Wajar jika 4 orang juri dalam Lomba Buah Unggul Nasional Trubus 2003 sepakat memberi nilai tertinggi kepada manggis asal Desa Citumenggung, Kecamatan Bojong, Pandeglang, itu. Ia mengungguli queen of fruit asal Taman Buah Mekarsari, Cileungsi, Bogor, yang ada di posisi ke-2 dan 3.
Manggis milik Syarifudin itu memang layak diunggulkan. “Selain kualitas daging prima, penampilan buah juga sesuai permintaan pasar. Ukuran buah cukup besar danberkulit mulus,” papar Rudi Sendjaja, juri yang mewakili kalangan pelaku bisnis. Dengan kondisi seperti itu ia dapat diandalkan untuk pasar ekspor. Kulit luar hitam kusam pada beberapa buah yang diterima panitia bukan suatu kendala. “Kondisi itu bisa diatasi dengan membersihkan kulit sebelum dipasarkan,” ujar Drs H Hendro Soenarjono, juri lain.
Mangostana indica juara itu berasal dari salah satu dari 3 pohon warisan berumur 25—30 tahun. Semuanya ditanam dari biji. Tajuk tanaman sudah setinggi 5 m lebih. Diameter batang sekitar 40 cm.
Meski hampir tidak pernah dipupuk, manggis di kebun Syarifudin tergolong produktif. Pada umur 7—8 tahun sudah berproduksi 2—3 kali. Dari pohon-pohon tua dituai 1 kuintal per musim. Pada panen raya Desember—Januari, dahannya sampai menyentuh tanah karena keberatan buah.
Jadi rebutan
Wajar saja jika si ratu buah itu menjadi juara. Pasalnya, kecamatan Bojong terkenal sebagai sentra manggis berkualitas bagus. Selain manggis milik Syarifudin, dari sana dikirim pula 5 jenis lain yang tak kalah enak. Sayang, getah kuning membuat penampilan buah jadi jelek dan rasa berubah. Manggis cihantap—milik Syarifudin—bebas getah kuning.
Popularitas manggis asal Pandeglang sudah kesohor sampai ke luar daerah. Pada musim panen, setiap hari 4—5 truk berisi 3 ton manggis bergerak menuju pasarpasar di Purwakarta, Jakarta, dan Bandung. Dari sana, sebagian buah kelas A disetor kepada eksportir. “Malah belakangan banyak eksportir datang langsung ke kebun,” tutur Maman Suherman, kepala Cabang Dinas Pertanian Kecamatan Bojong.
Melihat potensi itu, Dinas Pertanian setempat aktif memperluas wilayah penanaman. Pada 2003 terdapat pengembangan lahan seluas 45 ha. Itu tersebar di lahan-lahan milik pekebun di Desa Cahayamekar dan Manggungjaya. Periode sebelumnya, juga ada penanaman seluas 12,5 ha di Desa Banyumas.
Penanaman itu di luar 16 ha lahan milik pekebun berisi pohon-pohon tua berumur lebih dari 50 tahun. Sentra menyebar di 8 desa, antara lain Manggungjaya, Cahayamekar, Citumenggung, Mekarsari, dan Bojong.
Intensif di Mekarsari
Kalau manggis milik Syarifudin tidak dirawat khusus, ratu buah yang dikirim Taman Buah Mekarsari (TBM), Cileungsi, Bogor, justru berasal dari kebun intensif. Tak heran jika manggis bulat dan mini yang dikirim TBM berhasil meraih juara II dan juara III.
Menurut Dr Ir Muhammad Reza Tirtawinata, kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan PT Mekar Unggul Sari, pengelola TBM, manggis bulat hanyalah satu dari ratusan tanaman asal biji yang ada di TBM. Disebut manggis bulat lantaran bentuk buah benar-benar bulat. “Manggis yang lain biasanya berbentuk bulat gepeng,” ucapnya. Tertarik dengan bentuk unik itu, Reza pun mengikutkan dalam lomba.
Asal-usul manggis bulat di kawasan wisata agro terbesar di Indonesia itu tak diketahui pasti. Pasalnya, “Ia merupakan tanaman awal yang mengisi kebun,” tutur doktor manggis dari IPB itu. Ia ditanam PT Exotica, pengembang TBM waktu itu, sejak 1993. Yang jelas pengembangnya mendatangkan bibit manggis dari berbagai daerah. Salah satu di antaranya ternyata berbuah bulat.
Menurut Reza, manggis asal biji di TBM berbuah sejak umur 7 tahun. “Waktu itu tanaman masih setinggi 2 meteran dengan produksi 5—10 buah,” papar ayah 4 anak itu. Saat ini, pada umur 11 tahun, tanaman setinggi 4 meter berproduksi 300—400 buah/pohon. Bobot buah 50—70 g/buah.
Penampilan manggis bulat menggiurkan. Kulit buah mulus dan berwarna ungu gelap merata. Tekstur daging berserat, warna putih bersih, dan manis. Komponen biji sedikit, hanya 1 dari 5 siung yang ada.
Bibit sambungan
Berbeda dengan manggis bulat, manggis mini berasal dari bibit hasil sambungan. Ia juga ditanam pada 1993 oleh PT Exotica. Meski tidak ada data tertulis, Reza yakin bibit tanaman berasal dari kebunnya di Cipaku. “Waktu itu pengembang memesan banyak bibit sambungan dari saya,” tuturnya.
Sama halnya dengan manggis bulat, si mini yang dikirim TBM juga tidak berasal dari sembarang pohon sambungan. Ia dipilih dari 3 pohon yang penampilan tajuknya lain. “Si mini dipanen dari pohon bertajuk mendatar mirip kuda lumping,” papar Reza. Dengan bentuk tajuk seperti itu, buah lebih gampang dipanen. Meski umur tanaman sekitar 11 tahun, tingginya tak lebih dari 2 m. Selain itu produktivitas lebih tinggi dibanding “saudara-saudaranya” yang lain.
Menurut Reza, si mini berbuah sejak umur 4 tahun. Saat ini, produksinya mencapai 60—80 buah/pohon. Disebut mini lantaran ukuran buah kecil mungil, hanya 40—50 g/buah. Penampilan buah sangat menarik dengan kulit bersih mulus. Tekstur daging tidak berserat, warna putih menarik, rasa sangat enak dengan komponen biji sedang.
Pupuk rutin
Saat ini di TBM ada 417 pohon manggis yang ditanam di 2 petak lahan seluas lebih dari 1,5 ha. Jarak tanam 6 m x 6 m. Manggis asal biji mengambil porsi terbanyak dengan populasi 367 pohon. Sisanya berasal bibit sambungan.
Pada saat penanaman setiap pohon dipupuk dengan 20 kg pupuk kandang. Selanjutnya setahun sekali diberikan pupuk kandang dan pupuk anorganik. Dosis pupuk kandang 40 kg/pohon. Pupuk anorganik berupa campuran Urea, TSP, dan KCl. Pada masa pertumbuhan vegetatif hingga umur 4 tahun campuran pupuk diberikan dengan perbandingan 1:1:1. Setelah itu komposisi pupuk diubah menjadi 1:1:2. Dosisnya 250 g/pohon hingga umur 7 tahun. Selanjutnya diberikan 0,5—1 kg/pohon tergantung lingkaran tajuk.
Pemeliharaan lain hanyalah menyiangi gulma yang tumbuh di dalam lingkaran tajuk tanaman. Sedangkan penyemprotan pestisida hampir tak pernah dilakukan. Sebab, “Dibanding tanaman buah lain, manggis termasuk paling aman dari serangan hama penyakit,” papar Joko, penanggungjawab kebun. (Fendy R Paimin/Peliput: Evy Syariefa)
Si Belang, Manggis Variegata
Kombinasi warna daun belang hijau dan putih, membuat tanaman manggis itu tak lazim. Daun manggis biasa berwarna hijau polos. Warna berbeda hanya ditemukan pada saat tanaman memunculkan pucuk baru (flush), kemerahan. Setelah daunnya berkembang optimal, warna berubah menjadi hijau.
Manggis unik itu terdapat di pekarangan rumah seorang kolektor tanaman buah di kompleks perumahan karyawan Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu), Sumani, Solok, Sumatera Barat. Umurnya sekitar 7—8 tahun, dengan tinggi 3 m.
Pada waktu bibit seluruh daun berwarna belang. Setelah tanaman bercabang, mulai ditemukan daun normal. Daun yang belang hanya sekitar 30% dari total daun. Tampilannya yang unik dan langka itu cocok dijadikan sebagai tanaman hias atau tabulampot.
Fenomena itu menandakan adanya variasi karakteristik pada manggis, dan mematahkan teori bahwa manggis itu seragam karena bersifat apomiksis. (Irwan Muas, Ellina Mansyah, M Jawal AS, dan Agus Susiloadi, peneliti Balitbu, Solok)