Sistem jajar legowo super meningkatkan produksi padi menjadi 10 ton per hektare.
Presiden Joko Widodo memanen padi saat perayaan Hari Pangan Sedunia pada 28—30 Oktober 2016 di Desa Trayu, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Padi di lahan 100 m² itu hasil dari budidaya dengan sistem jajar legowo super atau jarwo super. Sistem itu mampu meningkatkan produksi padi dari rata-rata 6—7 ton menjadi 9—10 ton per hektare. Sebuah peningkatan yang cukup signifikan.
Teknologi jajar legowo super teruji keunggulannya di sawah irigasi seluas 50 hektare di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada musim tanam 2016. Hasilnya produksi varietas inpari-30 ciherang sub-1 berpotensi mencapai 13,9 ton gabah kering panen per ha. Adapun produksi varietas inpari-32 berpotensi mencapai 14,4 ton per ha dan varietas inpari-33 hingga 12,4 ton per ha. Bandingkan dengan produktivitas varietas ciherang hasil budidaya konvensial, hanya 7,0 ton per ha.
Pupuk hayati
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian menyempurnakan sistem budidaya jarwo menjadi jarwo super. Sistem jajar legowo sejatinya untuk mendapatkan efek tanaman pinggir. Sebab, rumpun padi di dekat pematang memberikan hasil lebih tinggi daripada yang di tengah lahan. Tanaman di tepi pematang mendapat sinar matahari berlimpah. Dengan sistem jajar legowo petani mengondisikan tanaman berada di bagian pinggir karena ada jarak pemisah.
Prasyarat pertama jarwo super adalah penggunaan varietas unggul dan benih bermutu. Varietas unggul salah satu komponen utama teknologi yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani. Pemerintah melepas ratusan varietas unggul padi, sehingga petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan teknik budidaya dan kondisi lingkungan setempat. Pilih varietas yang berpotensi menghasilkan di atas 9 ton per hektare.
Benih bermutu dengan tingkat kemurnian dan vigor yang tinggi. Sebab, benih varietas unggul berperan sebagai pengantar teknologi dan menentukan potensi hasil yang bisa dicapai, kualitas gabah yang akan dihasilkan, dan efisiensi produksi. Penggunaan benih bersertifikat atau benih menghasilkan bibit yang sehat dengan perakaran lebih banyak, sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat dan merata.
Jarwo super juga mensyaratkan penggunaan pupuk hayati, yaitu pupuk berbasis mikrob nonpatogenik yang menghasilkan fitohormon atau zat pemacu tumbuh tanaman, penambat nitrogen, dan pelarut fosfat. Dampaknya kesuburan dan kesehatan tanah pun meningkat. Selama pengujian, petani menggunakan pupuk hayati Agrimeth yang memiliki aktivitas enzimatik dan fitohormon.
Pupuk hayati berpengaruh positif antara lain terhadap pengambilan hara makro dan mikro tanah, memacu pertumbuhan, pembungaan, pemasakan biji, dan pematahan dormansi. Pemberian pupuk hayati hanya sekali, yakni menjelang penyemaian. Segera semai benih yang tercampur pupuk hayati, jangan tunda lebih dari 3 jam, dan hindari paparan sinar matahari agar tidak mematikan mikrob yang melekat pada benih. Sebarkan sisa pupuk hayati di lahan persemaian.
Mesin tanam
Teknologi jajar legowo super menggunakan persemaian bibit padi sistem dapog atau bibit padi ditabur pada tempat tertentu, misalnya kotak plastik, sehingga akar bibit saling berkaitan, penampilannya seperti karpet dan dapat digulung. Sebab, penaman bibit menggunakan mesin tanam atau transplanter. Persemaian dengan sistem dapog memerlukan 500 gram pupuk hayati per 25 kg benih untuk 1 ha lahan. Sebar 100—125 benih per kotak dapog berukuran 18 cm x 56 cm per kotak.
Media tanam persemaian terdiri atas campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3:2. Tanam bibit berumur 14—17 hari atau tinggi 10—15 dan memiliki 2—3 daun di sawah menggunakan mesin transplanter. Kebutuhan bibit antara 200—300 dapog per hektare lahan. Setelah itu proses pengolahan lahan. Pada jarwo super petani diarahkan untuk memanfaatkan jerami sisa panen sebelumnya sebagai bahan penambah kesuburan tanah.
Di situlah peran dekomposer diperlukan untuk proses fermentasi jerami oleh bakteri. Pemberian 2 kg biodekomposer per ha sebagai komponen teknologi perombak bahan organik. Biodekomposer M-Dec produksi Balitbangtan mampu mempercepat pengomposan jerami secara insitu dari 2 bulan menjadi 3—4 pekan. Pengomposan jerami mempercepat peningkatan ketersediaan hara NPK di tanah. Sistem tanam jajar legowo 2:1, berarti dua barisan tanaman terdapat lorong kosong memanjang.
Lorong itu sejajar dengan barisan tanaman dan dalam barisan menjadi setengah jarak tanam antar baris. Penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 cm x 12,5 cm x 50 cm meningkatkan populasi tanaman menjadi 213.333 rumpun per ha atau meningkat 33%. Bandingkan dengan sistem tegel 25 cm x 25 cm berpopulasi 160.000 rumpun per ha. Penanaman menggunakan mesin tanam pada kondisi macak-macak untuk menghindari selip roda.
Sawah irigasi
Pada proses tanam itu, tinggi muka air 3—5 cm dari pertengahan pembentukan anakan hingga sepekan menjelang panen untuk mendukung periode pertumbuhan aktif tanaman. Namun, seiring dengan pertumbuhan padi, biasanya muncul juga gulma sampai 30 hari setelah tanam. Pada periode itu kendalikan gulma secara manual, gasrok, maupun herbisida. Penerapan teknologi sistem jarwo super mempunyai target produksi yang tinggi.
Untuk mencapainya, sistem itu cocok untuk tanah sawah irigasi dengan kadar fosfor dan kalium sedang sampai tinggi, serta mempunyai kapasitas tukar kation kategori sedang sampai tinggi. Kendala akibat hama dan penyakit padi juga masuk dalam hal yang sangat diperhatikan dalam jarwo super. Hama utama tanaman padi adalah wereng batang cokelat, penggerek batang, dan tikus. Adapun penyakit penting adalah blas, hawar daun bakteri, dan tungro.
Pengendalian hama dan penyakit diutamakan dengan tanam serempak, penggunaan varietas tahan, pengendalian hayati, biopestisida, fisik dan mekanis, feromon, serta mempertahankan populasi musuh alami. Penggunaan insektisida kimia selektif adalah cara terakhir jika komponen pengendalian lain tidak mampu mengendalikan hama penyakit. Kegiatan akhir proses produksi padi adalah panen.
Jarwo super menggunakan alat dan mesin untuk panen yang bertujuan mengatasi keterbatasan tenaga kerja di pedesaan. Balitbangtan mengembangkan mesin pemanen Combine harvester merupakan alat pemanen produk yang didesain khusus untuk kondisi sawah di Indonesia. Alat itu menggabungkan kegiatan pemotongan, pengangkutan, perontokan, pembersihan, sortasi, dan pengantongan gabah menjadi satu rangkaian yang terkontrol.
Kapasitas kerja mesin itu 5 jam per hektare dan dioperasikan oleh 1 orang operator dan 2 asisten operator, sehingga mampu menggantikan tenaga kerja panen sekitar 50 HOK per ha. Penggunaan combine harvester menekan kehilangan hasil gabah kurang dari 2%, sementara kehilangan jika manual sampai 10%. Penerapan jajar legowo super secara utuh mampu memberikan hasil minimal 10 ton per ha per musim.
Dengan demikian terdapat penambahan produktivitas 4 ton gabah kering giling per ha per musim. Luas lahan sawah irigasi di Indonesia 4,8 juta ha. Bila implementasi jajar legowo super pada 20% lahan sawah irigasi, maka tercapai target tambahan produksi padi sekitar 3,8 juta ton per musim atau 7,6 juta ton per tahun. (Lalu M. Zarwazi, anggota tim Peneliti Jarwo Super, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi)