Kesenangan Jefri bercengkerama bersama koleksinya itu ibarat pepatah jauh panggang dari api bagi Lilik Subali Murtianto di Jakarta Selatan. Delapan ekor koleksi gosanke di kolam 3 m x 4 m berkedalaman 1,80 m itu seolah enggan mendekat meski alumnus Teknik Arsitektur Universitas Parahyangan, Bandung itu, merayu koi dengan pakan. Andai ia memasukkan chagoi misalnya, perlahan tapi pasti keruwetan itu teratasi.
Chagoi memang terkenal supel, mudah bergaul dengan pemiliknya. Ia tidak takut dan sungkan untuk menghampiri manusia. Keberanian itu otomatis menjalar ke koi lain. Gosanke yang terkenal agak ‘liar’ dan sulit bergaul jadi jinak karena meniru tingkah chagoi.
“Umumnya setiap hobiis tulen pasti memiliki seekor chagoi di kolamnya,” papar Danny, pemilik Mawar 21 Koi Center itu. Soragoi (baca: sore-a-goy) dan ochiba shigure (baca: o-chee-ba she-gooray) memang terdengar asing. Padahal di Jepang keduanya juga dipakai sebagai koi penjinak. Ochiba shigure bahkan memiliki keistimewaan tersendiri. Ia bercorak dwiwarna. Bandingkan dengan chagoi dan soragoi yang bercorak 1 warna.
Para koi penjinak itu banyak dikesampingkan oleh hobiis baru karena corak warnanya tidak istimewa. Chagoi misalnya hanya bercorak kuning dan cokelat. Padahal, seiring pertambahan umur dan panjang tubuh, sisiknya akan semakin mempesona. Demikian pula soragoi dan ochiba shigure.
Soragoi
S e p e r t I chagoi, soragoi pun sudah lama dihasilkan oleh peternak di Jepang. Koi yang memiliki corak tunggal abuabu, hijau, atau cokelat itu sulit diperoleh daripada chagoi. “Ia mungkin persilangan antara chagoi dan koi dari golongan gosanke,” papar Danny. Setidaknya dari 100 anakan, hanya 5—10% menjadi soragoi. Sisanya terbagi rata antara chagoi dan induk silangan lain.
Di Jepang, corak soragoi kini dapat mengkilap bak metal. Jenis seperti itu disebut gin rin soragoi. “Sosoknya paling bagus kalau jaring di ujung sisik agak kuat. Jaring bisa tampak hitam atau abuabu tua,” ujar Winarso Tanuwijaya dari Golden Koi Center Jakarta. Kepala pun harus tampak bersih, terbebas dari segala bercak dan belang.
Ikan yang banyak dihasilkan penangkar di Izuma, Niigata, Jepang itu sangat cepat pertumbuhannya. Pada umur 3 tahun, panjang tubuhnya mencapai 85—90 cm. Bahkan yang berumur 7 tahun bisa mencapai 1,5 m. Perkembangan pesat itu selain faktor genetik juga dipengaruhi pakan. Soragoi terkenal rakus.
Ochiba shigure
Menurut Winarso, ochiba shigure yang memiliki makna daun di atas air saat musim dingin itu istimewa. Sebab ia memiliki pattern kohaku di kepala dengan dasar hijau atau abu-abu. “Kalau warna dasarnya tertimpa warna merah akan tampak cokelat muda,” ujarnya.
Buah persilangan antara chagoi dan soragoi itu termasuk sulit diperoleh. Terutama yang memiliki tubuh berkualitas bak torpedo seperti gosanke. Dibandingkan soragoi, jenis yang hanya dicetak di Niigata itu sedikit lebih pendek ukuran tubuhnya. Saat berumur 3 tahun, panjang tubuhnya hanya berkisar 75 cm.
Meski demikian dalam soal prestasi lomba di antara keluarga kawarimono, ochiba boleh menepuk dada. Di arena kontes ia sering sukses menelikung jawara kategori kawarimono, chagoi. “Karena memiliki 2 warna, ia lebih disukai. Tapi itu dengan catatan bentuk tubuh keseluruhan juga bagus,” kata Danny.
Peternak lokal sebenarnya sudah dapat memproduksi koi-koi penjinak terutama chagoi. Sayang karena kualitas induk yang dipakai rendah mutu pun merosot. Umumnya saat menginjak umur 2 tahun perut tampak menurun ke bawah. “Itu akibat pakan kurang protein,” ujar Winarso.
Cukup 1
Pemakaian jasa ketiga penjinak koi itu sangat tergantung selera. Ada hobiis yang menyukai chagoi, ada pula yang memilih soragoi dan ochiba shigure. Namun, prinsipnya tak perlu banyak koi penjinak untuk menyulap koi di kolam menjadi akrab. “Cukup taruh 1—2 ekor saja. Mereka lebih berfungsi sebagai pelengkap,” papar Winarso.
Ukuran tubuh pun perlu disesuaikan. Jangan menaruh chagoi berukuran kecil di kolam berisi koi dengan ukuran lebih besar. Salah-salah hanya chagoi saja yang justru berakrab ria dengan kita. Cara pemberian pakan pun ikut mendulang sukses tidaknya koi mendekat. Usahakan hindari gerakan mengagetkan ikan.
Pemberian pakan harus dicermati. Tentukan satu tempat di pinggir kolam sebagai lokasi tetap. Tujuannya agar ikan tidak bingung saat menghampiri kita. Cara paling efektif agar koi mau datang dengan membuatnya lapar terlebih dahulu. “Kalau lapar dijamin ia akan pelan-pelan mendekat untuk memakan pakan yang ditebar di pinggir kolam,” ujar Danny.
Untuk dapat akrab dengan koi membutuhkan kesabaran. Namun, jika sudah berhasil cara yang ditempuh Budi Wijaja bisa ditiru. Pemilik Paradise Koi di Jakarta Pusat itu tak sungkansungkan ikut mencemplungkan diri untuk bercengkerama langsung dengan klangenannya di kolam. “Asyik dan sangat menyenangkan,” ujarnya saat Trubus berkunjung pertengahan tahun lalu. (Dian Adijaya S/Peliput: Pupu Marfu’ah)