
Produsen spesialis jaring penaung dan jaring ikan berkualitas.
Diky Indrawibawa bagai makan buah simalakama. Pekebun di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, itu menanam stroberi secara organik. Celakanya lokasi penanaman buah kerabat mawar itu di sentra sayuran konvensional. Ketika para petani sayuran menyemprotkan pestisida, hama pun berpindah ke ladang stroberi. Dampaknya 2.000 polibag stroberi di lahan Diky luluh lantak.
Di satu sisi Diky menghendaki stroberi organik, di sisi lain serangan hama menghancurkan impian memetik buah nirpestisida. Akibat serangan hama, Diky rugi besar. Selain stroberi, pemilik Bumi Agrotech itu juga menanam aneka sayuran. Namun, nasib sayuran itu tidak lebih baik. Diky gagal panen lantaran kondisi cuaca yang berubah-ubah, kadang panas atau tiba-tiba hujan. Kondisi itu membuat hama dan penyakit menjadi bencana di kebun.

Hasil rajutan
Keruan saja Diky enggan mengulang rugi sehingga membangun greenhouse sederhana untuk melindungi tanamannya. Ia memanfaatkan jaring atau net AgroPro untuk menutup seluruh dinding. Diky mengenal jaring itu saat bekerja di perusahaan stroberi di Cipanas, Kabupaten Bogor, pada 2003. Jaring itu produksi PT Gani Arta Dwitunggal. Menurut general manager PT Gani Arta Dwitunggal, Andi J. Sunadim S. MN, jaring itu unggul karena hasil rajutan (knitting).
“Dengan dirajut, benang jaring tidak bergeser meski sengaja disibak. Rajutan membuat benang tidak dapat bergerak karena terikat oleh monofilamen vertikal,” kata Andi. Itulah yang membuat serangga gagal masuk dalam rumah plastik yang berdinding jaring itu. Lain halnya dengan produk sejenis di pasaran yang menggunakan sistem tenun (weaving). Benang-benangnya mudah disibak, benangnya dapat bergeser sehingga serangga mudah melewatinya.

Keunggulan lain jaring AgroPro ialah daya tahan lama, lebih dari 10 tahun. Sebab, “Kami lakukan sendiri semua tahapan pembuatan, mulai dari mengolah bijih plastik hingga membentuk benang, lalu ditenun menjadi jaring,” ungkap Andi. Perusahaan itu mencampur bijih plastik dan bahan antiultraviolet, antioksidan, antiserangga, dan pewarna. Bahan-bahan itu pun menjadi komponen di dalam benang sehingga tetap aktif selama pemakaian jaring.
Menurut asisten manajer PT Gani Arta Dwitunggal, Tan Elga Olivia, pemberian antioksidan agar net tahan lama. “Plastik kalau terkena sinar matahari bertahun-tahun, akan mengeras, lalu menjadi regas karena mengalami oksidasi. Dengan memasukkan antioksidan, ia tidak mudah regas,” ungkap Elga.
PT Gani Arta Dwitunggal tak pernah mendaur ulang polietilen, meski memungkinkan. Sebab, mengolah plastik bekas menjadi jaring hanya akan menghasilkan produk bermutu rendah. Bandingkan dengan plastik baru, berantai molekul panjang dan ikatan antarmolekul kuat sehingga daya tahan lama.

Produk beragam
PT Gani Arta Dwitunggal memanfaatkan polietilen sebagai bahan jaring karena plastik yang dihasilkan paling tahan paparan ultraviolet dibanding dengan plastik dari bahan lain, misal poliuretan dan polistiren. Polietilen tergolong plastik termoplas, ketika dipanaskan meleleh, dan ketika mendingin jadi mengeras. Bila dipanaskan kembali, meleleh lagi. Dengan menambahkan senyawa ultraviolet, umurnya menjadi lebih lama.
Menurut Andi perusahaannya mengembangkan berbagai inovasi, di antaranya menambah keragaman jaring mencapai 70 jenis. Para petani hortikultura, pertanian, perkebunan, tanaman hias, pembibitan, memanfaatkan jaring itu. Bahkan, untuk penaung halaman, parkir, kolam renang, dan dinding lapangan golf pun memanfaatkan jaring. Untuk penaung tanaman, kerapatannya lebih spesifik karena pemanfaatan berbeda-beda.

Net AgroPro juga menawarkan screenwall bagi pehobi memelihara tanaman hias atau pelaku agrikultur berlahan sempit. Screenwall AgroPro dapat mudah dipasang hanya dengan memaku atau menempelkan pada tembok. Screenwall dapat dibuat secara custom tergantung pada kebutuhan pemakai. Jaring berlabel AgroPro, memiliki ukuran 3 m x 100 m dan 5 m x 100 m. Harga berkisar Rp1.750.000 – Rp4.000.000 per rol. Perbedaan harga terletak pada gramasi atau bobot jaring. Net yang sangat rapat, bobot net pun lebih berat karena pemakaian bahan lebih banyak. Net paling teduh itu biasa dipakai di pembibitan tanaman.

Inovasi keramba
PT Gani Arta Dwitunggal juga membuat perahu antitenggelam, keramba, dermaga apung, dan rumah apung. Semua diproduksi sendiri dengan memanfaatkan plastik polietilen. Keramba apung berbentuk segiempat untuk budidaya kerapu tikus atau kerapu macan karena kedua ikan itu memiliki kebiasan menempel di sisi atau di sudut. Ukuran yang tersedia untuk kotak 3 m x 3 m, 4 m x 4 m, dan 6 m x 6 m.

Keramba bundar untuk tipe ikan yang suka berenang, seperti bandeng dan kakap putih. Adapun keramba bundar berdiameter 10m sampai 50m. Semakin besar keramba semakin menguntungkan. Sebab dari segi harga naiknya hanya sedikit tetapi dari segi volume, jumlah air lebih banyak. Kedalaman disesuaikan dengan ukuran keramba. Untuk diameter 10 m, maka kedalaman 4 m.

Sementara itu keramba berdiameter 20 m, maka kedalaman kurang dari 6 m sehingga tetap proporsional; diameter 50 m, maka kedalamannya 12 m. Selain itu, mereka mengenalkan produk baru yang submersible, yaitu keramba yang bisa ditenggelamkan saat ada topan atau menghindari pencurian ikan. Keramba itu bisa bertahan di ombak laut lepas setinggi 12 m.

Peternak ikan pun bisa menenggelamkan keramba 15 m di bawah air. Setelah topan berlalu, ia menaikkan lagi keramba itu. Kemampuan produksi PT Gani Arta Dwitunggal mencapai 10.000 unit keramba per tahun. Namun, permintaan baru mencapai 25% dari kapasitas produksi. Kini jumlah keramba yang terpasang mencapai 15.000 unit di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke. “Kami mempunyai bengkel khusus untuk produksi mesin dari produk yang akan dibuat,” kata Andi J. Sunadim. (Syah Angkasa)