Trubus.id—Andaliman rempah yang memberi citarasa pedas. Buku Prosea Plant Resource of South East Asia: Spices menyebutkan daun dan buah Zanthoxylum sp., dipakai sebagai pemberi rasa masakan.
Andaliman menjadi tanaman ikonik danau toba. Sejatinya dunia juga mengenal andaliman. Di negeri Tirai Bambu andaliman dicampur untuk makanan mapo—berkuah. Masyarakat Sin Jiang muslim menggerus andaliman dengan lada, ketumbar, dan garam—semuanya disangrai— lalu dijadikan cocolan daging panggang.
Di Jepang dan Korea andaliman dijadikan hiasan atau dipakai menambah rasa pedas pada sup dan mi. Masyarakat Gujarat, Goa, dan Maharashtra di India selalu menyelipkan andaliman sebagai bumbu ikan. Di tanah air andaliman sohor sebagai rempah khas tanah Batak.
Kini andaliman makin berkembang. Perempuan asal Sumatra Utara Intan Damanik mengolah andaliman menjadi teh artisan jenama The Bloom Andaliman Artisan Tea. Inovasi itu sejak 2020 atau saat pandemi Covid-19.
Ia berinovasi mengolah andaliman yang selama ini santer terdengar sebagai sambal khas tanah Batak. Menurut Intan antioksidan yang tinggi pada rempah andaliman berguna untuk kesehatan tubuh. Produk teh andaliman artisan itu mendapat respon yang baik. Intan menuturkan produk teh andaliman itu sudah tersertifikat BPOM RI – GMP dan HACCP.

Sepanjang 2022 Intan memproduksi sebanyak 2 ton andaliman. Ia menjual teh andaliman itu Rp38.000 per kemasan. Sementara untuk rempah andaliman kering grade 1 seharga Rp 1 juta per kg. Ia menanam andaliman sekitar 1.200 pokok.
Menurut Intan dari 5 kg segar andaliman itu bisa menjadi 1 kg kering. Pada 2023 Intan mulai mengirim sampel ke Australia secara sebanyak 100 pcs teh andaliman itu.
“Andaliman Tea produk daripada kawasan Danau Toba yang masih pioneer. Kami harap dapat dukungan dari semua, stakeholder khususnya kabupaten yang ada di kawasan Danau Toba untuk bersama-sama menjadikan andaliman produk Sumut untuk ekspor,” ujar Intan.