Umbi talas beneng berukuran raksasa, hingga 20 kg. Pekebun menuai 200 ton umbi per hektare.
Sosok tanaman talas itu menjulang tinggi hingga tiga meter. Talas lain mana ada yang setinggi itu, paling hanya 1—1,5 meter. Juliana dan para angggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Juhut Mandiri di Kelurahan Juhut, Kecamatan Karangtanjung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, itu mengebunkan talas raksasa itu hingga 70 hektare. Menurut Juliana para pekebun memanfaatkan lahan di bawah tegakan pohon di hutan untuk menanam beneng.
“Talas beneng tidak terlalu suka sinar matahari yang terlalu terik,” ujar Juliana. Nama beneng akronim dari kata besar dan koneng. Sebutan “besar” mengacu pada sosok tanaman dan umbi talas yang berukuran jumbo. Umbi talas dari tanaman berumur 1 tahun bisa mencapai 20—30 kg. Adapun nama koneng berarti kuning. Disebut demikian karena daging umbi berwarna kuning. Karekter itu merujuk pada talas Xanthosoma undipes.
Tumbuh di hutan
Sebelum dibudidayakan, tanaman anggota famili Arecaceae itu tumbuh liar di hutan dan ternaungi pohon-pohon besar. “Oleh sebab itu saat dibudidayakan kondisi lahan juga mengikuti habitat aslinya di alam,” ujar Juliana. Menurut dosen di Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Eltis Panca Ningsih, talas beneng dapat tumbuh di dataran rendah hingga berketinggian 2.700 meter di atas permukaan laut.
Namun, tanaman kerabat aglaonema itu tidak tahan terhadap suhu sangat rendah (beku). Dosen Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Kartina A.M., sebelum dibudidayakan talas beneng tumbuh liar di hutan yang bertanah agak masam dengan kandungan fosfor (P) dan karbon (C) organik rendah, serta kalium sedang. Namun, setelah dibudidayakan, para pekebun memberikan pupuk kandang sebagai sumber nutrisi.
Berdasarkan hasil penelitian Kartina dan rekan-rekan, tambahan pupuk kandang itu mengubah kondisi tanah menjadi netral. Kandungan fosfor tanah pun meningkat dari semula rendah menjadi sedang. Begitu juga dengan kandungan kalium dari semula sedang menjadi tinggi. Menurut Juliana pupuk kandang satu-satunya sumber nutrisi yang digunakan pekebun untuk membudidayakan talas beneng.
Pekebun menambahkan pupuk kandang berupa kotoran domba yang telah terurai saat persiapan tanam. Mereka menaburkan 1 kg pupuk organik itu ke setiap lubang tanam. Kartina mengungkapkan, pupuk kandang salah satu pembenah tanah yang memperbaiki sifa-sifat tanah, baik sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Adapun secara kimia pupuk kandang menambah unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor, dan kalium, serta meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Secara biologi pupuk kandang dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Itulah sebabnya menurut Juliana budidaya talas beneng relatif gampang.
Bibit anakan
Menurut Juliana tanah harus gembur agar umbi talas mampu berkembang lebih optimal. Setelah itu buat lubang tanam berukuran 20 cm x 20 cm dengan jarak antarlubang tanam 1 m x 1 m atau 1,5 m x 1,5 m. Ketika penanaman perdana, para pekebun biasanya menggunakan anakan sebagai sumber bibit. Penanaman biasanya pada awal musim hujan. Menurut Juliana sumber bibit bisa juga menggunakan potongan mata tunas yang muncul di umbi.
Namun, mata tunas itu ditanam dulu di persemaian hingga menjadi anakan. Setelah berdaun 2—3 helai, barulah pekebun memindahtanamkan bibit ke lahan. Juliana menuturkan pada penanaman berikutnya pekebun tak perlu lagi menanam beneng dari bibit baru. Pada saat panen potong umbi sekitar 10 cm dari pangkal umbi. “Sisa umbi yang masih berdaun itu lalu ditanam lagi ke dalam lubang tanam,” katanya.
Kelak dari sisa potongan umbi itu keluar akar-akar baru yang menyerap nutrisi untuk perkembangan umbi sehingga membesar lagi. Juliana memberikan pupuk kandang tergantung kondisi lahan. Bila lahan relatif subur, ia hanya menaburkan pupuk kandang setiap tiga bulan. Jika lahan kurang subur pemupukkan setiap bulan.
Juliana juga tak pernah menyemprot tanaman dengan pestisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit tanaman. Menurut anggota dosen di Jurusan Agroekoteknologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Tubagus Bahtiar Rusbana, sebetulnya ada beberapa jenis serangga yang mengancam tanaman talas beneng, yaitu belalang, jangkrik, kumbang moncong, belalang bertanduk panjang, semut, kecoak, kupu-kupu, lalat, dan lalat batu.
Pada umur panen itu bobot sebuah umbi bisa mencapai 20—30 kg. Jika populasi per hektare mencapai 10.000 tanaman, pekebun memanen 200 ton. Juliana menjual umbi dengan harga Rp1.500 per kg. Menurut ketua Gapoktan Juhut Mandiri itu harga jual itu masih menguntungkan. Sebab, untuk membudidayakan beneng pekebun tak perlu merawat secara intensif sehingga biaya produksi menjadi efisien. (Imam Wiguna)