Friday, September 22, 2023

Tersebab si Mini, Panen Maksi

Rekomendasi
- Advertisement -

Dengan menggunakan hormon dan pupuk hayati hasil panen dapat meningkat dua kali lipatSejak menyemprotkan hormon ke sekujur pohon, Agus Utoyo perlu 2,5 hari untuk panen kakao di lahan 0,5 ha.

Padahal, sebelum memanfaatkan pupuk hayati, Agus Utoyo hanya perlu sehari untuk menuai kakao. Penambahan waktu panen karena produktivitas meningkat. Semula, dari 275 pohon umur produktif, paling banter ia memperoleh 33 kg biji kering per panen. Sejak Maret 2012, produktivitas pohon anggota famili Sterculiaceae itu meningkat menjadi 60-70 kg biji kering setiap panen. Interval panen 10 hari. Dalam satu musim panen (Maret-Mei) total jenderal dari 275 tanaman Agus memperoleh 388 kg biji kering.

Jumlah itu meningkat ketimbang tahun sebelumnya, yang hanya separuhnya. Dengan harga biji kakao Rp18.500 per kg, maka panen tahun ini ia menangguk omzet Rp7.178.000. Lonjakan produksi hingga 100% ton itu keruan saja menambah laba pekebun di Desa Merabung III, Kecamatan Pugung, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Pada pertengahan Juni 2012, harga jual kakao di tingkat pekebun di Tanggamus mencapai Rp18.500 per kg. Artinya penambahan omzet mencapai Rp3.500.000. Padahal, biaya pembelian hormon dan pupuk hayati tak seberapa.

Pupuk dan hormon

Agus memberikan pupuk hayati yang mengandung mikroba dan zat pengatur tumbuh pada Januari 2012. Ketika itu pohon sedang berbunga, bahkan beberapa sudah membentuk pentil. Mikroba dalam pupuk antara lain Rhizobium sp, Azospirilum sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp, dan bakteri pelarut fosfat. Kandungan lainnya adalah unsur C-organik, nitrogen, fosfor, kalium, dan kalsium.

Pekebun kakao sejak 2005 itu mengencerkan 200 ml pupuk hayati dalam 14 liter air bersih dan mengaduk rata. Ia kemudian menyemprotkan pupuk itu ke tanah persis di bawah tajuk. Jatah per tanaman 0,5 liter pupuk. Sebelum penyemprotan, Agus membersihkan serasah daun di sekitar batang utama. Frekuensi pemupukan dua bulan sekali.  Selain pupuk hayati, ia juga menyemprotkan hormon auksin, sitokinin, asam absisat (ABA), asam indol butirat (IBA), giberelin, etilen, asam traumalin, dan asam humat.

Pekebun berusia 40 tahun itu melarutkan 60 ml hormon dalam tangki semprotan bervolume 14 l. Setiap tangki bisa digunakan untuk menyemprot 25-30 pohon atau jatah setiap pohon 0,5 liter. Untuk menyemprot 275 pohon ia memerlukan total 154 liter sekali pemupukan. Agus menyemprotkan hormon ke seluruh bagian tanaman-batang, daun, ranting, buah, sampai bunga. Frekuensi penyemprotan setiap dua pekan pada pagi atau sore hari.

Berkat pemupukan dan penyemprotan hormon itu pohon kakao itu lebih tahan serangan hama dan penyakit. Pada Februari 2012 Phytophthora palmivora penyebab busuk buah bikin ulah di sentra-sentra kakao seperti Lampung, Sumatera Utara, dan Nanggroe Aceh Darussalam. Buah terserang tampak gosong tidak bisa dipanen. Di kebun Agus, “Yang terkena paling hanya 1-2 buah.” Cendawan jahat itu tidak menyebar ke buah lain. Padahal, biasanya serangan cepat menyebar ke seluruh pohon.

Agus Utoyo merasakan manisnya bertanam cokelatTanaman yang sehat tidak akan mudah terserang busuk buahMenurut Wayan Supadno dari CV Bangkit Jaya Abadi, produsen hormon dan pupuk hayati, kekebalan tanaman meningkat karena peran Bacillus sp. “Fungsinya seperti imunisasi dan memperbaiki fisiologi tanaman,” ujar Wayan. Adapun Pseudomonas sp berperan sebagai agen hayati penghambat virus, bakteri, dan cendawan yang menyerang. “Akibatnya kakao menjadi tahan serangan busuk buah,” kata Wayan. Hormon sitokinin dan giberelin membuat pembelahan berganda sehingga ukuran buah besar. Sementara etilen akan meningkatkan kadar kalsium dan kalium di dalam tanaman menjadikan bunga dan buah tidak cepat rontok.

Panen meningkat

Di tengah serangan cendawan itu, bunga semakin lebat dan tidak mudah rontok sehingga jumlah buah meningkat. Agus rutin memanen setiap 7-10 hari. Saat panen, Agus memetik dengan pisau, membelah buah, lalu memasukkan biji ke dalam wadah. Sementara kulit buah ia sebarkan di sekitar pohon. Agus memanen sendiri sehingga merasakan langsung peningkatan jumlah buah. “Jika pagi mulai petik, biasanya sore tuntas, tapi sekarang 2 hari saja belum selesai,” ujar pekebun organik itu.

Wajar Agus heran lantaran kali itu ia panen hingga 65 buah per pohon dengan isi tiap buah mencapai 50 biji. Pekebun itu lantas menjemur biji selama 4 hari hingga kering berkadar air 7-10 %. Ia memperoleh rata-rata 60-70 kg biji kering per panen, lalu menjual ke pengepul di Kecamatan Talangpadang, Tanggamus. Jumlah itu tergolong tinggi. Bandingkan dengan hasil panen Didi Suhadi, pekebun kakao di Kecamatan Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung. Didi memanen 25 kg biji kering dari 200 pohon.

Petani umumnya masih mengeringkan kakao dengan menjemur di bawah sinar matahari"Hormon dan pupuk hayati meningkatkan kekebalan tubuh tanaman kakao dan menghambat virus, bakteri, maupun cendawan yang menyerang," ujar Wayan SupadmoMenurut Prof Dr Ir Didi Ardi Suriadikarta MSc dari dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Tanah, Bogor, Jawa Barat, pupuk hayati bekerja dengan menyediakan hara bagi tumbuhan melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara, misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskular, pelarutan fosfat oleh mikroba, maupun perombakan oleh fungi, bakteri aktinomiset, sampai cacing tanah.

Sementara menurut Dra Selly Salma MSi, ahli mikrobiologi dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian (BB Biogen), Bogor, 74% penyusun udara adalah nitrogen. Sayang, tanaman tak dapat langsung memanfaatkan nitrogen itu. Mikroba mengolah nitrogen sehingga tersedia bagi tanaman. Masalah lain, hanya sebagian kecil fosfat dalam tanah yang dapat dimanfaatkan tanaman. Selebihnya terikat pada mineral liat tanah, padahal lahan pertanian di Indonesia tinggi fosfat.

Mikroba pelarut fosfat melepaskan ikatan fosfor dari mineral liat sehingga langsung dapat diserap tanaman. Malahan Azotobacter sp mampu menambat nitrogen, melarutkan fosfat, sekaligus menghasilkan hormon untuk pertumbuhan tanaman. Jika kebutuhan tanaman tercukupi, pohon asal Meksiko itu berpotensi melipatgandakan produksi, seperti pohon-pohon di kebun Agus. (Susirani Kusumaputri)

Keterangan Foto :

  1. Dengan menggunakan hormon dan pupuk hayati hasil panen dapat meningkat dua kali lipat
  2. Agus Utoyo merasakan manisnya bertanam cokelat
  3. Tanaman yang sehat tidak akan mudah terserang busuk buah
  4. Petani umumnya masih mengeringkan kakao dengan menjemur di bawah sinar matahari
  5. “Hormon dan pupuk hayati meningkatkan kekebalan tubuh tanaman kakao dan menghambat virus, bakteri, maupun cendawan yang menyerang,” ujar Wayan Supadmo

 

 

Previous article
Next article

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Menteri Teten Dorong Hilirisasi Bawang Merah Brebes

Trubus.id— Pengembangan produk turunan bawang merah menjadi salah satu solusi mendorong kesejahteraan petani dan usaha kecil menengah (UKM) di...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img