Trubus.id — Selain dibuat menjadi filet atau irisan daging tanpa tulang, ikan patin Pangasius hypophthalmus juga dapat diubah menjadi beragam produk olahan yang lezat untuk dinikmati. Olahan ini antara lain rengginang patin, salai patin, serta rambak dan krispi patin.
Rengginang patin
Ernawati, warga Desa Telukketapang, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, Jambi, mengolah patin menjadi rengginang dan menjualnya. Rengginang patin terbuat dari campuran singkong, patin, dan sedikit sagu.
Ia memilih singkong karena ketersediaannya memadai dan harganya relatif murah dibanding beras ketan. Olahan itu dibuat agar peternak tidak hanya menjual patin segar.
Menurutnya, pembuatan rengginang patin relatif mudah. Terlebih dahulu singkong diolah hingga mendapatkan aci. Selanjutnya, patin segar difilet dan digiling. Campurkan aci, daging patin giling, dan aneka bumbu hingga merata. Perbandingan campurannya yakni setiap 10 kg singkong dicampur dengan 1 kg patin.
Setelah semua bahan menjadi satu, tahap selanjutnya pencetakan rengginang dan menjemurnya hingga kering. Setiap bulan Erna bisa mengolah 150 kg patin sebagai bahan rengginang. Penjualan rengginang patin sudah merambah ke kota-kota besar seperti Medan, Provinsi Sumatera Utara, dan Jakarta.
Salai patin
Olahan patin khas lainnya adalah salai patin. Suhaimi dan rekan dari Desa Kotomasjid, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, mengolah ikan air tawar itu menjadi salai patin. Salai patin mirip ikan asap.
“Salai ikan patin, olahan lokal kami yang lazimnya menggunakan baung dan silais. Meski begitu cita rasa salai patin pun tidak kalah dengan kedua ikan itu,” katanya.
Setiap bulan, Suhaimi mengolah 200 sampai 250 ton patin segar. Rendemen sekitar 30% sehingga dihasilkan sekitar 60 hingga 75 ton salai patin per bulan. Suhaimi menjual salai patin ke pedagang grosir di berbagai daerah seperti Aceh, Batam, dan Jakarta.
Rambak dan krispi patin
Ikan patin juga bisa diolah menjadi rambak dan krispi. Seorang pengolah rambak dan krispi patin adalah Masruroh, dari Tulungagung, Jawa Timur.
Rambak dan krispi itu terbuat dari kulit filet patin. Menurutnya, bahan baku mudah diperoleh dan mencukupi, lantaran kulit patin berasal dari pabrik pengolahan filet di Tulungagung.
Cara membuat rambak cukup sederhana. Masruroh membersihkan kulit patin dari daging tersisa. Setelah itu, ia merendam kulit dalam air garam dan kapur selama 2 sampai 3 jam. Tujuannya untuk menghilangkan lemak.
Setelah meniriskan, Masruroh merendam kulit dalam bumbu 2 hingga 3 jam, kemudian memasukkannya ke air panas. Terakhir, ia menjemur rambak 2 sampai 3 hari hingga kering.
Ia memerlukan sekitar 100 kg kulit untuk menghasilkan rambak dan krispi. Setiap 25 kg kulit patin menghasilkan 5 kg rambak. Hasil lebih tinggi 7 hingga 8 kg jika kulit diolah menjadi krispi.