Semangat sang jantan mendekati pasangannya mengawali rentetan kesuksesan penangkaran ikan monster itu. Maklum, di antara keluarga polypterus, Polypterus senegal, P. palmas, P. delhezi, P. retropinnis , dan P. endicheri endicheri, ornatipinnis paling sulit dipijahkan. Biang keladinya pejantan malas mendekati pasangannya. Namun, berkat suntikan 0,5—1 cc ovaprim pejantan menjadi greng.
Saat pertama kali memijahkan, Gunawan menemui banyak kendala. Ornatipinnis jantan sering tak mau membuahi pasangannya. Ia juga selektif memilih betina. Ketidakcocokkan kerap menimbulkan pertengkaran. Ketika ayah 2 putra itu meyodorkan lebih dari satu betina, induk jantan masih tampak ogah-ogahan. Ternyata ikan asal sungai Monsambe, Afrika, itu hanya ingin disandingkan dengan seekor betina saja. Bila cocok, ia akan setia pada pasangannya.
Keputusan menggunakan ovaprim merupakan hal yang tepat. “Setelah disuntik, birahi jantan meningkat, dan pada betina menimbulkan rasa mulas,” ujar pria yang hobi mendesain perhiasan itu. Sang jantan menjadi aktif mendekati lawan jenisnya. Maksimal 14 jam setelah penyuntikkan, ribuan telur terhampar di dasar akuarium siap menetas menjadiburayak.
Puasa
Pemakaian ovaprim akan efektif bila ditunjang kejelian memilih induk matang kelamin. Ornatipinnis layak dijadikan induk pada umur 4—5 tahun dengan ukuran 60 cm. “Ciri ikan dewasa antara lain bercorak kuat di sirip depan” papar pria berusia 50 tahun itu. Corak perlu diperhatikan lantaran ada ikan yang bongsor tetapi belum matang kelamin.
Pemilihan jenis kelamin cukup dilihat dari ukuran sirip belakang yang terletak di bawah perut bagian belakang. Jantan dicirikan sirip lebar. Sebaliknya betina memiliki sirip belakang lebih kecil.
Pada saat memijah kondisi kesehatan induk harus benar-benar prima. Berilah pakan berprotein tinggi seperti impun, udang, cacing lumbricus, dan daging ikan laut. “Porsi pakan jangan terlalu banyak, secukupnya saja” imbuhnya. Pakan bergizi dibutuhkan agar ikan mempunyai cukup energi untuk kawin, bertelur, dan pemeliharaan setelah kawin.
Menurut Gunawan, untuk memijahkan ikan monster perlu akuarium khusus. Akuarium minimal berukuran 100 cm x 60 cm x 50 cm untuk sepasang induk. Satukan induk jantan dan betina sebulan sebelum dipijahkan. Maksudnya agar mereka saling mengenal. Sebelum disuntik ovaprim, setiap induk dipuasakan 3 hari. Puasa berguna untuk mengurangi sisa metabolisme berupa feses agar kondisi air tidak terlalu kotor.
Kondisi air ideal bersuhu 28—300 C dengan pH netral dan bersih. “Jika ikan berenang di dasar akuarium itu menandakan ia merasa nyaman,” kata Gunawan. Sebaliknya bila ikan gelisah, meloncat, dan selalu bergerak ke atas permukaan, air harus segera diganti. Penggantian cukup 1/3 dari volume air saja. Lengkapi akuarium dengan fi lter dan aerator agar air tetap bersih dan oksigen terlarut lebih besar.
Setelah dipuasakan ikan siap disuntik ovaprim 0,5—1 cc per kg bobot tubuh. Saat penyuntikkan, induk perlu diangkat dari akuarium. Hati-hati, karena ornatipinnis licin, sehingga sulit untuk dipegang. “Untuk itu perlu dijepit kepalanya dengan jaring agar diam ketika diinjeksi,” paparnya. Posisi suntikan tepat di antara sirip belakang alias di perut bagian bawah.
Betina disuntik terlebih dahulu ½ dosis. Setelah 8 jam berselang sang jantan disuntik dengan dosis penuh dan betina kembali diinjeksi dengan ovaprim tersisa. “Hati-hati jika menyuntik betina, kecerobohan dapat menyebabkan telur ikut keluar,” kata pria berkaca mata itu. Setelah disuntik, ikan dikembalikan ke akuarium untuk berpijah.
14 jam
Maksimal 14 jam setelah penyuntikkan ikan bertelur. Jumlah telur mencapai 2.000—3.000 butir. Jika penanganan baik membuahkan keberhasilan tetasan mencapai 90 %. Kumpulkan telur dan dikurung dengan kawat ram untuk menghindari telur dimakan oleh induk yang kanibal. Di atas kurungan kawat diberi untaian tali rapia berwarna cerah untuk mengecoh.
Telur polypterus berukuran kecil, mirip telur kodok, hanya saja berwarna putih. Telur siap menetas berubah menjadi hitam. Tiga hari berselang muncul burayak bergerak-gerak di dasar akuarium. Untuk menunjang keberhasilan daya tetas, Gunawan memakai heater. Pemanas itu dibutuhkan agar lingkungan mirip habitat aslinya yang beriklim panas.
Seminggu setelah menetas—ukuran 1 cm—ikan dipindahkan ke akuarium pembesaran berukuran 100 cm x 20 cm x 50 cm dengan populasi 200—300 ekor. Saat itu pakan yang diberikan adalah cacing sutra dan artemia (kutu air berukuran sangat kecil, red).
Betina yang telah bertelur menjadi lemas, sehingga perlu diberi pakan berprotein tinggi. Jaga kualitas air dan berikan pakan bermutu untuk memulihkan kembali kondisi induk. Dengan begitu ia dapat kembali berproduksi 3 bulan menjelang. (Pupu Marfu’ah)