Friday, September 22, 2023

Teknologi Pemerahan Susu Sapi Ratusan Liter Susu dalam Sehari

Rekomendasi
- Advertisement -

Di sana, seorang peternak sapi perah mampu memerah 60—70 sapi/jam. Hasilnya pun luar biasa. Seekor sapi berbobot 500—700 kg mampu menghasilkan 22—25 liter susu/hari. Tingginya produksi lantaran pakan dan teknologi pemerahan susu yang canggih.

Begitulah negeri Kincir Angin itu memasok susu ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Sebanyak 15 perusahaan pengolahan susu terkemuka di Belanda seperti Campina dan Coberco-Friesland menggunakan sistem mekanisasi untuk memerah sapi. Tak pelak, ratusan hingga ribuan liter susu yang dihasilkan steril dan berkualitas tinggi.

Kehebatan itu Trubus saksikan saat berkunjung ke salah satu perusahaan besar pada 2003 silam. Di sana, tak hanya perusahaan susu raksasa saja yang menggunakan teknologi canggih. Sebanyak 25.000 peternakan sapi perah tersebar di berbagai desa dan kawasan peternakan juga mengembangkan teknologi serupa. Tak heran bila Belanda dikenal sebagai pemasok susu nomor wahid di dunia.

Teknologi swedia

Untuk menyaksikan kehebatan teknologi pemerahan susu sapi itu, peternak sapi perah tak perlu jauh-jauh terbang ke sana. Nun di ketinggian 1.000—1.500 m dpl, tepatnya di Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur, Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan juga menggunakan teknologi serupa. Koperasi yang menaungi 18 pos pemerahan sapi itu memboyong teknologi DeLaval asal Swedia sejak Agustus 2004.

“Hanya 10 menit untuk memerah 10 sapi secara bersamaan,” ujar Dariyantoko, s t a f paramedis KPSP Setia Kawan. Lazimnya, u n t u k memerah sapi dibutuhkan 20—30 menit/ekor. Selain itu, setiap sapi mampu menghasilkan rata-rata 11—13 liter susu/ hari; dengan tangan hanya 7—8 liter. Bila dihitung, sekali memerah diperoleh minimal 110—130 liter susu/hari dari 10 sapi perah. “Produksi meningkat hampir 2 kali lipat,” ucap ayah 3 putra itu. Selain itu, kebutuhan tenaga kerja lebih sedikit, cukup 2 orang.

Teknologi pemerahan susu ciptaan perusahaan DeLaval, Swedia, itu memang terbilang mudah dan praktis. Cukup memasang 4 cluster (tabung penyedot susu, red) ke puting sapi, lalu beberapa kran dibuka, susu langsung mengalir di selang sepanjang 2,40 m menuju galon penampung.

Itu lantaran pemerahan menggunakan tekanan udara hampa. Selang setebal 5—10 cm itu dibekali clamp (capitan, red) dan valve alias kran pada posisi tertentu di atas tabung penampung. Capitan itu berfungsi untuk mengalirkan tekanan udara berkekuatan 48 kilo pascal (kPa) ke cluster.

Istimewanya, cengkeraman 4 cluster itu akan berkurang secara otomatis bila volume susu juga berkurang. “Ada alat duovac yang mengontrol jumlah susu yang diperah,” kata Brendon Collins, quality control perusahaan DeLaval. Duovac merupakan tabung kecil yang di dalamnya terdapat karet hitam. Karet itu akan bergerak naik seiring berkurangnya susu yang diperas. Saat susu dari sapi berkurang tekanan udara otomatis menurun, dari 48 kPa menjadi 28 kPa. “Dengan tekanan seperti itu cluster mudah dilepas tanpa harus ditarik kencang. Jadi, tidak menyakiti sapi,” kata Muhammad Indra, staf perusahaan DeLaval.

Total pleth con (TPC)

Bukan tanpa sebab KPSP Setia Kawan berani memboyong teknologi canggih itu ke Pasuruan, Jawa Timur. Di negara asal, teknologi duovac memang telah terkenal. Dengan kecanggihannya, susu dapat diperah secara steril, cepat, dan praktis. Hasilnya, jumlah bakteri dalam susu dapat ditekan sekecil mungkin. “Slogan kita ABC. Asli susunya, Bersih peralatan dan pekerjanya, dan Cepat penanganannya,” tutur Koesnan, ketua Koperasi Setia Kawan.

Teknologi itu mampu menghasilkan susu bebas bakteri lantaran nilai total pleth con (TPC) susu setelah diperah sangat rendah. TPC merupakan standar penilaian jumlah bakteri dalam susu yang memenuhi standar pengolahan susu. “Dengan teknologi itu TPC susu dari kita di bawah 500-ribu.

Nilai itu telah memenuhi SNI yang menetapkan TPC susu yang baik harus di bawah 1-juta,” kata kelahiran Mojokerto 57 silam. Menurut Koesnan nilai TPC dipengaruhi oleh kesterilan lingkungan dan cara pemerahan. Wajar bila 3.000 liter/3 hari susu dari Koperasi Setia Kawan mampu menembus industri susu sekaliber Nestle.

Nilai TPC memang turut menentukan kualitas dan harga susu di industri. “Ada 4 grade (kelas, r e d ) . S e t i a p tingkatan memiliki kualitas dan harga tersendiri. Semakin tinggi kelasnya semakin mahal harga jual ke industri,” kata ketua Pusat Koperasi Industri Susu Sekar Tanjung itu.

Harga jual susu kelas 1 ke industri mencapai Rp2.125/ liter. Sedangkan pemerahan susu sapi dengan menggunakan tangan biasanya dihasilkan susu kelas 2 atau 3. Harga pun relatif lebih rendah. Untuk kelas 2 hanya Rp1.910/liter; kelas 3, Rp1.650/liter; dan kelas 4, Rp1.425/liter.

Susu berkualitas

Standar susu yang masuk klasifi kasi juga beragam. Di dunia susu perahan dikenal istilah total solid (TS). Susu yang mengandung TS minimal 12% dimasukkan dalam kelas pertama. TS dibagi 2 golongan: solid fat (SF) dan solid non-fat (SNF). Susu yang baik mengandung 4—4,5% SF dan 8,25—8,50% SNF. “Susu yang baik mengandung lemak tinggi karena ia zat yang menyetir rasa susu,” ucap Boeari Abdul Manan, quality control IPS Sekar Tanjung, Pasuruan.

Untuk mendapatkan kandungan TS yang tinggi, waktu pemerahan perlu diperhatikan. Pemerahan sebaiknya dilakukan 12 jam sekali. Itu lantaran kondisi hormon penghasil susu pada tubuh sapi kembali meningkat setelah 12 jam seusai pemerahan.

Biasanya peternak sapi perah di Pasuruan memerah sapi pada pukul 03.00 dan 15.00. “Itu sudah benar. Pemerahan susu lebih baik dilakukan di pagi hari. Jumlah lebih banyak walaupun kandungan lemak sedikit lebih rendah dibanding sore,” kata Boeari. Menurutnya perbandingan jumlah susu pagi dan sore hari sekitar 60:40.

Diharapkan susu yang diperoleh memiliki berat jenis (BJ) 1.024 pada suhu 27,50C atau BJ 1.023,3 pada temperatur 29—310C. Selain itu susu tidak mengandung bahan asing dan antibiotik. “Susu sebelum masuk industri harus melalui beberapa tes. Ada uji kandungan lemak, tes alkohol, pH dan derajat keasaman,” ujar alumnus Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya itu.

Penerapan teknologi canggih itu jelas padat modal. Harga alat mencapai 1.500—3.000 euro atau sekitar Rp36-juta—Rp40-juta. Itu hanya alat perahnya saja. “Investasi di teknologi pemerahan susu hingga industri pengolahan bisa mencapai Rp750-juta,” kata Koesnan. Namun, bila ingin memenuhi kebutuhan industri pengolahan susu sekaliber Nestle yang mencapai 520.000 liter susu/hari, mau tidak mau teknologi seperti itu harus dimasyarakatkan di kalangan peternak sapi perah. (Rahmansyah Dermawan)

- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Babak Baru Bisnis Durian

Trubus - Bisnis durian Indonesia kini berkembang pesat. Namun mengapa industri durian dunia masih dikuasai Thailand dan Malaysia? Bagaimanakah cara...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img