Monday, October 7, 2024

Terapi Rasa Takut dan Fobia dengan Teknologi VR

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id — Sering kali seseorang yang memiliki rasa takut dan fobia akan pergi ke psikolog untuk melakukan terapi penyembuhan. Sayangnya, kendala dalam pelaksanaan prosedur tersebut adalah pasien harus memiliki biaya tinggi dan memilih tenaga pendukung yang kompeten. Berawal dari kondisi itu, salah seorang dosen Universitas Padjadjaran mengembangkan inovasi terapi rasa takut dan fobia menggunakan teknologi Virtual Reality (VR).

Dosen pengembang inovasi itu adalah Aulia Iskandarsyah, M.Psi., M.Sc., Ph.D., dari Departemen Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Menurut Aulia, teknologi VR memiliki keunggulan potensial dalam melakukan terapi untuk mengatasi rasa takut dan fobia.

“Pertama, penggunaannya mudah. Seseorang bisa mengundang sesuatu atau lingkungan yang dia takuti tanpa harus ke dunia nyatanya,” kata Aulia, dikutip dari laman Universitas Padjadjaran.

Aulia mencontohkan, seseorang yang takut terbang melalui perangkat VR akan dihadirkan lingkungan virtual seolah-olah ia sedang berada di bandara atau pesawat terbang.

Hal ini menjadi esensi dari penggunaan teknologi VR sebenarnya, yakni menghadirkan realitas ke dalam dunia virtual, bukan sebaliknya.

Keunggulannya lainnya adalah efektivitas biaya karena prosedur intervensi oleh psikolog tidak perlu dilakukan dalam ruangan khusus.

Selain itu, perangkat ini mampu memberikan kepercayaan bahwa pasien atau klien sendiri yang memiliki kemampuan untuk mempelajari ulang sesuatu dan mengatasi ketakutan yang dimilikinya.

Handling-nya ada dalam diri dia (pasien),” tuturnya.

Lebih lanjut, Aulia mengatakan, rasa takut dan fobia dalam seseorang salah satunya disebabkan oleh proses belajar manusia. Oleh karena itu, proses intervensi psikologis yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mempelajari ulang (re-learning) sehingga seseorang lebih bisa menjadi “rasional” dalam memandang rasa takutnya tanpa mengganggu fungsi dan kualitas hidupnya.

Aulia telah mengembangkan teknologi VR untuk terapi rasa takut dan fobia ini sejak 2017. Pengembangan riset ini dilakukan bersama peneliti lain di Fakultas Psikologi dan Fakultas MIPA Unpad.

Dari berbagai teknologi yang dikembangkan, teknologi VR menggunakan perangkat Oculus Quest 2 ini dinilai lebih ringkas. Studi awal yang dilakukan berupa intervensi untuk mengatasi rasa takut akan gelap. Aulia mengatakan, mereka yang telah mencoba, mengalami penurunan intensitas rasa takut gelap.

Studi lainnya adalah mengatasi rasa cemas untuk berbicara di depan publik. Dalam melakukan intervensi, tim menyiapkan level tertentu yang akan dihadapi pengguna. Perbedaan dari setiap level adalah jumlah audiens yang akan dihadapi pengguna.

“Ketika dia mengatasi satu sesi, maka dia akan masuk ke sesi (level) berikutnya, sehingga itu menambah kepercayaan dirinya. Dan hasil risetnya menunjukkan bahwa orang yang telah melakukan latihan dengan simulasi VR ini dia lebih percaya diri dan berkurang rasa cemasnya untuk melakukan prestasi di depan orang,” papar Aulia.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri tersebut, tim menggunakan sistem penghargaan (reward). Jadi, ketika seseorang berhasil menyelesaikan satu level, sistem akan menampilkan reward atau ucapan yang mendukung untuk bisa melangkah ke level berikutnya.

Aulia menyebut teknologi VR di luar negeri sudah lama digunakan untuk terapi. Adapun Indonesia belum terlalu familiar dengan aktivitas tersebut.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Pemupukan Berimbang Dongkrak Produksi Jagung Petani Di Bone

Trubus.id—Kombinasi pupuk anorganik dan pupuk organik cair (POC) mendongkrak produksi jagung milik Andi Jamal. Petani di desa Ponre-ponre, Kecamatan...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img