Wednesday, January 22, 2025

Tomat: Fluktuasi Harga, Solusi Hilirisasi

Rekomendasi
- Advertisement -

551_ 81-1Akhir-akhir ini beberapa komoditas pertanian mengalami fluktuasi harga yang sangat tajam. Kini justru harga tomat yang turun begitu menyakitkan para petani. Sejak awal Agustus 2015 harga tomat di tingkat petani di sentra-sentra produksi seperti Garut dan Ciamis, Provinsi Jawa Barat, rata-rata hanya Rp300—Rp400 per kilogram. Pada kondisi normal harga tomat mencapai Rp5.000—Rp10.000 per kilogram. Harga itu sangat menyakitkan hati petani karena biaya produksi mencapai Rp1.000 per kg.

Itulah sebabnya banyak petani yang membuang hasil panennya ke jalanan dan membiarkan tomat-tomat terlindas kendaraan yang lewat. Di beberapa tempat, mereka membiarkan tomat-tomat masak dan berjatuhan. Sebab, petani harus mengeluarkan biaya untuk memanen. Sementara itu hasil penjualannya jauh lebih rendah daripada biaya pemanenan. Di sisi lain, petani harus memiliki uang tunai untuk modal usaha tani pada musim tanam berikutnya dan juga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Saat harga jatuh, petani membiarkan tomat membusuk.
Saat harga jatuh, petani membiarkan tomat membusuk.

Berulang-ulang
Akibat kondisi itu banyak petani bermodal kecil kehabisan napas. Sebenarnya pola itu berlangsung lama dari tahun ke tahun. Ironisnya belum telihat upaya yang berarti untuk mencoba menyelesaikan permasalahan itu. Lagi-lagi petani dirugikan. Fluktuasi harga tomat sebetulnya bukan fenomena baru. Sebab, tomat dalam proses produksinya mengandung ketidakpastian karena bersifat musiman.

Selain itu, tomat mudah rusak (perishable) dan pasokan tidak elastik (inelastic). Sifat musiman berarti pada saat panen pasokan melimpah, permintaan tetap, maka harga cenderung turun. Sebaliknya, pada saat paceklik, pasokan menipis, permintaan tetap (apalagi meningkat), harga cenderung naik. Fluktuasi harga tomat yang terjun bebas dapat dikaji dari teori permintaan dan penawaran.

Ketika di pasar terjadi excess supply alias kelebihan pasokan harga tomat akan tertekan. Sebaliknya, jika terjadi excess demand maka harga tomat akan naik. Meskipun fluktuasi harga tomat bukan fenomena baru, sering menjadi sorotan publik. Sebab, risiko dari fluktuasi harga sangat dirasakan khususnya bagi petani kecil. Oleh karena itu menjaga agar harga tomat tetap stabil menjadi kepentingan pemerintah dan masyarakat.

Pemasaran tomat masih didominasi tomat segar. Kondisi itu karena pola konsumsi kita yang lebih suka mengonsumsi tomat segar. Mengingat komoditas tomat merupakan komoditas mudah rusak, maka waktu bagi petani pun menjadi sangat singkat untuk menjual setelah tomat dipanen. Itu merupakan kerugian bagi petani dan mengurangi posisi tawar dalam menentukan harga terutama pada kondisi panen raya.

Untuk mengurangi fluktuasi harga tomat khususnya bagi petani, hilirisasi komoditas merupakan sebuah keniscayaan. Hilirisasi memberikan alternatif bagi petani dalam menjual tomat dengan harga yang tepat dan sesuai. Untuk menghadapi volatilitas harga seperti itu, negara perlu mengembangkan strategi untuk setiap tanaman, terutama tanaman mudah rusak seperti tomat.

Harga tomat yang fluktuatif terus berulang, pada Agustus 2015 harga hanya Rp300 per kg.
Harga tomat yang fluktuatif terus berulang, pada Agustus 2015 harga hanya Rp300 per kg.

Industri pengolahan
Untuk meningkatkan nilai tambah, perlu pengolahan tomat. Produk olahan tomat di tingkat masyarakat atau petani, masih sebatas pada awetan atau manisan itu pun belum disertai industri yang memproduksi apalagi dalam kapasitas komersial. Potensi besar yang belum dikembangkan dengan baik adalah produk olahan pasta atau saus tomat. Pemerintah mendorong tumbuhnya industri pengolahan, sehingga dapat menyerap tomat petani.

Dalam skala industri kecil dan besar, sangat mungkin dikembangkan mengingat saus sangat dibutuhkan industri kuliner seperti bakso dan mi ayam. Apalagi sering dijumpai saus tomat yang beredar adalah sangat minim bahan baku tomat. Industri besar seharusnya diarahkan untuk menyerap tomat petani sebagai bahan baku saus dan pasta, dibandingkan harus melakukan impor pasta tomat.

Hilirisasi produk akan membantu dalam transformasi produk komoditas menjadi produk yang terdiferensiasi dan merupakan sumber utama penciptaan nilai tambah. Hal itu juga dapat meningkatkan posisi tawar petani. Sebuah produk dinyatakan sebagai komoditas bila semua unit produksi adalah identikal (homogen) tidak peduli siapa yang memproduksinya.

Karena produknya sama, produk yang bersifat komoditas saling menggantikan secara sempurna. Produsen yang memproduksi komoditas seperti itu memiliki posisi tawar yang rendah karena berstatus pengambil harga (price takers). Harga ditentukan oleh kekuatan permintaan-penawaran di pasar. Namun, pada produk yang bersifat berbeda (differentiated products), masing-masing produk memiliki keunikan. Dalam pasar semacam itu, produsen memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dan dapat menentukan harga (price maker).

Ir Arief Daryanto, MEc, PhD
Ir Arief Daryanto, MEc, PhD

Peran pemerintah
Inisiasi hilirisasi harus diawali oleh pemerintah dengan memfasilitasi tumbuhnya industri pengolahan tomat. Setelah industri mulai berkembang pemerintah tidak harus intervensi terlalu jauh, mengingat pertumbuhan bisnis dan industri tomat akan berkembang sendiri seiring dengan makin dinamisnya preferensi konsumen masa kini. Dalam jangka panjang berkembangnya industri pengolahan tomat memberikan dampak luar biasa bagi perekonomian.

Setidaknya tomat petani akan terbeli dengan harga yang menguntungkan. Selain diserap oleh industri, tomat segar hasil panen petani dapat stabil, baik harga maupun pasokannya, tergantung dari ukuran permintaannya. Sementara konsumen tomat segar dapat memperoleh tomat dengan murah dan mudah karena pasokan di pasar stabil. Dalam mempercepat proses menumbuh kembangkan hilirisasi komoditas tomat, pemerintah seyogyanya melakukan sosialisasi dan pelatihan tentang pengolahan tomat kepada petani.

Jika petani memiliki pengetahuan tentang pengolahan tomat, setidaknya jatuhnya harga tidak terlalu membuat mereka putus asa dan merugi. Tomat hasil panennya dapat diolah oleh mereka misalkan menjadi saus. Seyogyanya pemerintah juga mempertemukan petani dan industri pengolahan tomat, sehingga petani tidak kesulitan menjual hasil panennya dengan harga yang sesuai. Wadah kemitraan yang jujur dan memperhatikan kepentingan bersama antara petani dan perusahaan perlu dibentuk sehingga pengembangan agribisnis berbasis tomat dapat berjalan dengan baik.

Peran pemerintah melalui berbagai kebijakan dan program diharapkan dapat mendorong dan menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menggairahkan petani maupun pihak swasta sehingga usaha dapat berkembang. Dalam hal ini pemerintah bertindak sebagai fasilitator, regulator, dan motivator yang harus menserasikan hubungan antarpelaku itu, sehingga para pelaku dapat berinteraksi secara proporsional dan tidak terjadi eksploitasi yang bersifat kontradiktif.

Selain itu pemerintah seyogyanya memfasilitasi tersedianya akses permodalan yang kuat bagi para patani dalam menghadapi krisis global saat ini. Diperlukan rancangan strategi pembiayaan yang mempermudah para petani mengakses modal yang dibutuhkan. Rancangan strategi pembiayaan harus juga memasukkan mekanisme penyaluran, pencairan, dan pengembalian kredit secara lebih efektif untuk memperlancar aktivitas permodalan para petani, mengingat pelaku bisnis petani tomat lebih didominasi para petani rakyat yang pada umumnya tidak memiliki agunan. (Ir Arief Daryanto, MEc, PhD, Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Sekolah Bisnis Institut Pertanian Bogor)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Pekebun Ungkap Peluang dan Tantangan Ekspor Durian, dari Kebun ke Pasar Global

Trubus.id–Pasar besar ekspor durian menjadi peluang bagi para petani. Menurut Ni Kadek Puspayani, harga jual durian ekspor bisa 3...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img