Sosoknya memang super jumbo, berbobot 1,6—2 kg/buah. Ketika dicicipi paduan masam dan manis langsung menggoyang lidah, sangat enak. Maklum, ia persilangan dua mangga unggul, nam dok mai dan khieo sawoei.
Waktu dijajakan di salah satu kios di pameran flora dan fauna di lapangan Suan Luang, Bangkok, ia laris manis bak kacang goreng. Beruntung Trubus memperoleh sebuah berbobot 1,5 kilo, harganya 150 baht setara Rp30.000. Beberapa pengunjung gigit jari karena kehabisan. Tak hanya buah, bibit setinggi 100 cm yang dibandrol 150 baht pun laku terjual.
Maklum saja jika khaw niyom jadi rebutan. Mangifera indica itu mewarisi sifat-sifat unggul kedua induknya. Ukuran buah besar, berdaging tebal, padat, dan berbiji kecil. Meski matang, daging tetap kering dan renyah. Bentuk lonjong, tidak bergelombang, dan ujung lancip. Kulit luar hijau semburat kuning dan tebal sehingga tahan untuk pengangkutan jarak jauh.
Putih disukai
Adalah Khaw Noy Raksa, pekebun mangga di Nongkhaem, Bangkok, yang menyandingkan kedua sifat nam dok mai dan khieo sawoei. Keduanya kerap dijumpai di pasar tradisional dan swalayan di seantero Thailand. Nam dok mai berukuran besar, bobot 400—500 g/buah, daging tebal, dan berwarna putih kekuningan. Sayang rasa agak masam, berair, dan mudah bonyok.
Sementara khieo sawoei manis, renyah, dan berkulit tebal. Daging buah putih, tekstur lembut, dan sedikit berserat. Idealnya buah yang dikembangkan di Kabupaten Sampran, Provinsi Nakornpathon itu dikonsumsi mengkal atau setengah matang. Sayang ia berukuran mini, sekilo isi 4—5 buah.
Perkawinan kedua induk 36 tahun silam itu menghasilkan lebih dari 10 varietas baru. Melalui seleksi ketat, terpilih 1 varietas terbaik yang kemudian diperbanyak. Itulah khaw niyom.
Pada 2001 ia resmi menjadi mangga unggulan negeri Gajah Putih. Nama khaw niyom disematkan lantaran berdaging putih dan digemari konsumen (khaw=putih, niyom=digemari, red). Oleh anak-cucu Khaw Noy Raksa, ia dikembangbiakkan di Bangbon, Bangkok.
Mentah dan matang
Hasil panen khaw niyom tidak sempat dikirim ke mancanegara meski permintaan dari Singapura, Taiwan, dan Cina berdatangan. Maklum, di pasar lokal permintaan buah mentah hingga matang cukup besar. Kaum hawa di sana gemar menyantap buah muda dicampur dengan nam pla (kecap asin, red).
Pada tingkat kematangan 70%, rasa khaw niyom gurih, masam, dan manis. Daging renyah dan tidak sepat. “Idealnya ia dipetik agak matang dengan tingkat kematangan 85%,” ujar Noy Raksa. Saat itu warna daging buah kekuningan dan rasa sangat manis 19—22 briks dengan aroma khas tercium tajam.
Pada buah dipetik matang 90%, daging buah seperti terbagi menjadi 2 lapisan. Di dekat biji berwarna kuning tua, tekstur lembut tak berserat, dan rasa sangat manis. Sedangkan lapisan luar berwarna putihkuning, manis, dan sedikit mengkal. Buah matang seperti itu biasanya disantap dengan campuran ketan dan santan. Tentu saja dimakan segar pun tidak kalah nikmat.
Di Indonesia yang menandingi sosok jumbo khaw niyom adalah campursari. Mangga asal Blora, Jawa Tengah, itu berbobot 1,5—2 kg/buah dan enak. Ia mengukir prestasi merebut juara 2 pada Lomba Buah Unggul Nasional 2003 yang diselenggarakan Trubus. (Bertha Hapsari)