Kreativitas serta ragam dan kesehatan tanaman beberapa kunci sukses menghasilkan akuaskap jawara.
Trubus — Dama Refiyuda hanya menargetkan akuaskap miliknya masuk peringkat 100 besar di ajang China International Pet Show (CIPS) 2017. Harap mafhum ribuan peserta dari penjuru dunia mengikuti kontes akuaskap internasional yang disebut Global Aquatic Plants Aquascaping Championship itu. Ternyata target Dama “meleset”. Para juri malah menobatkan akuaskap kepunyaan Dama sebagai juara kedua di kontes yang berlangsung di Shanghai, Tiongkok, itu.
“Saya tidak menyangka mendapatkan gelar juara kedua di kontes itu,” kata warga Jakarta Timur itu. Meski begitu penampilan akuaskap jawara itu menakjubkan. Siapa pun yang melihat akuaskap itu pasti berdecak kagum. Dama menampilkan panorama hutan dengan dominasi akar-akar pohon yang selaras dengan beragam tanaman. Pemandangan dalam akuaskap berukuran 120 x 60 x 50 cm itu begitu alami dan meneduhkan. Ia memilihi tema hutan lantaran representasi alam.
Kreativitas
Dama hanya mengirimkan foto akuaskap bikinannya kepada panitia penyelenggara. Kemudian juri yang berkompeten menilai foto akuaskap bikinan peserta berdasarkan kriteria penilaian seperti habitat alami ikan serta orisinalitas dan kesan desain. Dama mulai menyiapkan akuaskap pemenang itu 5 bulan sebelum kontes. Dama mengerjakan akuaskap itu secara bertahap selama 2 pekan.
Perawatan harian menentukan penampilan akuaskap. Oleh karena itu, ia mengganti 50% air dalam akuarium dua kali sepekan pada bulan pertama. Tujuannya, “Agar air tetap jernih,” pria kelahiran Jakarta itu. Musababnya pada fase sebulan air menjadi kuning karena banyaknya tanin dalam kayu dan media tanam. Jadi, perancang akuaskap mesti sering mengganti air dalam akuarium.
Frekuensi penggantian air yang lebih sering pada bulan pertama juga untuk menghindari pertumbuhan alga. Saat itu lampu Light Emitting Diode (LED) menyala 6—8 jam sehari. Bulan berikutnya penggantian 50% air sekali sepekan hingga pemotretan menjelang kontes. Selain itu, Dama memberikan pupuk cair 1—2 kali sepekan. Penyinaran lebih lama menjadi 10—12 jam per hari agar pertumbuhan tanaman lebih maksimal.
Teknik perawatan itu yang mengantarkan Dama berhasil menyabet gelar terbaik kedua sedunia. Prestasi itu salah satu yang terbaik bagi dunia akuaskap di Indonesia. Tujuan Dama mengikuti kontes akuaskap internasional karena dirinya senang jika karyanya diapresiasi banyak orang. “Saya juga bangga bisa membawa nama Indonesia,” kata pemilik toko DRY Led Custom itu.
Juri akuaskap nasional dan internasional di Jakarta, Doddy Ali Wijaya, menuturkan manfaat lain memenangi kontes tingkat dunia yaitu naiknya nama perancang akuaskap itu. Ujung-ujungnya bisa jadi duta produk tertentu dan diajak keliling dunia. Dama salah satu perancang akuaskap asal Indonesia yang kerap menjadi juara ketika mengikuti kontes tingkat global. Yang paling anyar Dama menduduki peringkat kelima di ajang CIPS 2019 dan posisi ke-8 di acara ISTA International Aquascaping Contest 2019 di Taiwan.
Permintaan
Berkat semua pengalaman itu, permintaan pun mengalir. Konsumen terbaru yang memesan akuaskap kepada Dama adalah salah satu pesohor di tanah air. Apa saja faktor penentu keberhasilan membikin akuaskap bermutu bagus? Menurut Dama kreativitas serta kesehatan dan variasi tanaman sangat memengaruhi kualitas akuaskap. Ia mendapatkan ide desain akuaskap dengan menelusuri ragam akuaskap di dunia maya.
“Sebetulnya saya ingin pergi ke hutan. Sayangnya waktunya belum ada. Jadi, melihat alam di sekitar saya saja,” kata pria yang menekuni akuaskap dengan serius sejak 2014 itu. Variasi tanaman menyesuaikan tema akuaskap. Sementara kebersihan akuarium dan pemberian pupuk rutin menentukan kesehatan tanaman. Menurut Doddy faktor penentu akuaskap idaman konsumen yakni jika sesuai dengan preferensi pembeli dan bersih.
Meski begitu selera konsumen berbeda. “Ada yang menyukai akuaskap dengan tanaman berwarna ngejreng. Ada juga yang menghendaki akuaskap tematis seperti air terjun. Namun, faktor utama adalah bujet,” kata perancang akuaskap sejak 2009 itu. (Riefza Vebriansyah)