungkapnya.
Antikaget diaktifkan pada pagi dan malam hari. Maksudnya, ketika alat itu bekerja mengeluarkan suara dimulai dengan volume paling rendah, lalu meningkat sedang sampai tinggi. Demikian pula ketika malam hari, volume suara tinggi, sedang, lalu rendah sampai alat itu padam. Waktu tenggang antikaget selama 15 menit.
Satu telunjuk
Suara yang dikeluarkan jernih dan stabil. Pengoperasiannya mudah sehingga siapa pun bisa memakainya. Pakai saja sistem digital. Cukup dengan telunjuk, semua urusan beres,” kata Rudy.
Yang perlu diperhatikan adalah peternak harus pintar mengatur jadwal, jenis suara, dan volume sesuai dengan kondisi rumah waletnya. “Repot sih ngga! Tapi kalau sudah diset sejak awal perlu dikontrol terus. Kalau terbukti walet tidak suka, maka jenis dan volume segera diganti dengan yang lain,” ujarnya.
Efektivitas alat itu dipengaruhi lokasi karena menentukan banyak tidaknya walet masuk rumah. Rudy menyarankan untuk memilih sentra baru yang belum banyak dibangun rumah walet. Itu dialami Rudy Sumolang, pengusaha walet di Makassar, Sulawesi Selatan. Gedung 2 lantai di Jalan Banda, Makassar, itu ternyata strategis untuk budidaya walet. Buktinya, begitu alat itu dipasang ratusan Collocalia fuchipaga masuk ke rumah. Dalam tempo 3 bulan puluhan walet pun telah bersarang. (Nyuwan SB)