Trubus.id — Banteng jantan itu bangkit dari tempatnya berbaring. Sambil mengibas-ngibaskan ekor, matanya tak putus memperhatikan semua gerak-gerik benda di depannya. Banteng lainnya di padang penggembalaan Sadengan Taman Nasional Alaspurwo (TNAP), Jawa Timur itu, tidak terpengaruh.
Beberapa ekor mencari rumput, lainnya santai berbaring menikmati mentari pagi. Tak berapa lama, semuanya berdiri lalu berjalan mengikuti arah pemimpin kelompok ke dalam hutan. Kelompok banteng berjumlah 5 ekor itu bergerak bukan tanpa alasan.
Naluri mempertahankan diri timbul saat setiap orang mengendap-endap mendekatinya hingga jarak 100 m. Penciuman banteng tidak terlalu tajam dibanding anjing. Namun, angin yang mengarah pada kelompok banteng membuat mereka mudah mengendus kehadiran manusia.
Saat kelompok itu bergerak menuju hutan, seekor jantan dewasa lain menjadi penutup barisan. Di tengah-tengah barisan tampak betina dan 2 anak berjalan beriringan. Pola itu selalu dipakai saat banteng-banteng merasa terancam. Meski sumber ancaman tidak jadi mendekat, mereka tetap memilih pergi menjauh.
Pola lain terlihat pada kelompok Bos javanicus di Resort Bandealit Taman Nasional Merubetiri (TNMB), Jawa Timur. Saat merasa terancam, pemimpin kelompok seolah tak berkedip menatap sumber bahaya.
Banteng lainnya dalam status siaga, dengan memasang kuda-kuda siap berlari. Mereka berlari memencar lalu bergabung lagi di satu tempat. Bagi banteng ada beberapa bahaya laten paling ditakuti seperti anjing hutan Cuon alpinus, macan tutul Panthera tigris, dan manusia.
Banteng bisa dengan mudah menghalau bahaya jika jumlah predator tidak terlalu banyak. Para jantan akan melindungi kelompok dari segala arah. Pimpinan pengancam menjadi jatah sang pemimpin kelompok banteng.
Tanduk banteng itu dapat menjadi senjata mematikan. Namun, pola bertahan itu berantakan saat jumlah predator lebih banyak. Anggota kelompok kocar-kacir menyelamatkan diri. Yang mengenaskan anak banteng yang belum mampu melindungi diri biasanya akan menjadi korban.
Anak banteng dan betina sering dipersilakan menempati barisan terdepan saat berada di dalam hutan. Formasi itu berlaku saat tidak ada gangguan. Namun, banteng tak bisa mendeteksi perangkap—berupa jerat tali diikat di pohon—yang dipasang para pemburu.
Para jantan akan sedikit menjauh saat betina dan anak-anak asyik bercengkerama dan bermain. Meski demikian, itu bukan berarti pejantan lepas tangan dengan kondisi sekeliling. Justru saat-saat seperti itu pejantan dituntut kewaspadaan tinggi. Salah menafsirkan arah ancaman, berarti seluruh kelompok dapat bubar dan berujung bernasib tragis.