Permintaan bunga telang kian banyak. Peluang menanam bunga biru yang multikhasiat.
Lahan Faiqotul Hima tak seberapa luas, hanya 150 m2. Di lahan itu Hima—sapaan akrab Faiqotul Hima—membudidayakan komoditas tak lazim, yakni bunga telang. Tanaman itu lazimnya tumbuh liar di pekarangan. Pekebun di di Pare, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, itu tertarik menanam bunga telang karena khasiat dan harga jual. Bunga anggota keluarga Fabaceae itu antara lain berkhasiat mengatasi kejang, meningkatkan memori, dan antistres.
Harga jual bunga telang juga menggiurkan. “Kalau per kg bunga telang kering harganya mencapai Rp1,8 juta,” ujar Hima. Namun, yang paling laris yakni kemasan kecil berbobot sekitar 5—7 g per kemasan. Hima menjualnya Rp25.000 per kemasan. Hima mampu menjual hingga 20 kemasan per bulan. Konsumen berasal dari berbagai kota seperti Jakarta, Bogor, dan Kota Depok. Ia memasarkan bunga telang kering melalui daring atau online.
Dua jenis
Hima membudidayakan telang pada 2014 dengan mendatangkan benih dari Semarang, Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bogor, Jawa Barat. Jenisnya ada dua yaitu yang bermahkota atau petal tunggal. Ada juga yang multipetal atau bermahkota banyak sehingga penampilannya mirip bunga mawar tapi biru.
Kini ia memiliki 4 tanaman bunga telang tumpuk, sisanya 20-an tanaman jenis biasa. Keunggulan bunga telang tumpuk kepekatannya 5 kali lebih tinggi dibanding dengan jenis yang biasa. Ia menyemai benih di polibag bermedia tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Selang empat hari, benih mulai pecah tunas.
Ia memindahkan bibit telang dengan jumlah 3—4 daun di lahan. Hima membudidayakannya di lahan bekas tanaman jati dengan jarak tanam 1 m x 1 m. Ia memasukkan bibit ke lubang tanam sedalam 3 cm dan menutupnya dengan tanah bercampur pupuk kandang. Penanaman sebaiknya pada awal musim hujan agar pekebun tidak perlu menyiram.
Di lahan itu bunga telang tumbuh besar dan menjalar hingga 1,5 meter. Ia merambatkan tanaman itu pada ajir berupa bambu. Tinggi ajir mencapai 1,5-2 meter. Pekebun muda itu menanam bunga telang secara organik. Hima mengatakan, “Tanaman tidak saya pupuk. Saya hanya mengumpulkan daun-daun yang rontok lalu saya sebarkan di dekat perakaran. Bunga telang termasuk tanaman kacang-kacangan dan perintis. Jadi bagian-bagian tanamannya bisa untuk pupuk.”
Perempuan kelahiran April 1988 itu mengatakan, tanaman berbuah perdana ketika berumur enam bulan setelah tanam. Produksi perdana hanya 200 gram per tanaman. “Kalau musim kemarau jumlah bunga turun, produktivitas per tanaman tidak sampai 100 g. Bahkan hanya sekitar 80 g saja per tanaman,” ujar alumnus Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor itu. Ia memanen bunga kerabat kedelai itu sebelum pukul 08.00.
Keringkan bunga
Faiqotul Hima memetik rata-taya 200 gram bunga telang dari sebuah tanaman berumur 6 bulan. Produksi kian meningkat seiring dengan penambahan umur tanaman. Contoh produksi tanaman berumur 12 bulan mencapai 400 gram. Volume produksi hingga 400 gram itu bertahan hingga tanaman berumur 2 tahun. Panen berikutnya berselang tiap hari. Tanaman akan berbunga susul-menyusul.
Setelah panen, Hima mencuci bunga-bunga biru itu hingga bersih dan meletakkan di atas nampan. Ia akan mengeringkan dengan menjemur bunga di bawah sinar matahari langsung. Ketika menjemur, Hima menutup bunga-bunga itu dengan selembar kain hitam. “Tujuannya agar panasnya lebih maksimal dan warna bunga telang tetap cantik,” ujarnya. Penjemuran sejak pukul 08.00—14.00. Jika cuaca mendung penjemuran memakan waktu 4—5 hari, kalau terang hanya butuh waktu 2—3 hari. Menurut Hima 1 kg bunga basah menjadi 100—160 g bunga kering atau rendemen 10—16%.
Setelah kering, Hima menyimpan bunga di dalam wadah plastik serta meletakkan di tempat kering dan sejuk. Bunga telang kering berkadar air 10-12 % mampu bertahan selama setahun penyimpanan di suhu kamar. Sejatinya masyarakat bisa mengonsumsi bunga Clitoria ternatea dalam bentuk segar. Namun, konsumsi bunga segar muncul rasa atau aroma langu. “Kalau dalam bentuk kering malah ada rasa manis-manisnya. Itu berasal dari madu yang tersimpan di kuncup bunga,” ujarnya.
Menurut Hima tanaman bunga telang mampu bertahan hingga 10 tahun lebih. Tanaman di lahan Hima kini berumur 3—4 tahun dan masih sangat produktif. Setelah itu ia meremajakan tanaman dengan menyemai benih.
Sejak saat itu ia tertarik mencermati bunga telang dan membudidayakannya. Beragam manfaat bunga telang membuat tanaman asli Kota Ternate, Maluku Utara itu layak dikembangkan. “Jangan nunggu orang luar negeri dulu yang mengembangkan bunga telang, baru kita ikut mengembangkan,” ujar Faiqotul Hima. (Bondan Setyawan)