Teknologi dan produk terkini tersaji pada GrootGroenPlus 2016.
Badai dan hujan es kerap membuat resah Marien van Voorthuijsen. Aneka tanaman di nurseri Boomkwekerij van Voorthuijsen yang ia kelola sasaran empuk angin kencang atau hujan es karena berlokasi di lahan terbuka tanpa rumah tanam (greenhouse). Badai dan hujan es salah satu tantangan besar bagi para pekebun di Negeri Kincir Angin itu. Serangan dahsyat terbaru terjadi pada Juni 2016. Saat itu hujan es seukuran telur ayam menghantam negeri di Eropa barat itu.
Akibatnya, para pemilik bisnis hortikultura di Brabant dan Limburg merugi karena tanaman rusak. Namun, kini Marien tak lagi resah karena tanaman miliknya terlindung dari ancaman cuaca buruk. Warga Randwijk, Belanda, itu mengandalkan sistem perlindungan otomatis atau Automatic Protection System (APS) Holland. Produk kreasi perusahaan produsen spesialis rumah tanam, Alumat Zeeman BV, itu berupa rumah tanam yang beratap dan berdinding jaring berbahan linen plastik. Jaring itu membuat tetesan hujan besar menjadi berukuran lebih kecil.
Lebih hemat
Hujan es berukuran besar pun hanya menjadi butiran es kecil sehingga tidak merusak tanaman. Marien memanfaatkan APS Holland sejak medio 2016. “Tanaman kami terlindung dari hujan es dan angin kencang. Selain itu kami dapat menanam tanaman muda selama 2 pekan pada musim dingin karena sistem ditutup lebih awal,” ujar Marien. Tanaman tumbuh karena tercipta iklim mikro bertemperatur lebih tinggi dan sedikit angin. Keunggulan perangkat APS Holland karena jaring bekerja otomatis.
Artinya, pemilik nurseri bisa mengatur buka tutup jaring sesuai keperluan. Jika cuaca buruk nurseri tertutup jaring. Jika tanaman memerlukan sinar matahari maka jaring akan terbuka. Itulah keunggulan APS Holland daripada rumah tanam konvensional. Jika memerlukan sinar matahari penuh, pekerja memindahkan tanaman ke luar rumah tanam. Aktivitas itu menghabiskan biaya dan waktu banyak. Dengan APS Holland tanaman tetap di tempat sama. Pekebun dapat mengatur kebutuhan sinar matahari secara otomatis.
Untuk membuka dan menutup jaring pun mudah. Pemilik tetap bisa mengontrol sistem meski berada jauh dari nurseri. Pemilik nurseri cukup mengirim pesan teks pada pusat kontrol. Sistem menutup atau membuka jaring sesuai kebutuhan secara otomatis. Sistem pun dapat dikontrol manual. “Sistem memerlukan waktu 5—8 menit untuk membuka dan menutup jaring,” kata direktur APS Holland, Bert Strikkers. Cara ini tentu saja lebih efektif dan efisien dibandingkan menggunakan tenaga manusia.
Penggunaan teknologi APS Holland pun lebih hemat. Calon konsumen cukup merogoh kocek €8 setara Rp112.000 per meter persegi (kurs €1=Rp14.000). Bandingkan jika pemilik nurseri membangun rumah tanam yang menghabiskan €30 atau Rp420.000/m². Artinya, konsumen membayar Rp1,12-miliar untuk lahan 1 hektare bersistem APS Holland dan Rp4,2-miliar untuk rumah tanam, atau lebih hemat 73%.
APS Holland tidak melulu untuk tanaman hias atau taman. Produk itu juga cocok untuk tanaman lain seperti apel, pir, dan tanaman taman besar. Produsen melengkapi sistem dengan panel surya untuk lokasi yang tidak terjangkau aliran listrik. Melalui cara itu budidaya berkelanjutan tercapai karena memanfaatkan energi terbarukan (renewable energy) yaitu sinar matahari.
Press trip
Keunggulan lain pertumbuhan tanaman lebih optimal karena pemilik bisa mengatur sistem sesuai kondisi tanaman. Dampaknya hasil panen pun meningkat. Bagian penjualan APS Holland, Robert Vink, mengatakan, perlindungan produk di nurseri meningkat karena serangan hujan es. Sebetulnya pemilik nurseri bisa meminimalisir kerugian dengan mendaftarkan komoditas ke perusahaan asuransi. Namun, harga polis yang harus dibayarkan terbilang tinggi. Oleh karena itu para pemilik nurseri tetap memilih APS Holland yang harganya lebih terjangkau.
Trubus menjumpai Bert dan rekan saat berkunjung ke pameran nurseri, GrootGroenPlus 2016, di Zundert, Belanda, pada 5—7 Oktober 2016. Bert berpartisipasi dalam ajang internasional itu untuk mempromosikan produknya. Perwakilan pemerintah, institusi, pengembang proyek, arsitek, perancang lansekap, pengelola taman, profesional bidang penghijauan, dan pemilik nurseri wajib mengunjungi GrootGroenPlus 2016.
Pada ajang itu semua inovasi dan teknologi terkini serta aneka jenis tanaman taman dan hias baru dipamerkan. Teknologi terkini tidak melulu yang canggih dan serba otomatis. Di sana juga hadir nurseri yang menyajikan inovasi unik dan kreatif dalam budidaya tanaman dan taman. Contohnya stan berkode G019 milik Plantenkwekerij Joost Sterke BV. Joost Sterke—pemilik Plantenkwekerij Joost Sterke BV—memanfaatkan rumput Miscanthus giganteus sebagai penutup media tanam.
Pada Oktober 2016 Trubus bersama lebih dari 20 jurnalis dari Eropa berkunjung ke nurseri milik Joost di Haaren, North Brabant, Belanda. Kunjungan itu dalam rangkaian GrootGroenPlus 2016 berupa press trip bagi para wartawan yang diundang. Joost meletakkan rumput kering itu di permukaan media tanam dalam pot. “Setelah sepekan mischantus memadat sehingga media tanam tidak tumpah,” kata Joost. Rumput itu juga menjadikan media tanam lebih porous sehingga air siraman tidak menggenang dalam pot. Genangan air pada pot usai penyiraman dapat menyebabkan akar busuk. Dampaknya pertumbuhan tanaman terhambat bahkan mengalami kematian. Tanaman anggota famili Poaceae itu dapat tumbuh hingga setinggi 240–360 cm setiap tahun. Para pekebun bisa menggunakan M. giganteus sebagai pengganti kulit batang oak sebagai campuran media tanam yang berharga lebih mahal.
Royal Hedge
Dengan menggunakan mischantus pria berkacamata itu menghemat pengeluaran €15.000 per tahun atau setara Rp210-juta. Mischantus juga mudah dibudidayakan. Hanya dua tahun pertama Joost mesti mencabut rumput liar. Saat berumur lebih dari dua tahun mischantus tak perlu perawatan tambahan. Joost menggunakan mischantus sejak 2015. Saat ini baru Joost yang menggunakan tanaman hibrida itu karena masih percobaan di nurseri miliknya. Namun, seorang kawan Joost bilang penggunaan mischantus lazim di Perancis. “Rencananya pada 2017 kami akan memperkenalkan temuan tersebut,” ujarnya. Inovasi Joost mendapat pujian agronom asal Italia, Francesca Neonato. “Penggunaan rumput sebagai penutup media tanam sangat kreatif,” ujarnya.
Peserta pameran lain yang juga menyajikan produk terbaru adalah Boomkwekerij E de Jong. Nurseri tanaman dan semak dari Dongen, Belanda, itu, menampilkan Royal Hedge. Produk itu berupa aneka tanaman pagar siap pakai. Artinya, pembeli bisa langsung menempatkan Royal Hedge pada taman yang sudah jadi. Produsen Royal Hedge menjamin tanaman siap pakai itu pasti hidup karena sudah berakar. Selain pengisi taman, Royal Hedge pun cocok menjadi penghias teras atau balkon.
Saat mengikuti GrootGroenPlus 2016 Boomkwekerij E de Jong mempersembahkan Royal Hedge dalam wadah tanam berbentuk balok berisi ragam rumput hias seperti Miscanthus yackushima ‘Dwarf’ dan Carex oshimensis ‘Evergold’. Wadah tanam terbuat dari plastik dan kayu. Selain rumput hias, tanaman hias lain yang menjadi elemen produk yang diperkenalkan pada 2015 itu adalah hortensia, Fagus sylvatica, Carpinus betulus, dan Taxus baccata. (Riefza Vebriansyah)