Friday, January 24, 2025

Sudah Langka Terancam Pula

Rekomendasi
- Advertisement -
Ikan aro salah satu ikan yang dikonsumsi masyarakat Batin Sembilan, Provinsi Jambi.
Ikan aro salah satu ikan yang dikonsumsi masyarakat Batin Sembilan, Provinsi Jambi.

Pertama kali Dr Tedjo Sukmono SSi MSi menemukan ikan sapu-sapu di perairan Sungai Kapas di area Hutan Harapan, ia menduga bahwa ikan introduksi sudah masuk ke sana. “Meski tidak memangsa ikan lokal, tetapi kehadirannya menjadi pesaing dalam mengakses sumber pakan, apalagi sapu-sapu bersifat pemakan segala,” ujar dosen Jurusan Biologi Universitas Jambi itu.

Untung dugaannya salah. Saat ujian disertasi untuk memperoleh gelar doktor di Program Studi Biosains Institut Pertanian Bogor, seorang penguji meralat pernyataan Tedjo. “Saya diberi tahu bahwa yang saya temukan itu adalah ikan sapu-sapu lokal. Artinya perairan Sungai Kapas bebas dari ikan introduksi,” ujar Tedjo. Temuan Tedjo mempertegas arti penting sungai Kapas untuk kelestarian lingkungan hutan dataran rendah.

Penelitian Tedjo pada Januari—Agustus 2013 menemukan bahwa sungai yang bermuara ke sungai Musi itu menyimpan 111 spesies ikan. Jumlah itu paling banyak dibandingkan perairan lain yang juga ia teliti, yaitu Sungai Kandang (38 spesies), Sungai Lalan (33), danau di dekat base camp PT Restorasi Ekosistem Indonesia (Reki) (28), Danau Tiungluput (24), Rawa Klompang (19), Danau Rohani (7), dan Danau 41 (2).

Sepat mutiara, jenis langka yang masih dijumpai di Hutan Harapan.
Sepat mutiara, jenis langka yang masih dijumpai di Hutan Harapan.

Itu berarti sungai terbesar di areal Hutan Harapan itu menjadi sandaran hidup bagi beragam jenis ikan. “Bahkan beberapa di antaranya termasuk spesies yang baru dijumpai lagi setelah didaftarkan oleh penemunya puluhan tahun lalu,” ujar pria berusia 43 tahun itu. Salah satunya yang cukup penting karena kerap dikonsumsi masyarakat Batin Sembilan adalah ikan aro Osteochillus kappenii.

Kerabat aro yaitu ikan nilem Osteochillus hasselti menjadi ikan konsumsi yang ramai dibudidayakan masyarakat Desa Mekarjaya, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Menurut Drs Jojo Subagja MSi, periset ikan konsumsi di Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor, ikan genus Osteochillus mengonsumsi ganggang alias alga.

Jenis lain yang juga baru ditemukan lagi di alam adalah tumbur bunut Luciocephalus pulcher. Tumbur bunut bersifat predator dan memangsa ikan lain yang lebih kecil. Jagat ikan hias internasional mengenal tumbur bunut sebagai giant pikehead alias kepala tombak raksasa atau crocodile pikehead. Meski diketahui sebagai jenis yang menetaskan telur dan membesarkan burayak dalam mulut, kesuksesan upaya pemijahan tumbur bunut di luar habitat belum diketahui.

Gary Elson, kolektor ikan dan penulis di Montreal, Kanada, dalam “Gouramis and Other Labyrinth Fishes” menyatakan giant pikehead termasuk ikan yang memerlukan habitat dengan keasaman tinggi, dengan pH air 3—6. Menurut Gary tumbur bunut tergolong ikan dengan tingkat kesulitan pemeliharaan tinggi sehingga sebaiknya tidak dikoleksi oleh pehobi pemula.

“Jika memelihara saja sulit, apalagi memijahkannya?” ujar Nur Hidayat MSi, periset di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias (BPPBIH), Kota Depok, Jawa Barat. Itu sebabnya Nur Hidayat mensinyalir bahwa ikan giant pikehead yang beredar di pasaran adalah hasil tangkapan alam.

Ikan asli perairan Indonesia memang menjadi incaran pehobi ikan hias dunia. Contohnya adalah ikan pelangi bosmani Melanotaenia boesemani asal perairan air tawar Papua. Kondisi ikan pelangi di alam Papua nyaris serupa dengan tumbur bunut, yaitu perairan yang sama sekali tidak indah. Contohnya rawa atau daerah pasang surut yang ketika kemarau panjang hanya menyisakan genangan air dengan tepian berlumpur.

Namun, begitu sampai di pasar, ikan dari perairan becek itu menjadi bernilai tinggi. Ikan endemik yang juga ditemukan dalam penelitian Tedjo adalah gabus Channa striata dan toman Channa micropeltes. Keduanya mampu bertahan dalam perairan tergenang yang minim oksigen lantaran memiliki organ labirin yang memungkinkan mereka menghirup udara langsung dari udara.

Mereka juga mampu melompat ke tepian lumpur untuk berpindah antar genangan air yang terpisah. Meski keduanya termasuk jenis ikan konsumsi, toman juga digemari pehobi ikan predator dan mendapatkan julukan snake head. Jika dipelihara dalam lingkungan yang tepat, ikan toman dapat tumbuh sepanjang lebih dari 1 m.

Jika ikan pelangi sudah dibudidayakan oleh petani ikan di berbagai daerah seperti Bekasi dan Boyolali, tidak demikian dengan ikan asal perairan dataran rendah Sumatera. Contohnya tumbur bunut. Predator ganas bagi ikan yang lebih kecil itu rentan perubahan habitat akibat aktivitas manusia. “Konversi lahan menjadi perkebunan membuat aliran sedimen memasuki perairan sehingga menyebabkan pendangkalan dan mengubah keseimbangan rantai makanan,” ujar Tedjo.

Dr Tedjo Sukmono SSi MSi, meriset spesies ikan di Hutan Harapan.
Dr Tedjo Sukmono SSi MSi, meriset spesies ikan di Hutan Harapan.

Asap akibat pembakaran lahan mengurangi kadar oksigen di udara yang ujung-ujungnya mengurangi oksigen dalam air. Akibatnya ikan harus sering naik ke permukaan, mereka terancam oleh predator atau manusia. Konversi lahan membuat beberapa rawa diuruk atau dikeringkan sehingga semua ikan di dalamnya musnah. Ancaman langsung juga datang dari manusia.

Setiap kemarau perambah dan penduduk di perbatasan hutan menangkap ikan di Sungai Kapas, Sungai Lalan, dan beberapa sungai di Hutan Harapan Jambi dengan racun. Seakan belum cukup, menjelang kemarau banyak pemancing menyetrum ikan. Saat survei lapangan di Sungai Kapas pada Maret dan Juli 2013, Tedjo bertemu penduduk yang menggunakan 2 perahu sedang menyetrum ikan dengan diesel berkekuatan 1.300 PK.

Ketika survei di Sungai Lalan pada Juli dan September 2013, ia menemukan banyak bangkai ikan mengapung dan berbau busuk akibat racun. Padahal, “Spesies yang telanjur punah tidak akan bisa dikembalikan dengan cara apa pun,” kata Tedjo. Konservasi lingkungan yang dilakukan oleh PT Reki menjadi harapan terakhir bagi ikan-ikan endemik dataran rendah Sumatera agar dapat bertahan melawan ancaman. (Argohartono Arie Raharjo)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Aplikasi Anyar Pendeteksi Varietas Cabai

Trubus.id–Tim peneliti di Pusat Riset Sain Data dan Informasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Balai Pengujian Standar...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img