Trubus.id—Perubahan iklim dan kenaikan suhu global memberi dampak serius pada komoditas kopi. Hal itu disampaikan oleh Peneliti Pusat Riset Tanaman Perkebunan Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (BRIN), Dani. Ia mengatakan perubahan itu berdampak terutama pada kopi arabika karena suhu tinggi memicu perkembangan bunga abnormal.
“Hal itu tentunya akan berdampak pada rendahnya produksi kopi karena sebagian besar bunga yang terbentuk tidak berhasil membentuk buah dan biji, tetapi fenomena itu tidak terlihat pada kerabat diploidnya, yaitu kopi robusta dan liberika,” kata Dani pada webinar “Sharing Session” EstCrops_Corner #2.
Dani dan tim mencoba untuk menginterograsikan sifat toleran terhadap suhu tinggi dari kopi robusta ke kopi arabika melalui persilangan antar spesies. Secara teoritis persilangan itu dilakukan secara resiprokal menempatkan kopi arabika sebagai tetua betina atau tetua jantan.
Meskipun dinilai lebih berhasil yakni kombinasi arabika dan robusta. Namun demikian ada satu laporan yang menjelaskan bahwa di India pernah dilakukan persilangan resiprokal itu—menyilangkan kopi robusta sebagai tetua betina dan kopi arabika sebagai tetua jantan.
Dani juga menuturkan sejumlah hambatan persilangan antara spesies kopi robusta dan arabika tergolong kuat tetapi tidak lengkap. Hambatan pra-zigotik berkurang karena terdapat irisan periode antesis antar-spesies.
Sementara hambatan pasca-zigotik awal dalam bentuk kerontokan buah muda dan kegagalan endosperma tinggi. Terakhir hambatan pasca-zigotik lanjut dalam bentuk triploid block tidak lengkap karena sekaligus diperoleh tipe ploidy diploid dan tetraploid.
Peneliti dari Pusat Riset Tanaman Perkebunan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (BRIN), Meynarti Sari Dewi Ibrahim, menyampaikan materi kultur jaringan dan percepatan perakitan Varietas Unggul Baru Kopi.
Meynarti menuturkan ada beberapa peran yang dapat dimainkan pada kultur jaringan untuk mempercepat perakitan varietas unggul baru kopi dibandingkan dengan konvensional. Pertama yakni memperbanyak benih unggul kopi atau disebut perbanyakan in vitro.
Kedua, menghasilkan tanaman kopi galur murni dengan menggunakan kultur antera. Ketiga, membantu proses transformasi genetik pada tanaman kopi. Keempat, meningkatkan keragaman genetik tanaman kopi yang terkenal dengan mutasi pada kultur in vitro.
Kelima, menyeleksi kultur kopi terhadap sifat yang diinginkan yang kita kenal dengan seleksi in vitro. Keenam, menyelamatkan embrio atau kultur embrio. Ketujuh, menyimpan koleksi plasma nutfah kopi atau konservasi in vitro. Kedelapan, mendapatkan hibrida somatik dengan fusi protoplas.
Terakhir peranan lainnya yang masih berhubungan dengan perakitan VUB. Meynarti menuturkan, “Teknologi kultur in vitro dapat digunakan mempercepat pembentukan VUB kopi, caranya adalah dengan meningkatkan keragaman genetik menggunakan mutasi, transformasi genetik, genom editing, fusi protoplas, kultur anter, seleksi in vitro, perbanyakan benih secara in vitro dan konservasi in vitro,” katanya.