Wednesday, December 4, 2024

Terjal Fitnah sang Perawan

Rekomendasi
- Advertisement -

Kebenaran akhirnya datang juga setelah riset sahih membuktikan dakwaan itu salah. VCO justru menyehatkan lantaran mengandung 93% asam lemak jenuh, tetapi 47—53% berupa minyak jenuh berantai sedang. Ia tak dapat tersintesis menjadi kolesterol, tidak ditimbun dalam tubuh, mudah dicerna dan terbakar. Inilah jalan panjang lagi terjal yang ditempuh minyak perawan itu.

SM 3.960

Pada 3.960 tahun silam minyak kelapa dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat, menenangkan pikiran, serta kesehatan jiwa. Bukti itu tercantum dalam kitab kuno Ayurveda. Daging buah, air, santan, dan minyak kelapa tak terlepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat tropis seperti Indonesia, Mikronesia, Polinesia, Amerika tengah dan selatan.

1945

Minyak kelapa mencapai masa kejayaan. Di sejumlah negara Asia Pasifi k komoditas itu menjadi produk unggulan. Ketika Perang Dunia II berkecamuk, air kelapa banyak menyelamatkan nyawa serdadu sekutu. Cairan itu untuk mengompres luka para prajurit. Setelah perang mereda minyak kelapa di Amerika Serikat dan Inggris bermetamorfosis menjadi margarin. Kalangan pebisnis negeri itu menyerukan agar ketergantungan minyak tropis harus dihentikan. Sebagai gantinya gunakan minyak jagung dan kedelai.

1954

Di Amerika Serikat penyakit jantung menjadi pembunuh nomor wahid. Titik tolak kampanye negatif terhadap minyak kelapa dimulai. Peneliti muda David Kritchevsky menerbitkan hasil risetnya. Uji praklinis pada kelinci menunjukkan, kolesterol menyumbat arteri yang memicu penyakit jantung. Menurut David minyak jagung, minyak kedelai, dan minyak bunga matahari mampu menurunkan kadar kolesterol dan sebaliknya minyak kelapa.

1963—1965

Amerika Serikat terus mempropagandakan minyak kelapa sebagai minyak jahat. Saat itu disebutkan, minyak kelapa sebagai lemak jenuh amat membahayakan kesehatan. Procter and Gamble menyarankan American Heart Association untuk menghindari minyak kelapa dari daft ar diet.

1984

Fitnah kepada sang perawan belum berujung. National Cholesterol Education Program mengeluarkan pernyataan, “Minyak kelapa sawit dan minyak kelapa harus dihindari.” Kampanye itu terus berlanjut hingga 1987, tepatnya 3 Juni. Koran Th e New York Times yang berpengaruh memuat editorial: minyak kelapa yang diimpor dari Indonesia dan Malaysia memang murah, tapi menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

1987

Bagai bola salju yang terus menggelinding: publikasi buruk itu terus mengalami estafet dari berbagai institusi. Kini giliran American Soybean Association yang berkampanye antiminyak tropis seperti minyak kelapa. Lembaga itu mendesak agar Food and Drugs Association untuk memberi label “Minyak Tropis” di setiap kemasan minyak kelapa.

1989

American Soybean Association menyelenggarakan konferensi pers di ibukota Washington DC. Lembaga itu mengutip pernyataan Institut Jantung, Paru-paru, dan Darah Nasional serta Badan Riset Nasional. “Konsumen harus menghindari minyak kelapa, minyak kernel kelapa, dan kelapa.”

1990

Mendis dan Kumarasunderam meriset pemanfaatan minyak kelapa dan minyak kedelai. Kesimpulan mereka: minyak kelapa memicu tingginya kolesterol jahat. Sedangkan minyak kedelai justru menurunkan kadar lipoprotein yang tak perlu.

1992

Inilah titik balik kampanye buruk minyak kelapa. Kaunitz dan Dayrit menemukan data empiris yang fenomenal. Mereka mengamati sebuah kelompok masyarakat yang mengkonsumsi minyak kelapa. Hasilnya minyak kelapa bukan penyebab penyakit jantung dan penyebab kematian. Temuan menggembirakan itu sesuai dengan hasil riset Dr Dan Eringthon, ahli ekonomi pertanian Universitas Nasional Australia. Masyarakat Tuvalu, di Pasifi k selatan menjadi objek riset.

1995

Hasil riset Dr Mary G Enig, ahli biokimia dan nutrisi, virgin coconut oil oleh tubuh diubah menjadi monolaurin. Asam lemak itu dikenal antivirus yang bermanfaat dalam penyembuhan Acquired Immuno Defi ciency Syndrome (AIDS). Hasil riset itu juga diterbitkan oleh Hindu, koran nasional yang terbit di India. Negeri Anak Benua itu salah satu produsen kelapa terbesar di dunia.

1999

Tepatnya 17 April di Hotel Renaisans Washington berlangsung konferensi pers. VCO mengandung asam lemak sebagai sumber energi dan antimikroba. Sekitar 50% asam lemak dalam VCO merupakan asam laurat. Dalam tubuh asam itu diubah menjadi monolaurin yang berfaedah sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Dengan begitu ia potensial untuk mengobati beragam penyakit dari infl uenza hingga AIDS.

2002

Saat istilah virgin coconut oil belum populer, di Indonesia berdiri sebuah perusahaan yang memproduksi VCO. Dengan mesin mutakhir, perusahaan itu terus memproduksi minyak murni untuk memasok pasar Jerman. Ekspor ditempuh melalui Singapura dengan label minyak kelapa.

2004

Dr Bambang Setiaji dari Universitas Gadjah Mada mempopulerkan istilah virgin coconut oil di Indonesia melalui pameran dan publikasi. Ia juga membina puluhan pekebun di Galur, Kulonprogo, Yogyakarta, untuk memproduksi minyak kelapa murni. Pada penghujung 2004 komoditas itu banyak ditawarkan sebagai obat meski belum melewati serangkaian uji ilmiah. Toh secara empiris banyak penderita penyakit berat seperti jantung koroner, diabetes mellitus, dan hipertensi yang sembuh antara lain berkat andil VCO.

2005

Bagai cendawan tumbuh pada musim hujan, begitulah industri VCO saat ini. Di seantero tanahair bermunculan produsen minyak dara. Sistem dan cara kerja beragam seperti dengan teknologi sentrifugal, enzimatis, teknologi dingin, dan mekanisasi canggih. Selain untuk memasok kebutuhan pasar lokal, produksi mereka juga dikirim ke berbagai negara. (Sardi Duryatmo)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Harga Pangan 04 Desember 2024:  Bawang dan Cabai Kompak Naik

Trubus.id–Sejumlah harga pangan pada 04 Desember 2024 berdasarkan Panel Harga Pangan, Badan Pangan Nasional pukul 12.40 WIB mengalami kenaikan. Harga...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img