Friday, March 7, 2025

Tanam Kale Organik

Rekomendasi

Membudidayakan kale tanpa pupuk kimia tetap berkualitas tinggi.

Tanaman kale hasil perbanyakan vegetatif dengan setek.
Tanaman kale hasil perbanyakan vegetatif dengan setek.

Ketika baru masuk ke Indonesia, harga kale sungguh fantastis, yakni Rp100.000 per 100 gram. Harap mafhum, sayuran anggota famili Brassicaceae masih impor. Itulah sebabnya kini bermunculan pekebun yang membudidayakan kale. Lazimnya petani kale di Indonesia membudayakan sayuran ekslusif itu dengan benih asal mancanegara. Namun, Rakhmad Hardiyanto menanam 200 bibit kale hasil setek.

Menurut pekebun di Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kotamadya Batu, Jawa Timur, itu keberhasilan tumbuh bibit mencapai 60—70%. Oleh karena itu untuk memperoleh 100 bibit, Rakhmad mesti menanam 140—160 setekan. “Meski harga benih kale saat ini masih terjangkau sekitar US$3 atau Rp40.800 (US$1=Rp13.600) per 500 benih, ketersediaannya pada masa yang akan datang tidak ada jaminan,” ujar Rakhmad.

Sumber nutrisi
Rakhmad memutuskan, minimal mengurangi ketergantungan terhadap benih impor. “Jika sewaktu-waktu ada kesulitan impor benih, kami bisa memproduksi kale yang kebutuhannya semakin meningkat,” ujar Sarjana Teknik alumnus Universitas Brawijaya itu. Ia berhasil memperbanyak secara setek semua jenis kale yang ia tanam, yakni red rusian, dwarf curly, nero, dan siberian.

Rakhmad Hardiyanto membudidayakan kale secara organik.
Rakhmad Hardiyanto membudidayakan kale secara organik.

RA Reytha Qurrataayun dari Departemen Silvikultur, Institut Pertanian Bogor, mengatakan bibit hasil setek memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bibit dari biji. “Sifat bibit asal setek sama dengan induknya, sedangkan dari biji belum tentu 100% sama dengan induknya karena penyerbukan silang acak,” ujar Qurrataayun. Keberhasilan Rakhmad menanam setekan kale menjadi alternatif sumber bibit yang murah tapi tidak kalah berkualitas dan bebas ketergantungan dari mancanegara.

Menurut Rakhmad kesulitan tertinggi saat merawat bibit ketika berumur 5—7 hari pascasetek (lihat infografis Bikin Bibit Sendiri). “Terlalu banyak air menyebabkan setekan busuk dan gagal tumbuh, sementara kekurangan air mengakibatkan pertumbuhan akar lambat,” kata Rakhmad. Ia mengebunkan Brassica oleracea acephala itu di lahan 2.600 m². Ia memanfaatkan mikro organisme lokal (MOL) sebagai sumber nutrisi tanaman.

Rakhmad menggunakan akar bambu, buah pinang Arenga cathecu, rimpang temuhitam Curcuma aeruginosa, dan umbi gadung Dioscorea hispida. Akar bambu mengandung bakteri baik Rhizobium sp, sementara pinang sebagai zat pengatur tumbuh karena mengandung hormon giberelin. Adapun temuhitam mempunyai zat antimikrob yang mencegah bakteri penyebab busuk batang dan busuk akar, sedangkan umbi gadung mengandung racun kontak saraf terhadap segala jenis ulat.

Kale hasil setek bisa pindah ke lahan setelah tumbuh tunas baru dan akar.
Kale hasil setek bisa pindah ke lahan setelah tumbuh tunas baru dan akar.

Ia menumbuk semua bahan dan menambahkan bahan lain, yakni 10 liter air kelapa, 500 ml molase atau tetes tebu, dan 1 liter larutan pengurai. Petani itu lalu memasukkan bahan itu ke dalam jeriken. Rakhmad memasang selang yang terhubung ke botol air mineral bekas untuk mengeluarkan gas hasil fermentasi selama 7 hari itu. Dengan demikian jeriken tidak menggembung.

Bahan utama menyesuaikan dengan ketinggian larutan. Prinsipnya semua bahan harus terendam dan semakin banyak semakin bagus. Adapun untuk mengendalikan hama aphids Rakhmad menggunakan pestisida nabati berbahan umbi bawang putih. Kutu aphids tidak menyukai aroma umbi bawang putih. Ulat grayak Spodoptera sp ia halau dengan semprotan fermentasi daun mimba.

Bahan organik
Guru besar Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, Prof Iswandi Anas Chaniago, menuturkan bahwa semua limbah tanaman sejatinya bisa dibuat MOL. Namun, perlu mempertimbangkan ketersediaan bahan sehingga tetap ekonomis. Menurut Prof Iswandi pemberian pupuk kimia pada sebagian besar tanah di Indonesia berlebihan. Akibatnya kandungan bahan organiknya sangat rendah.

569_ 101Itulah sebabnya perlu penambahan bahan organik lain seperti kompos dan pupuk kandang. Bahan tambahan lain untuk pembuatan MOL seperti air kelapa berfungsi sebagai media tumbuh mikrob. Sementara molase atau tetes tebu sebagai sumber energi mikrob untuk memperbanyak diri. “Agar lebih optimal tambahkan inokulum mikrob,” ujar Prof Iswandi.

Proses fermentasi mikroorganisme lokal selama 7 hari.
Proses fermentasi mikroorganisme lokal selama 7 hari.

Selain itu Rakhmad juga memberikan segenggam pupuk kandang per tanaman tiap pekan. Pupuk kandang itu campuran pupuk kandang kambing, sapi, dan ayam dengan perbandingan 1:1:1. Menurut Rakhmad produktivitas maupun kualitas tanaman hasil setek dan benih relatif sama. Tiap 2 hari sekali ia memanen 15—20 kg kale dari 200 tanaman itu. Ia menjual kale ke pasar swalayan di Surabaya dan Bali.

“Kami baru bisa memenuhi 30% permintaan pasar,” ujar Rakhmad Hardiyanto. Jenis termahal adalah red russian, mencapai Rp110.000 per kg, sementara jenis lain rata-rata Rp100.000 per kg. Ia membagi sayuran sehat itu menjadi 3 kelas, yakni kelas A, B, dan C. Kale kelas A berpenampilan sehat, masih segar, dan daun hijau muda. Kelas B berpenampilan bagus, segar, tapi daun berwarna hijau tua.

Adapun kale C berpenampilan dan kesegaran yang kurang bagus dan daun sudah tua. Dari total panen 15—20 kg hasil panen, sebanyak 7—8 kg termasuk kelas A, 4 kg (B), 3 kg (C). Kualitas tinggi itu berkat budidaya intensif secara organik. Bibitnya pun hasil perbanyakan sendiri. (Bondan Setyawan)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Pangan Lokal sebagai Pilihan Menu Berbuka dan Sahur yang Bergizi

Trubus.id–Bulan Ramadan menjadi momen istimewa untuk menjaga pola makan yang sehat dan seimbang. Salah satunya dengan mengonsumsi pangan lokal...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img