Trubus.id — Dukungan pemerintah salah satu kunci keberhasilan pertanian organik. Kabupaten Daram, Samar, Filipina, membutuhkan kurang dari 10 tahun untuk membuat petani berbudidaya 100% organik.
Menurut duta organik Asia, Soekirman, keberhasilan itu berkat dukungan pemerintah, khususnya pemerintah lokal, yang sangat penting dalam meningkatkan pertanian organik. Hal serupa disampaikan Direktur Eksekutif The International Federation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) Asia, Jennifer Chang.
“Pengalaman di Goesan, Korea Selatan, dukungan pemerintah sangat menentukan dalam kemajuan pertanian organik,” katanya. Dukungan yang dimaksud bisa dalam bentuk subsidi maupun kebijakan dalam pertanian organik.
Lapor polisi
Bupati Daram, Philip Martin Astorga, menceritakan pertanian organik di wilayahnya dimulai sekitar 2013—2014. Saat itu setengah wilayah Daram menjadi lokasi budidaya tanaman secara konvensional, sedangkan sisanya masih tradisional atau budidaya tanpa memberikan input tambahan ke lahan.
“Ketika itu muncullah program insentif untuk mendukung agar petani konvensional beralih ke organik,” ujar Philip.
Nilai insentifnya bervariasi berdasarkan jenis komoditi. Di Daram mayoritas petani membudidayakan kelapa, kakao, dan sayuran. “Di awal program, insentif diberikan di depan. Setelah program berjalan pemberian insentif diperketat dan jumlahnya secara bertahap menurun hingga saat ini menjadi sekitar US$ 100 per keluarga petani,” kata Philip.
Itulah sebabnya petani harus mendaftarkan diri ke pemerintah, setelah itu dievaluasi, untuk mendapatkan insentif. Jika hasilnya bagus, mereka memperoleh insentif. Program itu cukup berhasil karena berangsur-angsur petani konvensional beralih ke organik.
“Hingga kini ada sekitar 340 keluarga petani yang terdaftar dalam program itu,” kata Philip.
Selain insentif, pemerintah juga memberikan asuransi atau jaminan pertanian. Jika ada bencana, atau gagal panen maka petani mendapat gantinya. Program lain adalah pemberian beasiswa.
“Peserta yang mendapat beasiswa disekolahkan di Universitas Pertanian untuk belajar pertanian secara umum. Setelah mereka lulus akan diberikan pelatihan tentang organik di daerahnya,” ujar Philip.
Peserta beasiswa itu harus mengabdi untuk pemerintah selama 3 tahun untuk pengembangan organik. Saat ini diperkirakan di Daram 100% budidaya pertanian dilakukan secara organik. Bahkan yang menjadi pengawas dalam budidaya organik adalah masyarakat setempat.
“Jika ada petani yang melakukan penyemprotan pestisida kimia, tetangganya akan melaporkan ke polisi,” kata Philip.
Sikkim
Sikkim salah satu negara bagian di India, juga sukses dalam budidaya organik dalam waktu singkat, 13 tahun. Lahan pertanian relatif kecil dan banyak, serta terletak di lereng pegunungan Himalaya yang bertingkat dan terjal. Kepala Eksekutif Sikkim Organic Farming Development Agency, Dr. S. Anbalagan, IFS, mengatakan, “Mayoritas lahan adalah marginal dan kecil dengan rata-rata kepemilikan sekitar 1,0 ha.”
Pada tahun pertama budidaya secara organik, banyak tanaman gagal. Produksi pertanian anjlok drastis. Untungnya selama masa transisi itu pemerintah Sikkim sangat mendukung petaninya.
Anggota dewan perwakilan anggota di Indonesia Organic Alliance (IOA), J. Indro Surono, menuturkan bahwa kebijakan pemerintah Sikkim fokus pada pertanian organik berikut program, pasar, dan sektor terkait seperti pariwisata.
“Pemerintah Sikkim dengan seluruh tenaga mengeluarkan biaya pelatihan dan pendampingan, serta pelarangan agrokimia masuk ke sana,” kata pria yang juga menjabat sebagai wakil presiden IFOAM Asia itu.
Dukungan pemerintah Sikkim dengan membentuk Dewan Organik Negara Sikkim pada 2003. Dewan itu melaksanakan berbagai langkah kebijakan, termasuk penghentian impor pupuk kimia, pestisida, sayuran nonorganik dari luar negari, serta kenaikan pajak bertahap atas pupuk kimia dan pestisida.
Pada 2010 Misi Organik Sikkim diluncurkan dengan peta jalan yang jelas untuk mengubah 50.000 hektare lahan. Dengan demikian membawa seluruh negara bagian ke status organik pada Desember 2015.
Pemerintah lokal lain yang juga mendukung penuh pertanian organik adalah Kabupaten Goesan, Provinsi Chungbuk, Korea Selatan. “Pemerintah memberikan subsidi 30% untuk input pertanian seperti pupuk organik bagi petani organik,” kata Ha Tae Im, petani organik yang juga menjabat sebagai sekretaris di kelompok tani Solmae Farm.
Sejak 2000 pemerintah Goesan aktif mempromosikan pertanian organik dan berinvestasi serius dalam kegiatan itu. Bahkan, Goesan merupakan kabupaten pertama yang memperkenalkan konsep Manajemen Publik Organik (MPO) di Korea Selatan.
Konsep itu memberikan pemerintah untuk mengontrol sistem pangan organik. Konsep MPO juga melindungi produsen organik dan produknya, membiarkan petani fokus pada produksi tanpa mengkhawatirkan pasar.
Di situlah peranan koperasi organik seperti Hansalim dan Heuksarang berperan untuk mencari pasar. Karena alasan itulah pada 2012 Goesan dideklarasikan sebagai kabupaten organik dengan dukungan kebijakan nasional dan kepala daerah. (Rosy Nur Apriyanti)