Tuesday, March 4, 2025

Suhardi : Sunting Aglaonema ke Calon Mertua

Rekomendasi

Banyak jalan menuju Roma. Itulah prinsip Suhardi untuk merayu Greg agar melepas koleksinya. Bak calon menantu berkunjung ke rumah calon mertua. Anak keempat dari 6 bersaudara itu rela membawa buah-buahan dan makanan setiap berkunjung ke tempat Greg. Harapannya Greg luluh sehingga ia dibolehkan memilih dan membeli hasil silangan terbarunya. Dengan cara seperti itu Suhardi boleh dibilang orang pertama yang mendapat limpahan aglaonema-aglaonema anyar pria berpenampilan sederhana itu. Wajar bila aglaonema koleksi Suhardi termasuk eksklusif karena tidak beredar di pasaran.

Awalnya Greg menolak. Namun, setelah kunjungan ke-6, tepatnya satu tahun, mimpi Suhardi jadi kenyataan. Pria kelahiran Jakarta 62 tahun silam itu akhirnya diberi kesempatan untuk membeli koleksi Greg. Memang tidak semua hasil silangan Greg dibeli Suhardi, kecuali yang sesuai dengan kriterianya. Yaitu, batang pendek dan tulang daun kaku, sehingga bila terkena hujan tidak letoy. Selain itu berdaun bulat, tebal, dan berwarna merah. Merah itu kesannya terang dan berani,ujarnya.

Koleksi

Di dunia tanaman hias di tanahair, Suhardi dikenal orang yang sangat fanatik dengan aglaonema. Di mana ada aglaonema bagus pasti diburunya. Soal harga baginya tidak masalah. Ia pernah membeli aglaonema dalam bentuk seedling yang daunnya baru seukuran koin Rp100 pada 2002 seharga Rp5-juta/lembar daun.

Tak hanya lokal yang dikoleksi, aglaonema asal Bangkok pun dibeli. Kalau sesuai dengan kriteria, pasti saya beli, tutur pengoleksi batu keras mirah itu. Kochin misalnya, diboyong seharga Rp7-juta. Total nilai sri rejeki koleksinya diperkirakan di atas Rp350- juta. Dua di antaranya bernilai lebih dari Rp30-juta. Koleksi Suhardi mayoritas silangan lokal, hanya sekitar 25% saja berasal dari negeri Gajah Putih. Aglaonema bangkok memang banyak yang merah, tapi daunnya lemas-lemas. Karena itu saya tidak begitu suka, kata Suhardi.

Kegilaan mengoleksi siames rainbow dimulai sejak donna carmen miliknya meraih juara satu lomba tanaman hias Flora dan Fauna di Lapangan Banteng pada 2002. Sejak saat itu ia mulai berburu ke nurseri-nurseri tanaman hias yang menjual aglaonema. Bahkan tak tanggung-tanggung, ia pun langsung mendatangi Greg Hambali untuk mendapatkan aglaonema berkualitas.

Sebelum terjun menekuni hobi aglaonema, pengusaha plastik itu sudah bersinggungan dengan tanaman hias. Sejak 1988 Suhardi telah mengoleksi tanaman bonsai. Sekitar 1990 minatnya beralih pada raphis. Minat memelihara aglaonema menerpa saat melihat pride of sumatera di salah satu nurseri di Ragunan, Jakarta Selatan, pada 1995. Tanaman itu langsung memikat saya karena bagian belakang daun berwarna merah, kata Suhardi. Satu pot pride of sumatera terdiri dari 3 daun seharga Rp300.000 langsung diboyong ke Cinere, Depok.

Tidak jera

Seperti kebanyakan hobiis pemula. Ketika kali pertama merawat aglaonema kendala tak luput menghadang. Soal penempatan contohnya. Awalnya aglaonema diletakkan di halaman tanpa pelindung. Saat turun hujan, air langsung mengenai tanaman dan membuat media tergenang. Alhasil aglaonema berdaun sirih seharga Rp7,5-juta per lembar harus rela mati membusuk.

Kematian aglaonema juga pernah dialami akibat pemilihan media yang salah. Suhardi menggunakan campuran media pasir halus, kompos, dan kaliandra. Ternyata dengan media itu bukan aglaonemanya yang tumbuh subur, melainkan jamur. Nilai sri rejeki yang mati pun lebih dari Rp50-juta.

Kejadian itu tak membuat Suhardi jera, ia justru semakin penasaran. Padahal waktu itu saya sering diketawain teman-teman. Sudah ngeluarin banyak uang tapi masih tetap beli, ngga ada kapoknya, ujar Suhardi. Terdorong rasa penasaran, Suhardi pun kasak-kusuk belajar merawat aglaonema yang benar. Akhirnya Suhardi mengganti media campuran sekam bakar dan pasir malang dengan perbandingan 3 : 2.

Di tengah kesibukannya sebagai pemilik toko Bintang Abadi Makmur, Suhardi masih meluangkan waktu merawat sendiri aglaonemanya. Mulai dari penyiraman, repotting, sampai penyemprotan. Sepulang kerja, sekitar pukul 00.30 pagi, tanpa rasa lelah ia pun mengecek sri rejeki yang tertata rapi di tingkat 2 rumahnya. Saking cintanya, bila ada aglaonema bermasalah seperti daun atau batang busuk, Suhardi pun langsung berkonsultasi temannya. Sehari bisa sampai 3 kali menelepon saya, ujar Suhandono, pemilik nurseri Kreasi Flora.

Maklum, koleksi Suhardi bukan aglaonema sembarangan. Selain cantik, ia pun berharga mahal. Sebut saja casanova. Aglaonema yang didominasi warna merah itu Rp75-juta/pot. Kalau saya suka sesuatu, akan saya kejar sampai puncaknya, kata pengoleksi keramik itu. Terbukti koleksi Suhardi jarang ada yang punya. (Rosy Nur Apriyanti)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Inovasi Olahan Rumput Laut, Mi Hingga Agar Strip

Trubus.id–Usup Supriatna berhasil mengolah rumput laut menjadi produk inovatif berupa mi rumput laut dan agar strip. Mi rumput laut...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img