Wednesday, December 11, 2024

Teknologi untuk Mempercepat Masa Panen Sayuran

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id— Kevin Chua memanen pakcoi 3—4 pekan setelah tanam. Lazimnya Nick—panggilan akrab Kevin Chua—memanen pakcoi 6 pekan setelah tanam.

Praktisi pertanian perkotaan di Singapura itu menuai pakcoi 2—3 pekan lebih cepat ketimbang panen sebelumnya. Apa rahasia Nick memanen pakcoi lebih cepat? Ia menggunakan teknologi anyar wadah khusus perangsang benih sejak Desember 2021.

Nick yang mengelola lahan 2.700 m² terlebih dahulu menyimpan benih pakcoi selama 5—6 hari pada wadah penyimpanan khusus itu. Benih dalam keadaan kering. Kemudian pengelola Nick Farming itu menyemai dan menanam benih di rak tanam vertikultur.

Rahasia lainnya, Nick menggunakan alat khusus mirip penyaring atau pemurni air. Sebelum mengalir ke rak vertikultur, partikel air yang melewati alat itu menjadi lebih kecil sehingga mudah diserap tanaman.

Menurut Nick, setelah menggunakan serangkaian teknologi itu pertumbuhan tanaman lebih cepat. Penerapan teknologi itu amat memungkinkan untuk semua jenis sayuran terutama sayuran daun.

Serangkaian teknologi itu kreasi perusahaan teknologi asal Singapura, JAH Cultura. Menurut pendiri sekaligus chief executive officer JAH Cultura, Tan Chong Hui, perusahaannya mengembangkan material khusus paduan keramik jenis alloy yang berfungsi merangsang regenerasi sel dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Menurut Chong Hui peranti itu juga meningkatkan mutu air pada budidaya perikanan atau akuaponik. “Riset dan pengembangan sudah lebih dari 20 tahun,” kata Chong Hui kepada Majalah Trubus.

Sayang Chong Hui enggan menyebutkan material penyusun paduan keramik itu. Chong Hui menuturkan, paduan keramik itu dengan teknologi nano menyelimuti wadah penyimpanan benih dan alat pengoptimal air.

Material paduan keramik itu merangsang pertumbuhan sel pada benih yang tersimpan dalam wadah perangsang benih. Adapun cara kerja pengoptimal air dengan memecah partikel air menjadi lebih kecil. Dengan begitu tanaman kian mudah menyerap air dan pertumbuhan lebih optimal.

Chong Hui mengatakan, teknologi baru itu tidak memerlukan sumber energi tambahan. Nanopori di lapisan keramic alloy merupakan frekuensi gelombang alami dalam spektrum inframerah.

Frekuensi gelombang itu menekan gugus molekul air untuk penyerapan yang lebih baik, mendukung kualitas tanah, dan memengaruhi benih untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.

JAH Cultura pun bekerja sama dengan laboratorium Republic Polythecnics Agriculture Technology, Singapura, pada 2021. Hasil penelitian itu menunjukkan, peningkatan produksi pakcoi 21,42% pada benih tanaman yang disimpan di wadah khusus perangsang benih dibandingkan dengan tanpa perlakuan.

Adapun perlakuan penyiraman menggunakan air yang dioptimalkan dengan teknologi JAH Cultura meningkat 18,5% dibandingkan dengan tanpa perlakuan pada skala laboratorium.

Chong Hui mengatakan, uji coba teknologi itu berlangsung di bebarapa negara seperti Jepang, Malaysia, dan Singapura. Lonjakan produksi rata-rata 20%.  Biaya investasi alat itu ekonomis karena hanya membeli alat sekali dan awet hingga 5 tahun.

“Terpenting balutan paduan keramik tidak rusak,” kata Chong Hui. Chong Hui membuka selebar-lebarnya kerja sama jika ada instansi atau perusahaan di Indonesia untuk berkolaborasi.

Direktur Perbenihan Hortikultura Kementerian Pertanian, Dr. Inti Pertiwi Nashwari mendorong uji coba teknologi itu di Indonesia. Jika teknologi itu terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanaman hortikultura, dapat dipertimbangkan untuk diaopsi.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kementan Ungkap Strategi Komunikasi dan Promosi Produk Susu Organik

Trubus.id–Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) menjalin kerja sama dengan  Pemerintah Denmark dalam program...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img