Trubus.id — Semula, hanya pekebun di dataran tinggi dan menengah yang banyak membudidayakan jamur tiram. Kini tersedia strain jamur tiram yang adaptif di dataran rendah di ketinggian 5–10 meter di atas permukaan laut (dpl).
Dr. Iwan Saskiawan, peneliti di Pusat Mikrobiologi Terapan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menemukan dua strain jamur tiram adaptif dataran rendah, yaitu jamur tiram strain indramayu dan strain cibinong.
Iwan mengatakan, strain indramayu memiliki ketahanan terhadap suhu panas. Jamur itu bisa tumbuh di dataran rendah bersuhu 33–35°C. Keunggulan lain, rendemen jamur tiram per baglog relatif tinggi, mencapai 30–33 persen.
Artinya, bobot baglog 1 kg menghasilkan 3–3,2 ons jamur dalam satu periode budidaya 30 hari, bukan sekali panen. Sementara itu, hasil rendemen strain lain pada umumnya hanya 2,6–2,7 ons per baglog.
Iwan menemukan kedua strain jamur dataran rendah dari proses isolasi dari tubuh buah menggunakan teknik kultur jaringan. Perbedaan antara strain cibinong dan strain indramayu ada pada ketinggian daerah dan suhu.
Strain cibinong cocok dibudidayakan di ketinggian 200–300 m dpl dan suhu 29–30°C. Hasil rendemen relatif sama 3,2 ons per baglog per periode tanam.

Iwan juga pernah menanam dua strain itu di luar daerah asalnya. Ia menanam strain indramayu di daerah Cibinong, sedangkan strain cibinong ditanam di Indramayu.
“Bisa hidup, tetapi hasilnya kurang maksimal,” kata Iwan.
Menurut peneliti jamur itu, strain indramayu cocok ditanam di daerah lokal Indramayu, begitu juga sebaliknya dengan strain cibinong. Ia menilai, jika strain indramayu ditanam di Pekalongan masih bisa karena ketinggian dan suhu daerahnya hampir sama.
Kedua jamur adaptif dataran rendah itu memiliki potensi cukup bagus. Apalagi, ditanam di daerah pantai utara Pulau Jawa di Pekalongan atau pantai selatan di Banyuwangi.
Menurut Iwan, petani harus melakukan tata laksana budidaya sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) seperti menghindari membuang limbah media tanam di sekitar kumbung. Proses sterilisasi harus sempurna untuk mencegah serangga atau hama.
Aspek lain, yang menjadi kelebihan dua jamur itu adalah sosok strain cibinong dan indaramayu amat khas. Jamur tiram putih strain cibinong berwarna putih bersih, kuntum relatif banyak, berdiameter 7–9 cm.
Sementara itu, strain indramayu cenderung berwarna putih agak pucat, kuntum lebih sedikit, berdiameter 9–11 cm. Cita rasa jamur Pleurotus ostreatus itu juga gurih dan lezat, tekstur lebih tebal.
Waktu yang diperlukan untuk produksi tubuh kedua strain itu juga lebih cepat jika kondisi lingkungan ideal. Iwan mengatakan, BRIN menyediakan benih kedua strain untuk para calon pembudidaya jamur tiram.